O V E R

231 12 5
                                    

WARNING!!!

Sama seperti chapter sebelumnya, disini juga banyak adegan kekerasan. Jadi kalau tidak tega, mending gausah di baca aja. Tapi bagi yang mau baca, silahkan monggo... Jangan lupa comment dan vote nya ya, jangan menjadi silent reader ^^ salam hangat dari author. Selamat kenikmati cerita kami.

•••

Kantor lokasi merupakan bangunan tua yang terdiri dari beberapa lantai kosong. Koordinat yang sangat rahasia. Keributan mereka timbulkan tak akan memancing perhatian siapapun, dan tak akan mendatangkan siapapun untuk mencari tahu, ikut campur atau melakukan pertolongan.

Cat-cat tembok pudar, besi karat kemerahan sudah menjadi interior alami termakan usia. Mebel lapuk, sofa robek dari berbagai celah. Bilik lain terbengkalai, hanya bilik Ryosuke tampak sangat terawat.

Tempat aktivitas Ryosuke sekaligus kamar Yuri, berikut tempat senjata yang nyaris terbakar berada pada tingkat teratas, pojok.

Kedua eksistensi berseteru baru saja keluar ruangan. Terarah menuju turun. Perkelahian berbahaya terjadi pada tangga hampir pergolakan terjatuh dan berguling. Berjalan papahkan diri sedikit demi sedikit bersama luka dari masing-masing mereka, dan akhirnya tiba pada lantai lain, lebih rendah tanpa kepedulian Yuri tetap menyerang.

Menahan pengaruh atas pukulan tersebut, Ryosuke tepis tangan Yuri, jemari berkelit gerakan cepat, elak alih kuasakan pemukul yang menyerupai tongkat baseball besar menjadi sekejap berbalik dalam genggaman Ryosuke—yang terpojok bersandar di tembok, sigap memutar keadaan dan menahan leher Yuri dengan kayu besar tersebut, kekuatan Ryosuke membelenggu seperti cekikan benda tumpul horizontal yang kini memojokan diri Yuri pada dinding. "Siapa yang pengecut hah?!" Ryosuke naik pitam, ingin membunuh sang monster ini, menjijikan seperti zombie berjalan lakukan serangan dengan kucuran darah serta luka bakar mengenaskan dibalik punggungnya. Manusia jenis apa dia?

Disisi lain Ryosuke sendiri, masih menahan perih atas luka tusukan tangan, kaki, serta mata nya yang masih menutup sebelah akibat ulah bedebah dihadapannya. Namun untuk Ryosuke, jelas belum seberapa, perlawanan masih berlangsung.

Cekikan yang kuat membuat Yuri kesulitan bernapas, mulutnya membuka sambil menyebutkan sumpah serapah kepada orang di hadapannya kini.

Ketika kakinya memberontak meminta lepas, tanpa segaja Yuri menginjak sesuatu, benda keras. Bola mata Yuri bergulir melihat kearah kakinya. Ternyata, ia temukan pistol Ryosuke yang telah jatuh tanpa sadar.

Diam-diam, sambil memberontak, Yuri tendangkan senjata api itu jauh dari jangkauan Ryosuke.

Detik berikutnya Yuri mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Ryosuke. Perut, wajah, rahang, sampai hidung dan mulut Yuri mengeluarkan darah kental, amis.

Lututnya lemas, dan saat cengkraman di lehernya merenggang, Yuri ambruk saat itu juga, membuat tanah yang ada di lantai terangkat, mengotori sekujur tubuh Yuri.

Ryosuke meludah "dasar lemah" desisnya, dan terseok kembali menuju ruangannya.

Nyaris sampai, menaiki tangga kemudian menuju ruangan, berniat sedikit normalkan keadaan tubuh walau ia tahu biliknya pun telah porak poranda.

"Hanya sampai situ?" suara Yuri seketika membuat Ryosuke berhenti. Menatap ke belakang perlahan.

Kini posisi Yuri sedang berdiri gagah, sambil menyeringai. Pistol yang tadi ada di tangan Ryosuke, sudah berpindah ke tangan psikopat itu.

"Dasar manusia pengecut".

DOR

DOR

DOR

MalignityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang