MY STORY "all about ZERO"

15 3 1
                                    

Vote and comment sangat diharapkan^_^

Zero (nol)
[Percakapan aku dengan seorang Bapak]

Seorang Bapak tua bertanya padaku disuatu sore,

"Hei, nak.....apa yang paling kau benci didunia ini?"
Lalu aku menjawab dengan tenang, "zero...."
Kening bapak ini pasti berkerut heran, dan dia bertanya kembali padaku,

"Zero?"
"Ya, aku paling benci dengan zero!"
"Mengapa....?"
"Karena dia tidak ada artinya sama sekali, kosong dan hampa!" teriakku dengan ganas!

Bapak ini malah tertawa keras, lalu katanya padaku dengan senyuman yang hangat,...

"Sungguh kau tak tahu kalau "zero" juga adalah sebuah nilai yang bagus?"

Aku terperanjat, dengan kesal dan sedikit penasaran aku berteriak padanya,

"Bapak,....Kau tak tahu, nol atau zero itu tak ada harganya! Walaupun Kau tetap bilang nol itu adalah sebuah nilai!" dengan emosi tingkat tinggi aku menghentakkan kakiku, lalu aku menyambung lagi sambil menghatur napas,

"Coba lihatlah diriku,....apa yang terjadi padaku! Lihat! Lihatlah, ini semua gara-gara zero! Jika tanpa dia aku pasti bisa melangkah dari satu sampai ke sepuluh! Jika nol tidak ada aku sudah terbang ke negeri seratus!"
Kekesalan hati ini meluap,....eh Bapak tua malah menggeleng kepala, dengan penuh kesabaran dia memegang tanganku,

"Fani,....ikut Aku yuk...."katanya padaku Dia menatap mataku berusaha meyakinkan hatiku!

"Bapak mau bawa saya kemana?" tanya diriku padanya.
"Ketempat yang pasti akan kau sukai....." kata Dia dengan tenang. Masih penasaran aku mengikuti langkah kakiNya juga,

Sepuluh menit lewat, masih saja kami berjalan. Kakiku mulai pegal!

"Hei Pak tua! Saya mau dibawa kemana ini , Pak?" tanyaku bingung, aku tengok kekanan dan kekiri, semua jalan tertutup kabut yang tebal. Mataku sakit oleh asap atau kabut yang tebal ini. Aku sama sekali tidak bisa melihat apa-apa.

"Hei, Pak sebaiknya aku pulang saja. Mataku sakit, tidak bisa melihat!" seruku padanya. Kakiku berhenti dan tidak mau berjalan lagi.

"Jangan berhenti, Kita harus tetap berjalan. Tutup saja matamu!" perintah Dia.
Hatiku yang pemarah dan penuh keegoisan tidak terima diperintah.

"Mengapa aku harus mendengarkanMu, aku tidak mau...." kataku ketus pada Bapak ini.

Dia hanya diam saja. Selama kami tetap berjalan Dia hanya berdiam diri. Dan aku pun tak berani membuka mata. Akupun menurutinya juga walau hati ini kesal setengah mati.

Setelah sekian lama berjalan, kami pun sampai disebuah tempat......

"Nah sudah boleh di buka matanya, lihatlah dengan jelas...." kata Bapak ini.

Aku membuka mata perlahan.....kulihat seperti sebuah negeri, padang pasir luas....

"Mengapa Kau malah membawaku kesini, ini bukan rumahku. Ini padang pasir tandus! Disini tidak ada kehidupan. Apa yang bisa kulakukan disini!" teriakku kasar padaNya.

Dia hanya tertawa renyah,.....kenapa malah tertawa gerutuku!!

"Apakah kau sudah melihat dengan jelas, anakKu?" tanya Dia lagi padaku.
Emosiku memuncak, aku berteriak lantang padaNya,

"Hei, Bapak apa Kau sudah gila, atau aku yang jadi gila karenaMu? Ini negeri orang mati. Tidak ada yang sanggup hidup disini! Padang pasir!! Apa Kau mempermainkan diriku he!?" aku berteriak frustasi.

"Coba tenangkan dirimu, nak. Jangan terlalu bersemangat begitu. Tak baik.....Lihatlah baik-baik kedepan hanya kedepan, bukan ke arah yang lain!" perintah Bapak ini lagi.

Aku menurutinya bukan karena aku mau, daripada penasaran....apa salahnya menuruti saja semua kata-kata si Bapak tua ini!

"Akh.....apa itu disana?" tanyaku padaNya. Ku tengok baik-baik kedepan. Astagaaa....sekumpulan "nol"???

"Apakah ini.....sekumpulan "zero" yang kubenci!! Mengapa mereka bisa ada disini?" tanyaku seolah hanya diriku saja yang mendengar suaraku karena terlalu pelan....seperti berbisik saja.
Bapak itu bilang begini,

"Nol yang kau benci, mereka berkumpul disini. Nol yang kau bilang tidak ada gunanya....

Sepertinya kau salah. Mereka telah menciptakan negeri sendiri....sungguh indah bukan?"
Aku menangis tersedu-sedu. Kupikir "nol" itu tak berguna! Tapi ternyata tanpa dia aku tak mampu meneruskan hidupku mengambil angka yang lain.
0,1,2,3,4....10,11,12,13....20,21,22,23...100. Dst...

Astaga benar! Ketika aku mulai berhitung, jika tanpa nol, tak ada angka lainnya. Nol dipakai penggabungan angka minus dan positip. Nol juga berfungsi sebagai penerus angka satu sampai seratus. Nol juga dapat berubah menjadi angka ekuivalen. Nol meski tak ada nilainya tetapi......tetapi.......

Air mataku semakin deras saja. Tak berhenti mengalir dipipiku ini. Benar sekali, bilangan bulat harus ada nolnya. Semua nol dipakai dalam setiap matematika, kali, bagi, kurang, dan tambah. Nol ditambah nol tetap nol, tak berubah. Tapi nol bisa dijumlah dengan angka hidup. Nol yang selama ini kubenci karena dia kuanggap sial.

"Sudah, tidak usah menangis. Kau harus putuskan sekarang dalam hidupmu. Jangan benci nol. Harus berteman dengan nol, karena nol bisa menjadi tak berhingga"00"

"Karena tidak mungkin bisa ke satu kalau tidak dari nol dulu. Kalaupun kau mau mundur kebelakang menjumpai minus, kau harus melewatinya juga. Apa kau mengerti sekarang, nak?" Bapak itu memegang kedua pipiku. Aku tersenyum padaNya.
Senyumku sekarang bukan hambar dan kosong,....manis sekali.

Sekarang aku mencintai nol. Semakin suka padanya dan berkawan dengannya.

Aku mengangguk pada Bapak dengan yakin,
"Bapak, aku tak akan membenci nol lagi. Aku berjanji....." kataku padaNya. Lalu aku pergi bergabung dengan mereka. Orang-orang yang memakai baju bertuliskan "saya adalah nol".
Perjalanan hidupmu di mulai dari nol...ketika kamu mengalami kemiskinan, jangan putus asa...tetaplah bekerja dan terus berdoa...maka angka nol akan berubah menjadi...~ tak berhingga!

Tamat.


Translate bahasa inggris-indonesia from Stenny

WORD SEQUENCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang