Tetangga Baru Pengganggu

15 3 2
                                    


Kei telah selesai dengan acara bersih-bersihnya. Ya setelah Klein mengucapkan kata-kata super duper nista bercampur dusta dihadapan ibu dan adiknya tadi. Kei segera bergegas masuk kekamarnya, karena Kei yakin Klein pasti akan dapat umpatan dan serangan dari ibu dan adiknya.

Mereka berdua tau bagaimana Klein telah menyakitinya dan bagaimana Kei sempat menjadi keledai dungu setelah Klein menghianati dirinya, lagi pula terakhir kali Klein kerumah Kei saat mereka baru putus, ibu Kei terlihat tak suka dan mengusir Klein dengan cara menyindirnya.

Setidaknya Kei bisa bernafas lega sekarang, tanpa Klein terasa begitu nyaman dan tenang. Kei bercermin merapihkan penampilannya, Kei tampak manis dengan penampilan rumahan sederhananya rambutnya tergerai dengan dress tosca selutut motif bunga krisan kecil terlihat nyaman dan jatuh lembut dibadannya. Dipergelangan tangan Kei tersampir sebuah ikat rambut mutiara dengan tali krem. Yah Kei memang suka menyampirkan ikat rambut seperti itu untuk berjaga-jaga jika dirinya merasa gerah.

Tangan mungilnya menggenggam gagang pintu kamarnya menggerakkan tuasnya turun kemudian membukanya. Perutnya sangat lapar, lari pagi cukup menguras energinya. Saat akan berjalan menuruni tangga kaki Kei berhenti seketika saat dirinya melihat kearah ruang tamu rumahnya.

‘Apa- apaan ini?’ batin Kei bertanya tak suka.

Diruang tamu Kei terlihat ibunya yang sedang sibuk menyediakan berbagai suguhan makanan kecil untuk Klein, dan adiknya yang sedang menyengir bodoh menatap Klein sambil melemparkan berbagai pertanyaan aneh.

“Astagaaaaa , Kenapa kalian belum mengusirnya???!!!.” Kei berteriak dari arah atas tangga rumah, kemudian berjalan turun menuju ruang tamu.

“Kei yaampun, ga baik anak gadis berteriak seperti itu , kurang sopan.” Ibu Kei berjelan menghampiri putrinya memegang bahu putrinya yang sudah turun naik akibat mengeluarkan nafas kesal.

“Tau ni kakak, di depan pacar sendiri juga masa kelakuannya kaya tarzan. Diminum lagi kak sirupnya.” Setelah menimpali perkataan ibunya, Kyle kembali melihat kearah Klein dan tersenyum sambil menyuruh Klein menghabiskan sirupnya.

Klein sendiri tetap santai dan menenggak sirupnya pelan, tidak menggubris Kei yang terlihat seperti ingin menyemburkan kemarahan lagi pada dirinya.

“Kenapa pada sok baik si sama makhluk kurang ajar itu.” Seloroh Kei tajam, Klein bangkit dari duduknya dan tersenyum sambil berjalan kearah Kei. “Sebaiknya aku pulang dulu tante , adik manis. Kei lagi PMS mungkin marah-marah mulu.”

“Kak Kei itu nenek sihir kak, ga usah nunggu PMS tiap hari juga kelakuannya udah barbar.”

“KYLEEEE!!!” teriak Kei kemudian mengambil bantal sofa dan menimpuknya kearah Kyle.

“Sudah sudah kalian berdua ini berantem mulu.”

“Klein pamit dulu tante , nanti Klein main lagi bolehkan? .”

“oh ten….”

“Gak ada kata main kesini pulang sana!!!” Kei memotong perkataan ibunya, enak saja makhluk sial ini mau berkunjung lagi kerumahnya.

Klein mengacak rambut Kei gemas “Jangan marah- marah mulu nanti cepet tua sayang.” Kei kembali ingin mengeluarkan suaranya namun Klein segera memotongnya “Aku pulang dulu ya Kei, jangan Kangen.”
Setelahnya Klein berbalik meninggalkan rumah Kei.

“GAKKK AKAN KLEIIIIN!!!!.” Teriak Kei yang akhirnya bisa mengeluarkan suara saat dirinya telah bisa mengatur napas yang menumpuk panas karena emosi.

Kei menatap kedua orang yang sedang melihat dirinya penuh selidik. Adik dan ibunya kini sedang menatapnya seperti ingin mengeluarkan segudang pertanyaan pada Kei.

Never to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang