Hari Senin, hari yang begitu menyebalkan bagi Ashila karena pelajaran di sekolah benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak sepandai Genta yang bisa dengan mudah menjawab soal-soal matematika atau bahkan fisika. Pasalnya, hari ini jam pertama setelah upacara adalah mata pelajaran matematika, setelahnya kimia.Sehabis istirahat, ia akan menemui fisika dan diakhiri dengan bahasa Indonesia. 3 mata pelajaran inti dari jurusannya mampu membuat kepalanya berdenyut sakit, apalagi jika harus ulangan ketiga-tiganya. Bisa mampus dia! Untung saja hari ini tidak begitu.
"Lo harus aniaya gue sekarang, Ray!"
"Hah?!"
Arzia mengibas-ngibaskan kipas yang ia bawa dari rumah, "biar Bu Afi, Pak Andra sama Bu Dian nggak masuk! Gila aja lo, otak gue pecah kalo harus belajar ketiga-tiganya!" katanya menggebu-gebu. Meskipun dia sudah menjelaskan, kedua sahabatnya masih tidak mengerti.
"Do'a orang teraniaya cepat terkabul," jelasnya singkat.
Ashila menggelengkan kepalanya perlahan, ternyata bukan hanya dirinya yang mengeluh melainkan sahabatnya juga.
"Gila lo!" ujar Rayya.
"Bentar lagi juga UAS, materi belum selesai. Emang lo nggak apa-apa? Ntar alasan lagi, nggak dipelajari. Padahal sering berharap guru nggak masuk," kata Ashila dengan kekehan pelannya. Benar kan? Setiap siswa mengharapkan guru tidak hadir, saat mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal ujian guru juga yang kena. Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa.
"Ya iya sih, tapi kan gue males. Panas, mager pengen rebahan aja. Eh malah dipenuhi oleh hitung-hitungan yang nggak gue ngerti, frustrasi lah Bro! Gila apa?" oceh Arzia penuh semangat membuat Rayya dan Ashila tertawa kecil.
"Ya Tuhan, semoga Arif balik ke kelas membawa berita yang menggembirakan!" kata Arzia menengadahkan tangannya memohon do'a pada Sang Pencipta agar dikabulkan do'anya. Ashila dan Rayya hanya mengamini do'a Arzia saja.
Detik berikutnya, Arif yang mana adalah ketua kelas kembali membawa buku dan peralatan Sang Guru membuat Arzia mendesah kecewa. Rayya dan Ashila tertawa geli, "bentar doang kok, sabar."
Ucapan Ashila yang katanya 'sebentar doang' tidak mungkin Arzia percayai. Hanya saja mereka tetap memperhatikan guru yang sudah memasuki kelasnya dan bersiap untuk memberi materi yang belum dipelajari.
Setengah jam kemudian...
"Ada yang mau ditanyakan?"
"Hari ini Ibu nggak bisa lama-lama ya, latihan soal materi ini dan hari Rabu kita bahas materi terakhir beserta ulangan harian. Jangan lupa kerjakan, selamat pagi dan semangat menjalani hari ini."
"Selamat pagi, Bu."
Arzia tertawa pelan melihat guru Matematika keluar dari kelasnya, tahu seperti ini lebih baik ia menyuruh Ashila saja yang berdo'a. Agar cepat terkabul.
"Pak Andra bilang, hari ini ulangan. Siap-siap," teriak salah satu pengurus kelas membuat Ashila menghela nafasnya. Kenapa harus sekarang?
***
"Aku nggak mau kamu bolos, Genta!"
"Kenapa kamu jadi ngatur? Terserah aku mau ngapain aja, jangan bikin aku nyesel ke sini kalau tanggapan kamu malah begitu!"
Genta yang sedang emosi luar biasa pun melemparkan buku di hadapan Ashila membuat gadis itu tersentak hingga tubuhnya menegang di tempatnya. "Jangan pedulikan hidup aku, ini urusan aku. Kamu, nggak perlu ikut campur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me!
Novela JuvenilKamu itu kayak es krim, dingin tapi manis. Sebuah hubungan yang terlihat begitu manis di depan, belum tentu juga manis di dalam. Menjalin hubungan yang banyak diidam-idamkan teman seumurannya, nyatanya tak membuat hidupnya sempurna. Ia pikir bersama...