Disebuah Caffee daerah Shibuya.
"NANA, PULANG SEKARANG JUGA!" teriakan dari ponsel Nana sukses membuat Nana menjauhkan benda itu dari telinganya.
Yuri yang sedang menyantap makanannya, tercengang mendengar kata-kata itu, ada apa? Kenapa? Apa yang terjadi?
Banyak sekali pertanyaan yang ada di otak Yuri kala mendengar teriakan Ayah Nana dari saluran telepon.
"Kenapa? Aku sedang makan siang dengan Yuri" bantah Nana, suaranya sedikit meninggi karena tidak terima dibentak oleh sang Ayah.
"POKOKNYA PULANG SEKARANG! JANGAN TEMUI YURI LAGI, PERNIKAHAN KALIAN DIBATALKAN" bagai tersambar petir, Nana tiba-tiba hilang kendali dan handpone nya jatuh ke lantai.
Semua objek yang di caffee ini tiba-tiba menatap pada Nana dan Yuri, sedangkan pemuda itu melihat sang kekasih yang hampir saja ambruk langsung mendekati Nana, menyuruh gadisnya untuk meminum air putih yang dibawakan oleh seorang pelayan.
"Kenapa?" tanya Yuri dengan nada khawatir, direngkuhnya gadis itu dalam pelukan, tidak ada jawaban. Hanya tangisan yang mewakili jawaban dari pertanyaan Yuri.
Tak lama, handphone Yuri juga berdering, terlampir tulisan 'Daddy' di display monitor ponselnya.
Tanpa ragu Yuri mendial panggilan itu "moshi-moshi, ada apa?"
"Yuri maafkan Ayah mu ini" kening Yuri mengkerut, ada apa sebenarnya?
Suara di seberang sana terdengar ada seorang wanita yang sedang menangis, sesenggukan. Yuri duga itu adalah Ibunya.
"Ayah, jangan membuat lolucon aku dan Nana sudah bertunangan selama setahun loh, pernikahan sebentar lagi akan dilaksanakan kan? Kenapa Ayah menyuruh Ayahnya Nana untuk menjauhi ku?"
"Yuri dengar" Chinen-san menyahut ucapan Yuri cepat "Ayah di tuduh koruptor, dan pabrik Ayah bangkrut"
"Haha" tanpa sadar Yuri mengenggam punggung lengan Nana kuat, membuat gadis itu sedikit meringis.
Rasa kecewa, terhadap pesaing perusahaan Ayahnya, Yuri rasakan. Betapa laknatnya mereka melakukan kecurangan seperti itu.
"Yuri.." lirih Nana.
"Itu...bukan salah Ayah, tenang saja. Aku tidak akan kecewa pada mu" tukas Yuri menenangkan. Ia mendengar napas lega dari Ayahnya diseberang sana. "Lalu.. Kenapa aku dilarang menemuinya?" pertanyaan menentang, tak terima dengan kenyataan, jika memang pabrik sang calon besan bangkrut, kenapa bukannya membantu tapi malah menjatuhkan?
Dasar orang tua gila. Batin Yuri.
"Karena orang tua Nana tidak ingin menikahi anaknya dengan keluarga miskin!!" bentak Ayah Yuri sama halnya seperti yang Ayah Nana lakukan beberapa menit lalu.
Suara tangis sang Ibu semakin memekakan telinga Yuri, begitu menyayat hati Yuri dan tak lama sambungan terputus.
Yuri dan Nana saling diam tenggelam dalam pikiran masing-masing, dan kembali menghabiskan makanan mereka meski kini atmosfirnya sangat berbeda.
Sentuhan lembut ditangan Yuri dari wanita pujaannya, seketika menyejukan emosi pemuda itu yang mulai mendidih, ia mengatakan sesuatu, "apapun yang terjadi, Yuri. Aku akan tetap memilih mu sebagai pendamping ku, aku akan tetap mencintai mu. Kamu percaya aku kan?" membalas genggamannya, Yuri tersenyum disusul dengan anggukan sebagai jawaban.
Namun baru saja kecanggungan itu cair, suasana kembali buruk ketika dua orang pria gagah berjas hitam ke caffe dan masuk seenaknya, Yuri dan Nana yang melihat itu langsung panik.
"Itu .. Bodyguard ku" lirih Nana yang bersembunyi di balik tubuh pendek Yuri.
Memang, Nana memiliki bodyguard khusus sejak dia SMP karena pernah diculik. Namun sejak berpacaran dengan Yuri para bodyguard Nana hanya akan melindungi Nana saat gadis itu tidak sedang bersama Yuri atau kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malignity
Action#77 in ACTION Dikeluarkan dari penjara oleh seorang Agen Informan bernama Yamada Ryosuke, pemuda psikopat itu diajak bekerja sama. Ia pun dapat membunuh siapapun tanpa perlu ketahuan polisi dan kembali masuk kedalam jeruji besi. Awalnya semua baik-b...