part..11

39.8K 1.4K 7
                                    

"Hueekkk.... hueekk...." terdengar samar  suara orang sedang muntah membuatku terbangun dari tidurku dan melihat sisi kananku dan aku tak melihat Fisa di sampingku.

"Hueeekk..." suara itu terdengar lagi. Dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan ku lihat Fisa tengah bersimpuh di depan closed dengan wajah pucatnya.
Perlahan kudekati Fisa dan kupijat tengkuknya pelan.

"Sejak kapan kamu di sini?" Tanyaku penasaran karna raut wajah Fisa yang sudah begitu pucat seperti sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Fisa hanya menggelengkan kepalanya dan kembali memuntahkan isi perutnya namun bukan isi perut yang keluar tapi hanya cairan yang keluar.

Tak lama akhirnya dia berhenti memuntahkan isi perutnya.
kemudian ia menyandarkan tubuhnya di dadaku terlihat begitu pucat.
perlahan ku angkat tubuh Fisa dan kubawa kembali kedalam kamar. Ku rebahkan tubuhnya. ku elus lembut wajah pucatnya hingga ia terlelap.

°°Π°°

Pagi menjelang siang. Fisa masih saja berbaring di dalam kamar, mungkin karena lemas setelah muntah benerapa kali pagi hari tadi.
Sungguh aku tak tega melihat nya.
Jika saja semua bisa dilimpahkan kepadaku, aku pasti akan dengan senang hati menggantikannya, karna aku tak sangup, sungguh tak tega jika melihat Fisa mengalami semua itu.

Sudah beberapa kali ku tawari dia untuk pergi ke dokter namun tetap saja tak mau. Katanya sih hal yang wajar, dan aku hanya bisa menurutinya.

Aku yang telah selesai memasak bubur pun bergegas ke kamar dan mulai membangunkan Fisa.
"Sa  bangun udah siang ini. Makan dulu yuk aku udah buat bubur nih." ucapku lembut seraya mengelus kepala Fisa lembut.

"Hey bangun. kamu gak laper?"

"Masih ngantuk yan. Perutku mual banget" keluhnya dengan wajah pucat. aku tau apa yang di rasakannya, pasti sangat tidak enak.

dengan perlahan aku mengulurkan tanganku ke arah perut Fisa.
"Sayang jangan buat mommy capek ya kasin tu mommy kamu pucat banget. Sekarang biarin mommy makan ya sayang biar kamunya juga sehat di sana." aku mengelus lembut perutnya yang masih terlihat datar tak lupa dengan kecupan ringan. dan seolah berbicara pada bayi dalam perut Fisa.

"Udah yuk sekarang coba kita makan pasti gak akan mual lagi deh." kataku.
Kubantu Fisa untuk mendudukkan badannya dan menyandarkan tubuhnya di ranjang. Perlahan kusuapi bubur ke dalam mulutnya.

"Gimana? Enak?" Tanyaku hanya mendapat anggukan kepala dari Fisa.

"Yaudah abisin ya, abis itu minum susu hamilnya ya?" ucapku dengan nada lembut lagi lagi Fisa hanya mengangguk.
Setelah separuh bubur telah kandas ke dalam perut Fisa, ia tak sanggup lagi untuk menghabiskannya aku pun tak mau memaksa.

"Yaudah sekarang minum susunya ya?" Tanyaku lembut.

"Eneg yan, gak enak susunya. Aku gak mau lah".

"Kok gitu sih gak kasian apa sama dedek bayinya. Kan biar dedek sama mommynya sehat sayang. Minum ya?" Bujukku.

"Tapi nanti aku muntah lagi yan. Eneg tau susunya itu" lagi-lagi Fisa menolak.

"Yakin deh sekarang gak akan eneg lagi." Ucapku lembut masih berusaha untuk membujuknya, ku ulurkan tangan kiriku untuk mengelus lembut perut Fisa dan tangan kanan menyodorkan susu ke Fisa.
Nafisa hanya dapat menuruti kataku dan tidak mengelak lagi.
Dengan perlahan Fisa  meneguk susu itu sampai habis.

"Gimana gak eneg kan?" Tanyaku.

"Iya gak eneg lagi. Aneh deh masa semua makanan buatan kamu pasti gak eneg, beda lagi kalo makaman beli apa aku yang buat. Pasti langsung mual mual akunnya" ucap Fisa heran
"kayaknya bakalan manja sama bapaknya ini mah. Masa apa apa harus kamu sih. Kayaknya dia pengen bapaknya yang ngurus emak nya deh"

Young momTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang