: Day 13 :

12 1 0
                                    

Jum'at, 13 Oktober 2017.

*****

13.39

Dara menapaki trotoar, tak ada satupun angkot yang menuju rumahnya lewat. Dara jarang melewati tempat sepi seperti ini.

Ia sebenarnya takut, namun tak ada jalan lain untuk menuju rumahnya, memang ada sih tapi dijalan besar dan terlalu jauh karna melewati belok-belokan.

Dara menatap jam tangannya sebentar.
"Duh, gue gak biasa jalan lagi"

Gerutuan Dara seketika sirna ketika ada motor yang mengikutinya dari belakang. Dara menatapnya takut namun kembali sirna karna faktanya motor itu dikendarai oleh Jaya.

"Gue ga mau pulang sama lo!"

Jaya tersenyum tipis.
"Gue gak ngajak lo pulang kok"

Kemudian motor itu melaju kencang melewati Dara, membuat gadis itu menggerutu kesal.

"Awas lo"

Tiba-tiba suara motor terdengar lagi. Namun kali ini terdengar lebih kencang, bising dan banyak.
Dara menoleh mendapati sekumpulan geng motor berjacket hitam tengah membuntutinya.

"Sendiri aja nih neng?"

Dara meneguk ludah bulat-bulat. Langkah kakinya bertambah cepat tak ingin berurusan denfan kumpulan anak geng itu.

"Eh, kok lari sih? Abangkan niatannya baik mau ajak pulang bareng"

Dara tetap diam. Ia tak mau menjawab.

"Kok, diam bisu ya--"

Bruuukh

Dara spontan menoleh. Matanya menangkap Jaya yang tengah memukuli cowok yang mencoba merayunya tadi.

"Wah, ada pahlawan kesiangan nih" ucap salah satu temannya.

"Ngomong sekali lagi lo"

Dara mendekati Jaya dan lanaung menghentikan tinjuannya.
"Mending kita balik"

Jaya menghiraukan bisikkan Dara, tanpa basa basi memberi bogeman pada cowok yang berbicara tadi.

Teman-temannya tak tinggal diam, mereka mendekati Jaya yang berdiri sendirian tanpa teman, maksudnya teman yang dapat diajak untuk membantunya berkelahi.

Bhuukh

Braak

Bugh

Jaya terjatuh dengan keadaan tubuh tak berdaya, wajahnya penuh luka lebam. Terlebih perut bagian kirinya yang selalu ia pegang.

"Get out"intruksi tersebut membuat geng tadi pergi. Meninggalkan Jaya sembari tertawa cemooh.

Dara menatap lansung terduduk bersimpuh ditrotoar, air matanya terus mengalir diwajah enggan memegangi wajah Jaya, takut cowok itu kembali merasakan sakit.
"Gue, mohon Ja bertahan demi gue"

Jaya mengangguk lemah, sembari menoreh senyum.
"Iya, Dara"

Setelahnya semua menggelap.

*****

Apa pengorbananku merubah pikiranmu yang terus mengatakan bahwa aku benalu, Dara?

SS[1] OktoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang