YouTube (Part6)

234 33 0
                                    

@liantinita (On Twitter)

____________________________

(Namakamu) membaringkan tubuhnya dengan posisi miring. Mengeratkan selimutnya dan sengaja hanya menyalakan lampu tidur.

Clek.

(Namakamu) segera memejamkan matanya dan berpura-pura untuk tertidur. Ia tahu siapa yang memasuki kamarnya. Dan ia tidak mau orang itu berlama-lama di dalam kamar ini. Jadi, ia memutuskan untuk berpura-pura tertidur saja.

Sebuah usapan dan kecupan di keningnya yang terasa lembut dan penuh sayang, hampir saja membuat (namakamu) menggerakkan tangannya dan menepis secara kasar. Tapi, ia tetap bertahan pada posisinya.

"Maafin Ayah. Mungkin Ayah udah secara gak sengaja mengabaikan kamu. Itu karna Ayah ingin punya anak seperti Sativa yang bisa menghabiskan waktu bersama Ayah dan Bunda. Gak sibuk sama hobby-nya sendiri. Tanpa kamu sadari, kamu sendiri yang buat Ayah sama Bunda lupain kamu dan mengangga Sativa sebagai anak kandung. Ayah minta maaf."
Ucapan itu berakhir dengan kecupan di pelipisnya lagi.

(Namakamu) berusaha menahan air matanya. Apa-apaan ini? Alasan yang tidak bisa di terima logika.

"Tapi harus kayak gini ngebalesnya, Yah?" Tanya (namakamu) lirih.

(Namakamu) membekap bibirnya, mencoba menahan isak tangisnya dan berharap agar ia tetap terlihat kuat di hadapan Ayahnya. (Namakamu) mendengar langkah kaki yang mendekat. Ia tahu Ayahnya kembali. Tapi, ia tetap tidak mau menatap Ayahnya dan tetap menghadap balkon kamarnya.

"Apa yang kamu rasain, sayang? Walaupun selama ini kamu sibuk sama hobby aneh kamu itu, Ayah sama Bunda tetap ada buat kamu, Ayah sama Bunda tetap biayain kamu, Ayah sama Bunda tetap-"

"Bukan itu kenyataannya, Yah! Bukan!" (Namakamu) terduduk dengan cepat dan memotong ucapan Ayahnya yang menurutnya sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.

"Ayah sama Bunda tetap sayang sama kamu. Apa yang beda (namakamu)?"

(Namakamu) menepis air matanya. Menatap Ayahnya dengan tatapan nanar yang terlihat begitu kesakitan.

"Ayah sama Bunda gak pernah sayang sama aku sejak Sativa jadi saudara aku. Ayah sama Bunda selalu mentingin Sativa. Ayah sama Bunda gak pernah punya waktu buat aku. Tapi, kalian berdua selalu punya waktu buat Sativa. Ayah gak pernah nelfon aku lagi, ngabarin aku lagi. Bunda juga sama. Dan kalian selalu hubungin Sativa. Disini, aku ngerasa yang jadi anak angkat itu aku dan Sativa anak kandung kalian. Dan alasan yang Ayah kasih itu gak masuk akal. Kenapa Ayah harus nyalahin hobby aku? Kenapa Ayah harus jadiin hobby aku sebagai alasan?"

(Namakamu) tidak lagi menutupi tangisnya. Ia tidak peduli jika Ayahnya memandangnya lemah. Tidak apa-apa. Yang penting semua perasaannya keluar. Ia tidak mau lagi memendam apa yang ia rasakan.

"Ayah tetap sayang sama kamu. Kamu tetap anak Ayah yang paling Ayah sayang. Maafin Ayah kalau Ayah nyakitin kamu, lupain kamu. Ayah minta maaf. Sekarang... Ayah akan berusaha ngebagi semuanya. Antara kamu dan Sativa."

(Namakamu) menepis air matany. "Ayah janji?" Tanya (namakamu).

"Iya, Ayah janji."

(Namakamu) tersenyum tipis. Terlebih saat Ayahnya merentangkan tangan dan memintanya untuk memeluk.

(Namakamu) harap semua ucapan Ayahnya itu nyata dan bukan sesuatu yang hanya manis di bibir. (Namakamu) berharap sebelum waktu itu tiba. Ia sudah merasakan semuanya. Kebahagiaan impiannya.

***

Iqbaal baru saja duduk di kursi roda saat pintu kamarnya terbuka. Iqbaal sempat menatap Rike yang tersenyum untuk menyambut gadis itu.

YouTubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang