Rasa sakit ditinggal pergi tak bisa menghilangkan luka dengan menghancurkan diri, karena luka rasa sakit hanya bisa dihilangkan dengan mengobatinya dengan luka yang baru.
Clara mengerakan tubuhnya sedikit dari tidurnya akan tetapi Clara merasa kalau tubuhnya susah digerakan karena ada berat badan yang menghalanginya. Mata Clara perlahan terbuka sedikit demi sedikit karena masih mengantuk. Clara mendongakan kepalanya keatas dan menampakan wajah tampan Devan yang sedang tertidur pulas seperti bayi karena mulutnya sedikit terbuka. Clara menatap bibir Devan yang pernah mencium nya itu. Dengan gerakan perlahan, Clara menggeser tubuh yang berotot itu dari dekapan Devan di tubuh mungilnya. Clara menggeser dengan sangat hati-hatii supaya Devan tidak terbangun dan ia pun segera menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai dari kamar mandi, Clara keluar dari kamarnya menuju dapur dengan lenggang Clara mencari bahan-bahan masakan di kulkas, akan tetapi yang ada hanyalah minuman kaleng saja tanpa ada bahan masakan apapun di dalamnya.
Clara lapar karena belum sempat makan setibanya dari rumah sakit, ia kembali berjalan keruang tamu untuk melihat jam dinding yang sangat besar pukul berapa dan sekarang jam dua dini hari, pertanda masih malam, lirikan mata Clara tertuju kemeja ruang tamu, di sana ada kantung keresek yang berlogo restoran terkenal, Clara menghampiri dan membuka apa isi didalamnya, matanya berbinar apa yang dilihatnya, senyum mengembang dari sudut bibirnya, tanpa berpikir panjang ia membawa makanan tersebut kearah dapur untuk memanaskan kembali makanan yang sudah dingin itu.
Tangan Devan meraba raba disekitarnya, tidak menemukan apa yang ingin ia raba, mata Devan memicing dan terbuka sempurna melihat sekeliling ruangannya, kosong! Tak ada Clara, Devan pun beranjak dan keluar hendak mencari dimana Clara berada, tapi devan mendengar suara aneh dari area dapur.
Perlahan-lahan Devan berjalan kearah dapur dengan cahaya yang memenuhi area itu, Devan berdiri di depan pintu dapur memperhatikan gerak gerik dan goyangan pinggul yang Clara lakukan ke kanan dan ke kiri, seraya bersenandung yang menurutnya itu sangat bahagia. Sesekali tangan Clara menggosok piring yang ada di wastafel.
Devan memicingkan matanya tak berkedip, karena sedari tadi ia meneguk salivanya sendiri, dengan memperhatikan Clara seperti itu saja, sudah membuat kepunyaannya yang ada di bawahnya sesak dari tempatnya.
Suara saliva yang Devan tidak sadari itu membuat Clara menghentikan senandungnya serta gerakannya. Clara berbalik badan dan melihat ada Devan di depan pintu dapur memperhatikannya, bagai serigala yang ingin menerkam domba ditengah hamparan rumput yang luas.
"Kau... Se-sedang a-apa di situ?" ucap Clara terbata bata. Devan melangkah menghampiri Clara dengan perlahan. Clara yang melihat langlah Devan yaang menghampirinya itu reflek ia mundur selangkah dengan sendirinya, "Ma-mau a-apa k-kau Devan." Devan tak menjawab, kakinya terus mendekati Clara hingga Clara terhenti dengan sendirinya karena menabrak wastafel yang ada dibelakang pinggangnya, tangan Devan terulur dan menyentuh pipi Clara dengan jemarinya yang besar, membuat Clara menjadi salah tingkah, jantung Clara berpacu dengan cepat hanya karena sentuhan yang Devan lakukan padanya.
Dengan sangat lembut Devan terus mengelus pipinya Clara, "Kamu sedang apa sayang, ini masih malam, hmmm?" suara berat Devan yang sangat lembut itu membuat Clara merasa nyaman, "Aku lapar tadi dan belum makan juga dari tadi saat keluar dari rumah sakit, dan didapurpun tak ada apa-apa untuk aku makan, aku makan juga makanan yang ada di meja depan, aku juga sudah memanaskannya, tadipun aku ketiduran diruang kerjamu, sempat baca juga jadi ketiduran deh." jelas Clara panjang lebar yang membuat Devan tersenyum.
"Maaf sayang, aku lupa kalau kamu ada di sini. Jadi, didapur tidak ada apa-apa. Nanti, besok aku akan beli bahan-bahan masakan." Clara memperhatikan wajah Devan dari dekat, wajah yang sangat tampan sekali pikir Clara.
"Aku tau aku tampan, tapi jangan melihat aku seperti itu. Kamu seperti mau memakan aku saja." kekeh Devan, yang membuat Clara mengerjapkan matanya dan membuat wajahnya itu bersemu merah seraya menundukan kepalanya karena ketahuam kepergok saat memandangi Devan.
Wanita ini sungguh cantik dengan sendirinya dan apa adanya, beda sekali dengan wanita-wanita yang pernah mendekatinya, pikir Devan. Tangan Devan terulur dan menyentuh dagu Clara untuk mendongak kearahnya, pelan namun pasti, Devan memeluk pinggang Clara untuk merapat didekapnya sampai tak tersisa celah diantara mereka.
Clara hanya pasrah dengan apa yang dilakukan Devan padanya. Sefikit demi sedikit mendekat kearah wajah cantik Clara. Akhirnya Clara pun dengan instingnya memejamkan matanya pasrah membuat Devan tersenyum lebar akan tingkah Clara yang menurutnya sangat lugu serta polos, membuatnya semakim tertarik pada wanita cantik yang ada di depannya itu.
Cup.
Bibir Devan menempel dengan sendirinya ke bibir Clara. Sentuhan lembut yang menggebu gebu itu membuat Devan hilang kendali yang ada ia hanya harus menyelesaikan apa yang ia mulai dan menuntaskan dahaganya, suara erangan dan desahan tertahan dari mereka memenuhi dapur itu, mereka saling menyecap, memagut, saling memberi saliva. Seakan bibir mereka itu salinh tarik ulur bagai magnet.
Tangan Devan yang semula berada di pinggang ramping Clara naik terus naik hingga tangannya berada dibongkahan dada yang sangat besar itu, ia meremas.
"Aahhhhhh...," Desahan pun lolos dari bibir yang tak terputus dari bibir Devan itu.
Devan yang tau kalau Clara kehabisan nafas menghentikan pagutannya dari bibir wanita tanpa ia kenal. Mereka berdua terengah engah bagai sehabis lari maraton.
Devan mengangkat tubuh Clara, sehingga Clara terpekik dan otomatis kaki Clara mengait ke pinggang Devan dengan sendirinya, sementara tangan Clara berada dileher Devan. Ia pun melanjutkan aksinya mencium Clara kembali seraya berjalan menuju kamarnya. Devan tak membiarkan ciumannya terputus, mereka saling memagut dan menyecap rasa bibir masing-masing membuat bibir mereka membengkak karena pagutan, gigitan.
Devan memasuki kamarnya dengan terus memagut dengan posisi Clara yang masih berada digendongannya bagai anak dan ibu koala.
Tubuh Clara dihempaskan di atas ranjang Devan. Clara terpekik dan memperhatikan Devan yang masih berdiri dan membuka kemejanya dengan sembarang dan tergesa-gesa. Air wajah Clara merah merona karena malu melihat tubuh sixpack dengan otot-otot bisep trisep yang membuat Clara tak bernafas sejenak karena melihat Devan seperti itu.
Dengan cepat Devan menindih tubuh Clara yang terlentang dibawahnya. Devan menggebu-gebu dan dengan rakusnya ia menyerbu tubuh Clara.
***
Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
![](https://img.wattpad.com/cover/125199477-288-k617525.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found (Terjebak) ✅
General FictionWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Dihapus!!!⛔ Tersedia di Google Play & Play Books!! Devan Ivanovic adalah CEO muda yang banyak di incar banyak wanita, dengan ketampanannya mengalahkan dewa yunani, diusianya yang ke 29 tahun dia sudah meraja...