Dua

128K 12K 1.2K
                                    

Walau hanya berstatus sebagai pegawai magang, Kana Wulandari tidak pernah merasa minder saat berada disekeliling pegawai hebat stasiun TV Lima. Apalagi saat banyak dari mereka bertanya asal gadis itu berada. Dia akan bangga mengatakan bahwa dirinya berasal dari kampung, yang masa kecilnya di habiskan nyemplung di sungai bening bermata air banyak dan berasa sangat segar, tidak peduli ketika engkau sedang menenggak air sungai itu lalu beberapa sisa ampas kekuningan milik manusia mengapung mendekatimu. Jangan takut, selagi sungai masih mengalir, air yang kamu teguk itu akan terasa steril, bahkan akan ada sensasi manis-manisnya, karena sisa ampas tadi akan meluruh ke seluruh bagian sungai, termasuk yang ada di dalam mulutmu itu.

Bagaimana, tertarik mencoba?

Ya, Wulan tidak pernah malu, termasuk menceritakan bagaimana ia bisa lulus menjadi salah satu pegawai magang di sana, yang tentu saja karena ditawari oleh kakak tingkatnya yang juga pernah magang di situ. Bermula dari coba-coba, ternyata dia malah betah bekerja di TV Lima.

Saat pertama kali berada di dalam gedung TV Lima, Wulan yang aslinya ndeso, tidak berhenti menggigil kedinginan karena hembusan air conditioner tanpa henti menerjang tubuhnya. Seumur hidup tinggal di kaki gunung yang memang sejuk dari sananya, membuat dirinya tidak terbiasa terkena AC, walau seharusnya Wulan tahan karena udara gunung dan AC kan tidak jauh berbeda, sama-sama dingin.

Setelah itu Wulan menyimpulkan, dia bertahan dalam dinginnya suasana kali gunung semata-mata karena udara di sana masih alami, fresh from the oven kalau menurut kata bosnya, pak Bhum yang sejak pertama membuat urat-urat leher Wulan tertarik sehingga dia selalu nyaris mengeluarkan suara cempreng alih-alih suara kemayunya untuk merespon tiap ucapan atasannya itu.

Bicara tentang pak bos, grrr... Wulan tidak mengerti kenapa dia harus dijadikan asisten pria itu. Bahkan pada akhirnya, dirinya tidak bisa membedakan yang mana asisten news anchor dengan asisten rumah tangga. Malah Wulan merasa dia lebih sibuk dari itu. Jobdesknya sesuka pak Bhum. Kalau pria itu harus live di acara pagi, artinya Wulan harus bangun pukul tiga, membangunkannya itu lewat telepon, memastikan Bhumi benar-benar bangun-paling tidak ia akan memaki dalam bahasa Inggris- lalu kemudian dirinya sendiri akan terseok-seok mandi dan setelah itu pontang-panting mencari ojek yang akan membawanya ke gedung Cakrabuana, tempat TV Lima berada.

Itu baru urusan membangunkan Bhumi, belum lagi saat ia tiba di lokasi, harus briefing dulu di ruang newsroom, membahas ini itu sebelum sang bintang utama berdiri di depan kamera.

Sialnya, emak-emak dan para gadis tidak menolak wajah pak Bhumnya nongol di depan televisi mereka, tidak peduli pagi, siang, sore dan malam. Asal ganteng, mereka tahan duduk berjam-jam.

 Asal ganteng, mereka tahan duduk berjam-jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng tapi ngeres?

Wulan ogah lama-lama dekat Bhumi.

Untunglah dia bukan salah satu kriteria cowok idaman Wulan. Baginya wajah bukan urusan nomor satu, yang penting adalah bagaimana tanggung jawab seorang pria kepada Tuhan dan keluarga. Jika pada Tuhan dan keluarga saja sudah berbakti, kenapa tidak pada istri. Sementara pak Bhum, iyuh, iyuh, iyuh, di hari pertama Wulan memergoki pria itu dengan pembawa acara musik yang ratingnya jeblok tapi semok, dia nyaris kejang-kejang.

Bhumi dan Bulan (Sudah Terbit/ Dihapus Sebagian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang