tiga

84 12 34
                                    

Aku anak sulung dari dua bersaudara. Seperti yang sudah kalian tau, yang namanya Zhilan itu adalah adikku.

Aku tidak tau akan jadi apa dia bila tanpa aku.

"Mbak, garapin prku dong," rengek Zhilan. Ia tampak sibuk dengan buku-buku pelajaran di meja belajar. Meski posenya begitu, aku tau dia tidak sedang benar-benar serius.

Karena lampu utama kamar sudah dimatikan--aku sering silau bila berada di ruangan dengan lampu yang sangat terang-- dan diganti dengan lampu berwarna kuning lembut, dari atas kasur aku bisa melihat wajah Zhilan sedikit terpantul sinar yang berasal dari bawah dagunya. Apalagi kalau bukan sinar handphone?

"Ngerjain sendiri dong, lagian kamu dari tadi juga hpan terus. Mbak kasih tau Ibu mampus kamu," jawabku sengit.

"Ih, ini tuh gara-gara lampunya kuning-kuning gini. Mager jadinya kalo buat belajar."

"Lah siapa suruh ngerjain pr di kamar Mbak? Diluar deh sana, Ibu sama Ayah juga masih di depan tv kan?"

Zhilan merengut. Lagian, aku juga tidak mau memanjakan dia dengan mau mengerjakan pekerjaan rumahnya. Nanti dia jadi tidak mandiri. Meskipun aku sejak SMA jadi jarang mengerjakan PR, aku tidak mau adikku jadi ikut-ikutan malas sepertiku.

"Temenin yuk Mbak, ke ruang tamu. Di ruang tv berisik," pinta Zhilan.

Aku asyik berkutat dengan handphoneku dan tidak mendengarkan Zhilan. Ocha, teman sebangkuku yang super rewel itu sedang curhat lewat aplikasi watsap.

duh, gimana nih. kayanya aku beneran baper sama mas ethan :(

yaelah.
cuma gara-gara disenyumin
balik kemaren?

iyaaa
GILAAA SENYUMNYA IH
kamu harus liat sendiri gimana manisnya mas ethan

"Mbak, jangan pura-pura ga denger dong."

Aku melirik ke arah Zhilan.

"Mbak.."

"Hhhh. Mbak lagi sibuk."

"Apaan sih sibuk orang cuma main HP doang gitu. Di ruang tamu kan bisa Mbak. Ayo dooonggg, temenin Zhilan," kini Zhilan beranjak dan nemplok di pinggiran kasur sambil menarik-narik telapak kakiku.

Sumpah. Ngeselin banget.

jangan di r doang woyyy!

Ah iya, aku lupa belum membalas chat Ocha.

"Mbak Arumi. Mbak cantik. Mbak imut. Temenin dong, ayoooo temenin temenin temenin temenin," Zhilan masih saja merengek, kini dengan nada sok imut dan membuat risih talingaku. Suara Zhilan itu nggak ada imut-imutnya sama sekali. Dia bahkan lebih tinggi daripada aku. Jadi, bisa kalian bayangkan betapa gelinya aku? Aku tidak masalah dia bertingkah seperti itu kecuali kalau dia masih bayi.

Terkadang, aku tidak tau apa salahku sampai bisa dilahirkan menjadi seorang sulung dengan adik yang manja dan ngeselin. Kemanalah aku mau protes? Ini takdir, Arumi. Tiap manusia pasti selalu diberi cobaan.

lo lagi ngapain sih
balesss gak?!
so sibuk lo woooyy
eww

apaan sih lo brisik
ini si zhilan rewel banget ah kzl

kenapa lagi dia?

ah gatau kzl

idiihhh
ditanyain juga

Mas, Sandalmu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang