Pemotretan

34 1 0
                                    

Klein sedang duduk diruang pemotretan menunggu Kei yang sedang berada diruang ganti, tentu saja model pria lebih cepat berganti dan berias bukan?, sementara menunggu Kei.

Ben yang saat ini bertugas sebagai photographer memberi pengarahan untuk konsep pemotretannya. Tapi Klein bukannya serius mendengarkan pengarahan Ben dirinya justru tetap asik memandang pintu ruang ganti tempat Kei berada.

“Kau sebenernya ada hubungan apa dengan Kei?.” Tanya Klein tiba-tiba pada Ben dengan sedikit berbisik.

“Aku?, ah kita sempat pernah dekat waktu dikampus. Mungkin jika saat itu aku berani menyatakan perasaanku padanya kita sekarang sudah jadian.”

Ada nada penyesalan dalam kata-kata Ben sementara Klein rahangnya sudah sedikit mengeras, apa lelaki disampingnya tidak mendengar kata-kata Klein yang mengenalkan dirinya sebagai tunangan Kei?. Sungguh Ben cari mati !.

“Kau tidak cemburu bukan?, jika kau yakin Kei tidak akan berpaling padaku pasti kau tidak cemburu yah karena aku dan Kei Cuma masa lalu.”

Telak, perkataan Ben membuat Klein tersindir tentu saja. Hell jika Ben dan Kei punya masa lalu seperti itu , tentu saja dia juga punya. Bahkan kalau boleh dibilang hubungannya dan Kei masih berhenti dimasa lalu itu.

Kei masih belum bisa menggenggam tangan Klein untuk melangkah pada masa depan mereka.

“Kau tau Klein. Kau adalah sosok hebat ketika aku mendengar kau adalah tunangan Kei. Kau mungkin sudah tau tentang cinta pertama sekaligus pacar pertama Kei bukan? Itu adalah alasanku tidak menyatakan perasaanku padanya. Aku tidak bisa menggantikan sosok itu untuk Kei. Tapi melihat Kei menatapmu aku yakin dia sangat menyayangimu.”

Klein menyunggingkan senyumnya tanpa sadar.

“Tentu, aku memang tak pernah tergantikan.” Lirihnya sangat kecil hingga Ben tidak begitu mendengarnya.

Pintu ruang ganti terbuka, Kei keluar dengan tampilan kasualnya.Sungguh dirinya sudah berumur 20 tahun lebih tapi dia harus berpakaian layaknya ABG.

Sementara Kei merutuki pakaian dan riasannya yang menurutnya memalukan. Dua lelaki yang berada diruangan itu tak bisa melepaskan pandangannya dari diri Kei, tidak bukan hanya dua orang bahkan Elang pun ikut terkejut melihat penampilan Kei.

Kei terlihat manis dengan kaos santai kebesaran berwarna pink pastel dan juga celana jeans seperempat, kaos kebesaran itu bagian depannya dimasukkan kedalam celana jeans Kei. Sementara dikepalanya Kei memakai topi bulat yang manis.

“Wahhhhh Boss cantik bangett…., kalo kata orang korea jinja neomo keoptaa.” Ujar Elang antusias.

“Kei, kamu manis.” Ben tersenyum tulus setelah mengatakan pujian itu.

Klein yang merasa kesal Kei dipuji oleh pria lain dirinya mendengus sebal. ”Biasa aja, itu Cuma keajaiban make up.Udah cepet mending dimulai aja pemotrtannya.”

Klein langsung menarik tangan Kei cepat ketempat pemotretan. Baju Klein dengan Kei senada dan juga sepasang sepatu santai kopel yang manis menghiasi kaki mereka berdua.

Klein menarik Kei semakin mendekat kearahnya saat pemotretan berlangsung. Kei salah tingkah berada sangat dekat dengan Klein terlihat sangat kaku.

“Kei bisakah kau memikirkan sesuatu, yang bahagia? Agar senyummu bisa lepas?.” Tanya Ben, membantu agar Kei melepaskan ketegangannya.

Klein mendekatkan bibirnya pada telinga Kei.

“Kei masih ingat, dulu kamu sering banget manggil aku papa terus kamu juga manggil Ana temen sekelas kita mama. Kamu sering bercanda Ana itu mama kamu dan aku itu papa kamu. Tapi yang ada malah anaknya yang jadian sama si papa?.” Klein berbisik sedikit menceritakan kenangan ketika mereka masih SMP.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang