Suara desahan terdengar memenuhi diruangan yang kecil dan gelap itu, laki-laki dengan semangatnya memaju mundurkan pingulnya kelubang wanita yang dia bayar di club malam itu.
"Aghhh... terus sayang, lebih dalam, yah yah terusss teruss, ssstt...aghhh." racau seorang wanita club malam yang biasa orang-orang butuhkan tiap malamnya.
"Plok! Plok! Plok!" suara erotis terus mengalun indah memenuhi ruangan itu.
"Argh..mmch."
Kedua orang yang berlawan jenis itu terus saling mencumbu menyecap bagai orang kesetanan, dan bagai tidak ada hari lagi untuk besok.
"A..kuuu mauuu ke..luaarrrr." racau wanita itu.
"Tahan jalang, ki..taa ke..Luu..Arrr ba.reng...aaahhhh." suara yang terbata-bata itu mengalun menegaskan.
"Argghhhh...."
"Aku.. Keluarrrr...." cicit wanita itu
"Argghhh...."
Crot... crot... crot...
Keduanya saling terengah engah seperti kehabisan nafas, keringat memenuhi diseluruh tubuh mereka.
Setelah laki-laki itu memenuhi pelepasannya didalam sarung sintetis kelubang wanita jalang itu, laki-laki itu terus melepaskan sarung sintetis itu dari kejantanannya dan membuang ketempat sampah, lalu bangkit dan mengambil beberapa uang merah dan meletakan uang tersebut dinakas samping kasur.
Sambil mengenakan kembali pakaiannya yang tercecer dilantai, laki-laki itu keluar dengan lega karena sudah mengeluarkan dahaganya.
***
Devan kembali duduk di kursi depan meja bar, sambil memesan tequila sepeti biasa. Sehabis olahraga ranjang tadi di ruangan yang dikhususkan bagi para tamu yang butuh pelepasan dan membayar para jalang yang tersedia di club tersebut.
"Hay dude." lelaki itu sambil menepuk punggung Devan dengan keras.
Devan hanya memutar mata jengah, sudah kebiasan lama laki-laki itu selalu mengganggu Devan setiap kali berkunjung di club malam itu.
Ya club malam itu adalah kepunyaan laki-laki yang sering mengganggu Devan setiap kali di meja bar yang tak lain adalah sepupunya yang nyentrik itu, berbeda sekali dengan Devan yang selalu memasang tampang tanpa ekapresi selalu diam tapi hot diatas ranjang.
"Jangan ganggu aku!" kata Devan tanpa menengok sepupunya yaitu Dylan Collin.
Dylan Collin Sepantaran Devan Ivanovic, lahirpun ditahun yang sama hanya saja Devan lebih dulu lahir dan beberapa bulan setelahnya Dylan Collin lahir.
Aunty May yang tak lain Ibu Dylan Collin adalah adik Papanya Devan Ivanovic. Aunty May menikah dengan Axel Collin yaitu Papanya Dylan.
"Hay brother, jangan menyendiri terus, ayo gabung dengan kita diruangan." ucap Dylan.
Devan bergeming sambil meneguk cairan putih yang membakar tenggorokannya, Dylan tidak tinggal diam terus memaksa saudara sepupunya itu.
"Ayolah brother, jangan seperti ini, lupakan aunty Elsa, sudah 2 tahun kamu seperti ini, aunty sudah tenang, ikhlasinlah brother." ucap Dylan sambil menepuk-nepuk punggung saudaranya itu.
"Kalau kamu mau gabung, kita masih ada ditempat biasa." sambil berlalu Dylan kembali dengan teman-temannya.
Devan masih menenggak minuman yang membakar tenggorokannya itu lagi seraya berdiri Devan dengan setengah sadarnya melangkah pergi dari club dan akan pulang ke apartemennya.Di jalan, Devan masih mengendarai mobil dengan tenang, tiba-tiba ditengah jalanan yang sepi ada seorang wanita yang menyebrang mendadak tanpa menengok kanan kiri terlebih dahulu.
Na'as sebelum Devan mengerem mobilnya tubuh wanita itu berguling-guling di aspal yang terjal itu dan sudah tidak bergerak lagi.
Devan syok, hanya diam sesaat sebelum dia keluar dari mobil dengan tergesa-gesa.
Dibalikkannya tubuh wanita itu, Devan mengecek apakah masih hidup atau sudah mati, nasib beruntung masih dimiliki Devan. Ia mengecek embali wanita yang oa tabrak, tidak ada yang luka akan tetapi pas akan menganggat tubuh wanita itu untuk ia bawa ke rumah sakit dan tangan Devan penuh darah dari kepala wanita itu.
Dengan tergesa-gesa dan terburu-buru Devan menelpon dokter pribadi keluarganya, mengabari bahwa Devan akan ke rumah sakit segera dan butuh perawatan segera. Sehingga dokter yang Devan hubungi barusan sudah berada di depan rumah sakit.
Setelah sampai ke rumah sakit, dengan tergesa-gesa Devan membaringkan wanita itu di brankar pembaringan rumah sakit sementara dr. Simon itu memasuki UGD untuk menolong korban yang dibawa Devan, dokter pribadi keluarga itu terus menangani pasien dengan serius di dalam ruangan UGD.
Devan terus gemetaran badannya dengan rasa gelisah, ia bergerak ke kiri dan ke kanan.
Tidak berapa lama, pintu ruangan UGD terbuka, tidak butuh waktu lama Devan menyerbu pertanyaan demi pertanyaan ke dokter pribadi keluarganya."Tenang nak, dia akan baik-baik saja, hanya saja kepalanya terluka dan itu membuatnya belum siuman." jelas dokter Simon, helaan nafas lega Defan seraya menatap wajah dokter Simon.
"Akan tetapi pasien butuh perawatan exstra dan harus cek up lainnya, takut terjadi hal yang tidak di ketahui dalam tubunya maupun kepalanya." lanjut dokter tua yang sudah merawat keluarga Devan. "Nak dia siapa?" tanya dokter Simon lanjutnya.
Devan pun menceritakan awal hingga akhir tanpa dikurangi dan ditutupi. Ia menceritakannya. Helaan nafas dokter tua itu dan memahami situasi yang dialami Devan.
"Tapi om jangan bilang kesiapapun yah apa lagi dengan daddy." ucap Devan.
Dokter Simon itupun mengangguk dan tersenyum ramah pada Devan.
"Kalu begitu nanti om kembali lagi yah, rawat dia hingga sembuh, aku bangga padamu nak." ucap dokter Simon seraya penepuk lengan kanan dengan pelan dan berlalu meninggalkan Devan yang menatap wanita yang sudah ia tabrak itu di balik kaca. Devan masih melihat wanita itu yang belum siuman. Tatapan matanya memandang wanita itu dengan minim ekspresi.
"Cantik." gumam Devan.
***
Ceritanya mainstream bingit yah.. Semoga pada suka.. Maklum awal-awal cerita.😘😘
Next yah....
***
Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found (Terjebak) ✅
Fiction généraleWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Dihapus!!!⛔ Tersedia di Google Play & Play Books!! Devan Ivanovic adalah CEO muda yang banyak di incar banyak wanita, dengan ketampanannya mengalahkan dewa yunani, diusianya yang ke 29 tahun dia sudah meraja...