chapter 1

139 6 0
                                    

Sabtu pagi pada bulan oktober sekitar jam 05.38 langit masih biru khas suasana shubuh, namun sang surya terhalang mendung dan benar saja tidak lama turun tetes demi setetes gerimis, lelaki itu selesai mebuat secangkir kopi hitam ditemani sebatang roko kretek dengan tak lupa bacaan ringan dengan lantunan lagu Nirvana berjudul something in the way lagu sedikit jadul itu masuk daftar lagu favoritnya

Di kamarnya tertata rapih tak seperti kebanyakan kamar seorang remaja pada seumurannya yang biasanya sering berantakan namun dia berbeda. Tak terasa cangkir yang tadinya terisi kopi tersisa dedaknya dan buku yang ia baca sampai pada setengah dari jumlah keseluruhan halaman lantas ia menutupnya lalu bergegas untuk pergi ke suatu tempat dengan memakai sepatu converse lusuhnya ia berangkat.

Ia tinggal sendiri di kamarnya, kamar yang terpisah dari org tuanya yang ia bangun tanpa sepengetahuan ayah-ibunya kamar berukuran 3x3 m ia bangun dengan uang hasil keringatnya sendiri tak ada satupun keluarganya yang tahu. Ia memang suka menyendiri, bukan karena tak punya teman atau ada rasa dendam kepada keluarganya hanya saja ia menyukai sunyi karena dalam sunyi ia dapat mengetahui banyak hal baru

Setiap sabtu memang dia mempunyai jadwal berkumpul dengan kawan-kawanya, sabtu ini mereka membahas tentang pemberangkatan berikutnya untuk mendaki gunung mereka menentukan gunung mana yang kali ini mereka naiki, mereka bertimkan 5 orang sahabat sejak kurang lebih 4 tahun kebelakang.

Dia adalah tsani aksara seorang remaja yang menyatukan ke 4 orang lainya sejak mereka berteman sejak kelas 8 smp itu tsani akrab di panggil bong, entahlah mereka menemukan darimana nama itu, ia tak keberatan di panggil seperti itu jika itu membuat 4 sahabatnya itu senang. Pagi itu mereka berkumpul di rumah deni sedikit jauh dari kamarnya tapi tak apalah karena dia biasa berjalan jika ia lupa membawa sepeda atau ia pulang larur dan tidak pulang ke rumah orang tuanya. Entahlah ia lebih nyaman tinggal menyendiri di banding tinggal di rumah bersama orang tuanya.

Sekitar jam 07.30 di sebuah rumah besar dengan halaman yang cukup luas terdapat beberapa pohon tinggi dan sebuah saung berukuran 3x3 meter sudah berkumpul ke 4 temannya, deni, surya, raka dan bilal. Tsani lalu menyalami dengan salaman khas ala-ala mereka dan lekas membahas apa yang mereka rencana satu minggu lalu "oi jadi gimana nih kita naklukin gunung mana lagi?" raka membuka percakapan, ia memang sedikit belaga sok "ohhh jadi kamu merasa sudah menaklukin alam ka?" tsani membalas dengan menjitak dahi raka lantas mereka sedikit bergulat saling tindih saling pukul dengan inti yang bercanda deni dan yang lainnya hanya tertawa dengan agedan yang biasa mereka lihat, tak lama adik deni datang membawa minuman dan beberapa makanan ringan raka seketika berhenti melawan dan melongo melihat winda yang datang mendekat, semua mata tertuju kepada winda terkecuali tsani dan deni. Winda hanya tersenyum ramah saat menyadari banyak mata yang memperhatikannya

"silahkan kakak-kakak" sambil tersenyum manis.

"iyahh terima kasih win sini duduk pinggir aku win hehe" goda raka pada winda, lantas winda manyun menolak ajakan raka dan mendekati tsani "ehhh ka tsani, apa kabar kak?"

"baik win, kamu sendiri gimana kabarnya?" basa-basi tsani

"kabar winda baik kok kak, ehh kak siang nanti antar winda yah?" ajak winda dengan nada manja

"kemana win?, aku gabawa motor win coba ke raka tuh yang bawa motor" elak tsani

"ketoko buku kak, kan kak tsani banyak tahu soal novel-novel yang bagus, mqu yah kak mau please?" linta winda dengan wajah memelas

"yuk sama raka aja win mau jam berapa?" celetuk raka

"Gak!, aku ngajak kak tsani bukan ngajak playboy cap kuda nungging huuu" ejek winda pada raka yang memang dia naksir hampir ke semua cewe

"jadi gimana bong, gunung mana destinasi kita selanjutnya?" timpal surya sambil mengambil segelas jus jeruk bercampur susu dan tersenyum pada winda menandakan ia menerima minuman tersebut. "ehhmm bagaimana kalau gunung mega saja?" timpal bilal yang sedari tadi mengutakngatik komputer jinjing kesayangannya "aku ikut saja, terserah kalian mau kemana juga lagiankan ada teman perempuan yang ingin ikut juga, jadi mendingan jangan yang bertrack berbahaya dulu" jelas tsani yang baru ingat lula dan lita ingin ikut muncak

"ya sudah bagaimana dengan gunung rakutak saja?" saran deni "nahh iya rakutak saja bong" timpal surya yang sedang asik memakan makanan yang winda suguhkan. "aku terserah kalian mau kemana juga yang penting kalian senang" jelas tsani seraya mengeluarkan hammock dari tas yang iya bawa "oi den gak apapakan?" tanyanya pada deni meminta meminta ijin, deni hanya mengangguk "ohh dan jam berapa kamu ingin ke toko buku win?" lantas ia memandang winda "emmm abis dzuhur aja kak gapapa?, pake motor kak deni aja kak" jawab winda dengan bersemangat.

"Ya sudah bangunkan aku jika ketiduran, gapapakan den aku pake motormu dulu?" tanyanya seraya memasang hammock pada dua pepohonan itu, "lhaa kamu kaya ke siapa aja bong, pake aja lagian aku gabisa ngeles kalau si centil ini yang meminta" jawab deni sambil menyentil hidung mancung winda, winda hanya ber-hehehe lantas beranjak dan kembali ke rumah seraya melambaikan tangan pada tsani dan kawan-kawannya

***

Tsani menyalakan sebatang roko dan lantas duduk diatas hammock dan mengisyaratkan pada bilal untuk mengambilkan segelas coklat hangat yang winda suguhkan ia meminum coklat hangat itu dengan sangat menikmati sekali minumannya itu dengan ekspresi khasnya saat menikmati sesuatu yang sangat ia sukai, kembali ia menghisap batang tembakau yang dilinting dan di bungkus itu, "oi bong bagi 1 yak" pinta raka sambil melambaikan sebungkus rokok milik tsani "Gak" jawab tsani singkat dan memalingkan muka
"Pelit lu bong" ketus raka dengan bibir manyun
"Bilang dulu 'maafkan saya wahai tsani yang ganteng tanpa saingan'" perintah tsani pada raka dengan nada bercanda
"Maafakan hamba wahai raja buruk rupa tak terkalahkan" ejek raka pada tsani
"Sialan dasar kadal burik" balas tsani seraya melempari raka dengan kerikil
"Ambil aja kaya yang baru kenal aku aja ka" susul tsani pada raka
"Hehehe sory brader" raka cengengesan

Melihat adegan tersebut deni dan kedua kawan lainnya hanya tertawa karena memanga mereka berdua seeing terlihat seperti jerry dan tom. Habislah sebatang roko yang dihisap tsani ia pun terlelap diatas hammock dan tak ada yang menggangu ia tertidur karena mereka tahu jika hari jum'at itu ia tidak tidur satu menitpun.

Jam 11.30 tsani di bangunkan deni untuk segera bergabung untuk makan siang bersama seperti yang deni rencanakan karena sudah 2 bulan mereka tidam berkumpul. Lantas tsani mencuci muka dan beranjak ke dapur untuk membantu ibunya deni untuk menyiapkan makan siang.

"Ehh sudah nak tsani tunggu saja disana ga perlu bantu-bantu disini" perintah ibunya deni agak kaget setelah menyadari kehadiran tsani, "gapapa bu sini saya bantu saja" pinta deni. "ya sudah, nak tsani bagaimana kabar bapak?" tanya ibunya deni "baik-baik saja bu, sehat walafiat" jelas deni
"bagaimana sekolah nak tsani?" ibunya deni berbasa-basi
"yahh seperti biasa bu tetap membosankan hehehe" jawab tsani asal
"wuss kamu ini bukannya bersemangat bersekolah malah malas-malasan" seraya ibunya deni mencubit paha tsani
"hanya bercanda bu hehehe, ini bu sudah siap mari antarkan kedepan" jawab tsani
"yuk mari nak tsani" sambil mengangkat makanan yang mereka bawa

***

Setelah selesai makan tsani menepati permintaan winda dan segera berangkat ketoko buku yang mereka tuju. "hati-hati dijalan nak tsani jangan kebut-kebutan" seru ibunya deni agar tsani berhati-hati
"beres ibunda" tsani mengacukan jempol seraya bercanda pada ibu

Motor melaju sedang menyusuri jalanan bandung yang sedikit cerah dan memadatnya colume kendaraan di jalan, "kamu mau beli buku apa win?" tanyanya pada winda
"menurut kakak buku apa yang bagus?"winda balik bertanya pada tsani
"menurut aku seri bumi bagus win, karya tere liye"
"yaudah kak buku itu aja" balas winda

Motor melaju sedikit dipercepat dan tak lama tsani dan winda samapi di toko buku "yuk masuk win" ajak tsani
"yuk kak" winda mengangguk seraya meraih tangan tsani agar berpegangan. Secara refleks tsani memandang winda dan winda memandang balik

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang