My First Bestfriend (Chapter 2)

69 8 0
                                    

Bruk

Sontak semua buku yang ku pegang jatuh berantakan.

Aku langsung saja mengambil buku yang telah berserakan di lantai tanpa mempedulikan laki-laki itu.

"Mengapa kau membawa buku materi biologi sebanyak ini?"

Aku tetap merapikan buku tanpa membalas pertanyaannya.

Tiba-tiba laki-laki itu mengambil selembar kertas di lantai.

Boom! Itu adalah hasil remedialku.

Aku tetap saja tak mengetahui siapa laki-laki itu, wajahnya tertutup oleh hasil remedialku.

Aku hanya diam menahan malu.

"Apa aku bisa membantumu?", tanyanya seraya menyodorkan hasil remedial itu kepadaku

Astaga. Ini Christian.

"Ka.ka.kau pemilik pena silver itu kan?!", tanyaku dengan setengah tak percaya.

"Haha iya. Maafkan aku tidak sopan padamu beberapa waktu lalu. Aku Christian", balasnya

"Aku Devh Shine. Untuk kejadian itu lupakan saja"

"Wow nama yang sangat bagus"

"Terima kasih"

"Kau mesti belajar yang giat agar terhindar dari nilai bertinta merah Devh"

"Kurasa begitu"

"Jika kau mau, aku bersedia membantumu"

"Maaf. Aku tak bisa menerima tawaranmu. Aku tak ingin merepotkan orang lain"

"Baiklah. Good luck Devh"

"Thank you Christ"

--------------------

Tik..

Tik..

Tik..

Suara tetesan hujan yang terdengar di balik jendela kamarku.

Kau datang disaat yang tepat, hujan.

Setidaknya kini aku merasa lebih tenang di tengah stres yang aku rasakan akibat tugas ini.

Ku buka jendela kamarku

Wushhh

Aroma hujan seketika menusuk hidungku dalam-dalam.

Sungguh tenang rasanya.

Ku pandangi tetes demi tetes hujan yang turun.

Tiap tetesan yang jatuh membuatku semakin merasakan ketenangan yang luar biasa.

Check ur phone..

Check ur phone..

Tiba-tiba saja handphoneku berbunyi.

Yaps. Ada sebuah e-mail masuk.

Tunggu sebentar.

Pengirimnya Christian?
Kumpulan metode memahami materi biologi?

Kenapa dia sebaik ini?

Aku masih tak habis pikir kenapa dia sebaik ini pada perempuan yang baru dikenalnya.

--------------------

"Selamat Devh. Kamu berhasil mendapatkan nilai lebih baik dari beberapa ujian sebelumnya. Teruskan belajarmu nak!", ucap guruku dengan penuh kebahagiaan

"Siap pak, terima kasih"

Aku berhasil melewati tinta merah pada biologiku.

Hal ini tidak lain berkat metode yang dikirim oleh Christian.

Aku harus berterima kasih kepadanya.

Mungkin saja jika dia tak mengirimkan metode itu, nilaiku tetap saja bertinta merah.

--------------------

Kring...

Kring...

Kring..

Mendengar bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung meninggalkan kelasku dan berlari secepat kilat menuju kelas Christian.

Aku berharap dia masih ada di kelasnya.

XI MIA 1

Yaps. Ini kelasnya

Sial. Bel berbunyi sekitar 5 menit yang lalu dan kelas ini sudah kosong?
Yang benar saja.

"Kau mencari siapa?", tanya seorang perempuan yang tiba-tiba memegang pundakku.

"Eh.. Christine. Aku sedang mencari seseorang"

"Siapa? Kakakku? Dia sudah pulang"

"Christian? Tidak. Aku tidak mencarinya"

"Jika Christian sudah pulang, mengapa kau kemari?", sambungku

"Aku hanya memastikan bahwa kakakku benar-benar pulang"

"Adik yang baik"

"Aku boleh menjadi sahabatmu Devh?"

"Hm. Tentu saja"

Kini aku memiliki seorang sahabat yang misterius.

"Hari ini kau sibuk?", tanyanya

"Kurasa tidak"

"Hm. Bagaimana kalau nanti kita ke Mall XX?"

"Boleh saja"

--------------------

Ini pertama kalinya aku keluar bersama seorang teman.

Sahabat, maksudku.

Entah apa yang harus aku bicarakan nanti.

Semoga saja dia tetap mau bersahabat denganku setelah ini.

"Maafkan aku telah membuatmu menunggu", ucap Christine.

"Lupakan saja. Apa yang akan kita lakukan di tempat ini?"

Christine langsung menarik tanganku menuju sebuah kafe ternama.

Kami membeli 2 gelas milkshake dan mencari sofa di dekat dinding kaca.

Christine membuka pembicaraan,

"Apa aku boleh tahu lebih banyak tentang dirimu?"

"Tentu. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Aku ingin tahu mengenai latar belakang keluargamu"

"Aku berasal dari keluarga sederhana. Ayahku asli Indonesia sedangkan ibuku keturunan India. Aku adalah anak tunggal. Bagaimana denganmu?"

"Hm. Papaku juga asli Indonesia dan alm. mamaku keturunan Aussie. Saudaraku hanya kak Christian. Kami ditinggal oleh alm. mama setahun yang lalu. Huh. Kau membuatku teringat dengan alm.mama", jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maafkan aku. Aku tak bermaksud membuatmu sedih. Sekali lagi, maafkan aku"

"Tak apa. Kau tahu? Aku sangat beruntung memiliki kakak seperti Christian. Dia selalu berusaha membuatku agar mampu menunjukkan senyumku setiap hari", jelasnya dengan senyum yang manis

Kurasa Christian memang laki-laki yang sempurna.

"Aku yakin Christian juga beruntung memiliki adik sepertimu", ucapku

"Semoga saja begitu"

"Tine. Apa aku boleh bertanya sesuatu mengenai Christian?"

"Tentu saja"

"Mengenai pena silver. Apa yang membuat pena silver itu sangat berharga?

The Silver PenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang