Chapter 3

44 23 24
                                    

"Tak mengapa kau menganggapku aneh, asalkan keanehanku ini menjadi alasan mengapa kau tertawa."

William Aqwira

◾◾◾

Fisya turun dari motor matic pria bernama Willi, tubuhnya mulai menggigil, ia bergegas memasuki rumahnya, setelah itu ia akan merendam tubuhnya dengan air hangat dan meminum coklat panas. Ia berharap tidak akan flu besok.

"Gak tau terimakasih banget" Willi mengetuk-ngetukan jarinya ke stir motor.

Merasa tersindir Fisya membalikan tubuhnya, menaikan kedua alisnya menatap tajam Willi "perlu?" Balas Fisya.

"Songong!" Mendengar balasan dari Willi Fisya cekikikan.

"Iya will iya.. makasih ya.."

"Lo gak ngajak gue masuk, gue kedinginan nih"

"Ya ampun Will. Itu rumah lo keliatan, lo masih mau mampir dirumah gue. Emang bener ya pepatah bilang rumput tetangga itu jauh lebih hijau, lo aja lebih betah dirumah gue" cerocos Fisya. Rumah Willi bahkan berada tepat disamping rumah Fisya, saking dekatnya sewaktu kecil Fisya dan Willi tidak pernah lewat gerbang depan untuk bertemu, tinggal melompat pagar samping saja mereka sudah bisa bermain.

"Ayo dong Fis. Sebagai ucapan terima kasih gitu lo ajak gue masuk." Willi menaik-turunkan alisnya, Fisya menatap willi jijik

"Terserah" mendengar ucapan Fisya. Willi mulai melepas jas hujan yang ia pakai, lalu mengikuti Fisya masuk kedalam rumah, tidak lupa senyum yang selalu melekat dibibirnya.

◾◾◾

Setelah mengganti bajunya, Fisya turun menuju meja makan, Ibunya sudah menyiapkan dua coklat hangat dan kue yang masih hangat juga. Beberapa menit kemudian Willi datang, dengan baju berwarna hijau dan celana jeans selutut milik Fatar. Willi duduk berhadapan dengan Fisya dan mulai memakan kue.

"Seperti biasa. Kue sama coklat hangat bikinan tante selalu enak!" Puji Willi, mulutnya mulai penuh dengan kue.

"Cari muka" cletuk Fisya. Willi memeletkan lidahnya yang masih terdapat banyak kue.

Fisya meringis, kemudian memegangi mulutnya, ia hampir saja akan muntah. Kelakuan Willi terkadang membuatnya jijik.

"Nak Willi bisa aja.. ayo abisin"

"Pasti tante." Willi melanjutkan makannya. Sementara Tante Afifah ibu Afisya pergi untuk mengurusi butik.

"Btw fis, lo sekarang udah bisa, makan gak pake piring hello kitty?" Willi mulai cekikikan. Sebabnya gadis dihadapan Willi itu dulu tidak pernah bisa jauh dan tidak pernah bisa makan kalau bukan beralaskan piring bergambar hello kitty.

Willi ingat bahwa piring hello kitty itu adalah piring pemberiannya untuk Fisya saat gadis itu berulang tahun yang ke 14 tahun. Piring itu Willi dapat dari bonus pembelian sabun cuci baju yang bertuliskan 'gratis 1 piring cantik' siapa sangka piring cantik itu gambar hello kitty, ingat bahwa sahabatnya suka dengan hello kitty, hal hasil Willi membungkus piring tersebut dengan bungkus kado hello kitty dan memberikannya kepada Fisya tepat saat gadis itu berulang tahun.

Fisya menerima hadiah piring dari Willi dengan gembira, setiap makan ia selalu menggunakan piring tersebut, bila tidak Fisya tidak ingin makan. Tante Afifah ibu Afisya bisa mencuci sampai 10 kali piring hello kitty itu. Bayangkan, bagaimana tidak pudar gambar hello kitty pada piring itu kalau sehari saja dicuci bisa sampai 10 kali.

