Nia masih berkutat dengan laptopnya bak seorang bloger, tak dihiraukannya puluhan orang yang berlalu-lalang disekitarnya sedari tadi. Menunggu sesosok Reza menjemputnya di kantin kampus untuk pergi ke pusat perbelanjaan yang dari tadi tak kunjung kelihataan batang hidungya. Nia mengacak-acak rambutnya seakan kesal karena merasa cowok yang satu ini tak akan menepati janji. Tanpa pikir panjang Nia langsung mengambil handphone pipihnya dan mengetik pesan untuk Reza.
To: Reza "Za kamu dimana? Kita jadi pergi nggak sih? Aku udah lama banget nungguin kamu disini".
Send.
Nia mengetik sambil memasang wajah masamnya. Selang beberapa saat, ponsel Nia langsung bergetar seakan berteriak ingin dilihat.
From: Reza "Oh.. sory..sorry gue hampir lupa kalau kita ada janji ngedate". 'Ngedate', mata Nia membelalak melihat kata asing itu. Walaupun kata itu tidak diucapkan langsung oleh Reza, setidaknya Rezalah pengirim pesan itu.
***
"Kamu mau nyari apa sih? Maksud gue mau beli apa?" Tanya Reza memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.
"Sweater, tapi yang-" seru Nia.
"Yaudah ayo!" Reza memotong pembicaraan Nia sembari menarik tangan Nia kasar. Mata Nia membola melihat tingkah aneh dan jarang dari Reza, namun karena merasa senang Niapun mengikuti langkah pria itu dengan perlahan.
Di toko yang bisa dibilang minimalis itu, Nia mulai memilih sweater yang akan dia beli.
"Bagusan mana? Ini apa ini?" tanya Nia sambil memperlihatkan pilihan Sweater kesukaannya.
"Yang penting nyaman, nggak usah nyari bagusnya. Lagian kamu pake apa aja tetep cantik kok" jelas Reza seakan ingin menerbangkan raga Nia.
Mendengar kalimat itu Nia seakan ingin memakan pengunjung yang ada di toko tersebut saking kebawa perasaannya sama Reza. Rezapun tersenyum tipis melihat reaksi imut dari Nia, namun Reza tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Bahwa kenyataannya dia lebih memilih Kirana daripada Nia. Nia yang tak mengetahui kebenaran itu hanya bisa tidur dalam mimpinya dan kalau bisa Nia tak usah bangun lagi agar Reza tak bisa pergi dari hidupnya.
Ponsel Reza berdering panjang menandakan seseorang di seberang sana ingin berbicara dengannya lewat telepon. Saat Reza mengeluarkan ponsel pipih miliknya, terteralah nama Kirana disana. Tanpa ragu dan mengingat bahwa ia sedang bersama Nia, Reza langsung keluar dari toko sambil menepuk pundak Nia lalu menggoyangkan handphonenya namun layar belakanglah yang diperlihatkannya. Niapun mengangguk mengerti lalu membiarkan Reza keluar mengangkat telepon tanpa ingin tahu siapa yang mengganggu ngedateya kali ini.
"Ya Ran, kenapa?", tanya Reza memasang muka paniknya. Karena tumben-tumbenan Kirana menghubunginya tanpa menanyakan keberadaan Reza terlebih dahulu.
"Gini Za, gue lagi bingung gue mau ke rumah sakit jenguk papa tapi nggak tahu mau naik apa. Bisa nggak anterin aku? Nggak lama kok!" keluh Kirana seakan sangat membutuhkan sosok Reza.
"Ohh iya..iya.. gue lagi free kok" jawab Reza enteng. Perlu digaris bawahi kata Free. Free apaan nah lo lagi sama Nia, Za. Apa salah Nia, Za? Udah lo boongin, lo tinggalin lagi.
Tanpa pamit, tanpa rasa berdosa Reza rela meninggalkan Nia yang tengah sibuk memilih sweater didalam sana. Secara otomatis, saat Nia keluar dia tak mendapatkan pria itu disekelilingnya.
Sementara itu, Reza seperti sampah menemani Kirana pergi menjenguk papanya di rumah sakit. Seakan Papa Kirana adalah calon mertuanya saja, entah apa pelet apa yang digunakan Kirana sampai Reza lupa dunia ketika bersama Kirana. Bahkan Niapun yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama bisa ditinggalkan demi wanita yang belum tentu mencintainya sebesar cinta seorang Nia untuknya.
***
Dirumah sakit tempat sesosok orang tua dari wanita yang bernama Kirana Dwisana dirawat. Setelah sampai di tempat parkir rumah sakit tersebut, tanpa menunggu lama mereka berdua langsung memasuki ruangan demi ruangan untuk mencari ruangan mana yang dimasuki oleh papa Kirana, karena Kirana memang baru pertama kali menjenguk papanya karena kesibukkan yang dia lalui akhri-akhir ini.
Sesampainya di ruangan tersebut Kirana dan Reza langsung masuk sembari memasang senyum lebar nan manis ala mereka berdua.
"Pa, papa udah mendingan?" tanya Kirana dengan wajah paniknya.
"Nggak apa-apa, akhir-akhir ini papa ngerasa enakan. Ehh ngomong-ngomong itu siapa Ira?" Papa Kirana bertanya setelah sadar bahwa ada orang lain diantara mereka berdua, tak lupa dengan menggunakan nama kecil Kirana diakhir kalimatnya.
"Ohh ini anu pa-" jawab Kirana ragu sambil menepuk pundak Reza dengan lembut.
"Saya pacarnya Kirana om" celah Reza dengan lantang memotong kata-kata Kirana. Mendengar kata pacar mata Kirana langsung membola, beraninya Reza berkata seperti itu sementara kenyataan berbicara bahwa Reza tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Fania Larasati.
"Za apaan sih?" seru gadis itu keheranan. Sementara itu di sebuah kasur, papa Kirana hanya bisa tertawa melihat tingkah Reza dan anak gadisnya itu.
***
Gadis yang bernama Nia hanya bisa pasrah karena mengetahui Reza meninggalkannya ditengah adegan mereka hari itu. Sepertinya Nia sudah mulai sadar dengan tingkah Reza yang menunjukan kalau pria itu memang tidak serius menjalin hubungan dengannya. Melupakan kejadian tadi, Nia langsung membanting dirinya ke atas kasur nan empuk miliknya untuk menghilangkan penatnya seharian. Gadis itu mulai membolak-balikan posisinya dari kiri ke kanan lalu kanan ke kiri, sambil memeluk sebuah bantal guling bergambar abstrak hitam putih.
Hampir empat bulan mereka menjalin hubungan yang tak jelas ini, namun entah apa yang mengganggu pikiran dan hati Nia. Gadis itu semakin merasa bahwa first love itu tak berarti bisa bersatu untuk selamanya. Dia jadi ingat bahwa cinta ada kadalwarsanya dan mungkin cinta Reza untuknya sudah kadalwarsa atau mungkin memang tak pernah ada.
Wait.. Wait.. Wait!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Or Friendzone
Teen Fiction(COMPLETED) "Terkadang aku bingung jika harus berada diantara kau dan dia. Selama ini aku merasa tak pernah ada hal seperti ini menimpaku sebelumnya. Namun kenapa saat persahabatan berubah menjadi cinta kau malah memberi harapan yang membuatku yakin...