Matahari belum menampakan sinarnya, ayam pun masih terlihat asik dengan tidur nyenyaknya, sedangkan aku sudah terbangun hanya karena merasakan perutku yang begitu mual. aku segera melompat dan berlari kearah kamar mandi.
"Hueek....huek.." Akhirnya aku sedikit lega saat semua isi perutku berhasil aku keluarkan. Tapi entah kenapa perutku masih saja mual padahal aku sudah muntah beberapa kali. belum lagi kepala ku juga terasa begitu pusing.
Tengah membungkuk karena merasa ingin muntah lagi, Tiba-tiba saja tengkuk ku serasa ada yang memijit, langsung saja aku mendongak untuk melihat siapa yang memijitku dan ternyata itu Rian.
Harusnya aku tau itu.
Yah walau di sekolah dia kakak kelas ku tapi aku enggan manggil dengan embel embel kak karena kita seumuran. hanya saja kenapa Rian bisa menjadi kakak kelasku itu karena dia ikut program akselerasi, jadi walau umurnya masih 15 tahun tapi dia udah kelas 11 SMA
"Udah mendingan" pertanyaan yang keluar dengan raut wajah datar sambil memijat tengkukku. Kenapa aku malah makin sebel ya, memang dia nggak punya ekspresi lain apa selain datar dan dingin.
Dengan perasaan kesal Aku langsung menepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan kesal dan langsung beranjak meninggalkannya dikamar mandi. namun saat aku berada diambang pintu kamar mandi tiba-tiba saja kepala ku terasa pusing dan hampir saja aku jatuh kelantai kalau saja Rian tak sigap menangkap badanku.
"Makasih" ucapku ketus yang hanya di balas Rian dengan tatapan datarnya
"Lo sakit? ayo ke dokter." Aku meliriknya sekilas melihat ekspresi datarnya yang entah kenapa selalu membuatku panas sendiri.
"Enggak. gue nggak papa, paling cuma masuk angin aja."
"Lo hamil?" Mataku membelai menatap tak percaya pada cowok yang sudah beberapa bulan bersamaku. Nggak salah denger? Barusan dia bilang aku hamil? Hah. Yang bener aja.
"Lo gila? Mana ada gue hamil! Ngaco!" ucapku sedikit kesal dengan pertanyaannya.
"Siapa tau aja kejadian beberapa bulan lalu membuahkan hasil."
"Astaga sejauh itu pemikiran lo?" tanyaku tak percaya. "Dan lagi segitu hebatnya ya bibit lo, sekali masuk bisa langsung jadi. Hebat banget, bapak!" jawabku menyindir.
"Yakali aja kan." ucapnya datar sambil meninggalkanku begitu saja yang kini menatap heran dengan sikapnya yang tak pernah berubah.
"Arggh....kenapa sih tu cowok ngeselin banget lama-lama." Pekikku kesal dan memilih duduk di atas ranjang.
"Eh tunggu kalo gue ternyata beneran hamil gimana dong? Ah... Lo gak boleh negatif thinking Nafisa. Tenang dan rileks." ucapku menggeleng dan berusaha menenangkan diri.
Setelahnya aku memilih bergegas untuk bersiap menyiapkan segala keperluan di pagi hari yang mana itu sudah menjadi tanggung jawab ku, jangan berharap Rian akan membantuku. Cowok itu akan lebih senang di depan video gamenya ketimbang membantu kesibukanku.°°°π°°°
Bel tanda selesainya pelajaran membuatku segera bergegas untuk pulang. Aku berjalan menyusuri koridor sekolah melewati beberapa murid yang memberiku sapaan ramah yang hanya ku balas dengan senyum alakadarnya bukan karena tak ingin beramah tamah hanya saja aku masih kepikiran dengan perkataan Rian tadi pagi.
Hamil? Aku tak pernah berpikir itu akan terjadi. Aku bahkan sudah melupakan kejadian beberapa bulan lalu. Dan sekarang? Apa iya aku hamil? Jika itu benar adanya aku tak tau lagi harus berbuat apa.
Karena rasa penasaran yang semakin membuatku semakin pusing di perjalanan pulan aku pun memutuskan untuk berhenti di sebuah apotek.
Setelah memarkirkan motor, aku segera memasuki apotek dengan langkah gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young mom
RomanceKata orang Cinta dan Benci itu beda tipis. Dan mungkin gua akui akan hal itu. Gua suka lo, dan lo suka gua. Tapi tingkah dan kelakuan kita sama sekali nggak mencerminkan akan hal itu. Dan mereka ngak tau di balik itu semua kita memiliki rahasia yang...