Fisya membalas ucapan Willi dengan deheman. Ia dongkol dengan Willi. Pria itu selalu membahas hello kitty kartun bergambar kucing cantik yang entah kenapa dulu Fisya sukai. Padahal sekarang ia juga masih suka walau tidak sefanatik dulu.

"Lo cowok gak modalan yang ngasih kado piring dari gratisan sabun cuci baju" Fisya menatap tajam Willi, pria itu tertawa keras.

"Gue kalo liat hello kitty ingetnya elo terus" balas Willi masih diiringi tawanya, Fisya mendengus kesal.

"Fisya si cewek galak plus bawel tapi berhati hello kitty" Willi tersenyum.

"Becanda lo garing Wiil"

◾◾◾

Seperti biasanya akhir pekan adalah hari dimana Afisya bermalas malasan. Mendekam didalam rumah adalah hal yang paling tepat untuk Afisya. Adapun list terpenting diakhir pekan adalah tidur, menghabiskan makanan di lemari pendingin, membuat kreasi masakan baru dan yang terakhir adalah menonton drama kesukaan. Membayangkannya saja sudah membuat Afisya tersenyum-senyum sendiri.

Namun, tidak dengan pagi ini. Pukul 8 pagi Afisya sudah diburu-buru oleh mamahnya untuk menjemput sang kakak Fatar di bandara. Empat hari sudah sang kakak bersantai-santai ria di negeri paman sam, ia mendapatkan tiket gratis karena salah satu temannya menikah bukannya mengajak Fisya Fatar malah pergi dengan temannya. Mengetahui itu Fisya sangat kesal, pasalnya Fisya ingin sekali melihat negara itu.

Sesampainya dibandara, Fisya dan sang mamah setia duduk di ruang tunggu, beberapa menit kemudian dua orang laki-laki dengan postur tubuh yang hampir sama mendekat kearahnya. Samar-samar Fisya mengenali kedua laki-laki itu, itu Fatar kakaknya dan sebelahnya adalah Fisya lupa.

"Fatar!" Ujar sang mamah, dari kejauhan Fatar melambaikan tangannya.

"Ma Bro!" Kini Fisya tersenyum lebar, Fatar mengelus puncak kepala sang adik. Lalu mencium tangan sang mamah diikuti pria disebelahnya

"Hai tante" pria disebelah Fatar tersenyum simpul.

"Eh.. inikan nak.."

"Rehan tante.." ucap pria bernama Rehan ramah.

"Oh iya nak Rehan.. temennya Fatar pas waktu kecil kan ya.. yang suka nyiumin Fisya dulu.." ujar tante Afifah diiringi dengan sedikit tawa, membuat Rehan tersenyum kaku.

"Loh.." heran Fisya.

"Kamu inget gak dek. Ini loh nak Rehan" Fisya menatap Rehan dengan intens 'perasaan gue pernah ketemu nih orang ya, tapi dimana' Fisya membatin.

Beberapa saat Rehanpun menatap Fisya 'kaya pernah liat nih cewe'

"Duh udah jangan saling tatap-tatapan gitu jadi serem, mending sekarang kita pulang, nak Rehan bareng kita aja ya"

"Boleh tante"

Diperjalanan hanya ada lagu dari nike ardila yang menggema di dalam mobil sambil diiringi senandung kecil dari mulut tante Afifah mamah dari Fisya dan Fatar. Sedangkan di jok depan Rehan memikirkan gadis bernama Fisya, adik Fatar, pria itu ingat dulu saat gadis itu masih berumur 5 tahun, saat ia datang ke rumah Fatar, ia tidak pernah absen untuk sekedar mengecup pipi gembulnya, menggoda dan membuatnya menangis. Sekarang Fisya kecil sudah besar dan tumbuh menjadi gadis yang cukup cantik, tapi seingat Rehan dulu nama gadis itu bukanlah Fisya namun Ica, ya Ica Rehan sering memanggil gadis itu dengan sebutan Ica.



Mulmed babang Willi😍

Jangan lupa like dan komen yaa.. 😊.
Big Thanks😂

Makannya vote sana komen oke😼 jan lupa..

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang