part..10.1

44.6K 1.5K 18
                                    

Aku berjalan dengan santai menyusuri koridor tiap kelas bertemu dan bertegur sapa dengan para siswa-siswi yang berpapasan dengan ku hingga langkahku terhenti karena sebuah panggilan yang terdengar seperti menyebut namaku.

Ku tolehkan kepalaku untuk mencari siapa yang memanggilku, tapi sepertinya tidak ada siapapun yang memanggilku. Aku hanya mengedikan kedua bahuku tak peduli dan memilih kembali melangkahkan kaki menuju kelas.

"Fisa...!" Lagi-lagi suara itu menghentikan langkahku.Aku segera berbalik dan benar saja disana ada seorang siswa yang tengah berlari kearah ku. Aku berhenti sejenak untuk meyakinkan apakah benar orang itu yang memanggilku.

"Di panggil dari tadi kok malah jalan aja sih?" Tanyanya dengan napas sedikit tersengal.

"Apa mereka membuat masalah lagi?" Dave bertanya pada seseorang yang sedang menelponnya. Tangannya kanannya ia gunakan untuk mengurut pangkal hidung. Lelah menghampirinya, ini sudah pukul tujuh petang dan banyak karyawan yang sudah pulang. Hanya tinggal beberapa yang memang masih lembur. Dave mendengkus pelan, dia tidak tahu apa yang di perbuat oleh kedua anaknya kali ini. Jika Erna sudah menghubunginya seperti ini, jelas kedua anaknya sudah membuat banyak kerusakan di rumah.

Bukan hal yang mengejutkan untuk Dave, pria itu sudah sangat hafal dengan tingkah kedua anaknya yang suka menghancurkan seisi rumah. "Zaki tidak sengaja memecahkan vas bunga dan mengenai tangannya." Jawab Erna pelan, dia takut jika bosnya akan marah karena dirinya telah lalai menjaga buah hatinya.

Dave menghembuskan nafas pelan, rasa letih di tubuhnya kian berat saat mendengar kabar tentang kedua anaknya. Sejak kepergian sang istri, pria itu memang menghabiskan waktunya di kantor. Bahkan Dave jarang pulang dan sering kali menginap di ruangannya yang memiliki kamar khusus untuk dirinya. Perlakuan yang membuat kedua anaknya seolah terlantar. Namun, Dave tidak menyadari hal itu. "Bagaimana lukanya?"

"Tidak terlalu dalam, pak. Dokter Samuel juga mengatakan jika lengan Zaki baik-baik Saja. Mungkin untuk beberapa minggu Zaki akan kesulitan memegang sesuatu."

Kembali dengkusan kecil terdengar dari mulut Dave. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi kenakalan dua anaknya yang terbilang sudah kelewat batas. Pernah sekali Zak membuat ulah dengan membakar halaman belakang yang menghasilkan api cukup besar dan hampir membakar gudang di belakang. Saat itu, Dave tengah meeting dengan klien di luar kota harus dikejutkan dengan kabar itu. Bahkan Dave harus terbang dari Bali malam itu juga, saat Erna mengatakan Zak masuk rumah sakit karena sesak nafas, terlalu banyak menghirup asap. "Katakan pada Zak, aku akan pulang besok pagi. Hari ini sudah terlalu malam untuk aku mengemudi."

"Baik, pak."

Dave melemparkan ponsel di atas meja kerjanya, ia mengeluh dan berharap banyak pada istrinya yang sudah tiada. Berandai jika Devi masih hidup mungkin hidupnya tidak akan seberat ini. Membesarkan kedua buah hatinya seorang diri cukup menguras tenaga dan emosi, belum lagi dia merasa tidak betah untuk berlama-lama di rumah. Semua karena kenangan bersama Devi selalu membuat dadanya sesak. Dave mengurung diri dengan pekerjaannya, tidak peduli jika anaknya sangat membutuhkan perhatian darinya.

Tangannya meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, menghubungi satu nomor yang menjadi harapan terakhir untuk dirinya. Dering pertama tidak ada jawaban dari nomor itu, bahkan hingga dering ke lima, hasilnya tetap saja sama. Dave menyerah, meletakan kembali ponselnya di atas meja. Ia beranjak, berendam dan mengistirahatkan tubuhnya mungkin bisa mengurangi rasa lelah yang sedari tadi dia rasakan.

Young momTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang