Dia Awanku

10 2 0
                                    

 "Cyra kau mau izin untuk satu hari?" suara Mom dari balik pintu

"Tidak perlu Mom" 

"Benarkah? kau yakin Cyra?"

Aku membukakan pintu setelah selesai berganti pakaian.  "Yes Mom, aku tak mau menjadi matahari yang bersembunyi dibalik awan  karena sebuah badai, aku mau keluar dari awan  karena aku tahu setelah badai akan ada pelangi yang indah"

Mom memelukku erat " Maafkan Mom cyra, Mom tak mampu berbuat banyak"

"Tak apa Mom, pelukan hangatmu sudah lebih dari cukup"

***
Didepan Mom hatiku bak tegar. Selepas pergi kaki kulangkahkan dengan getar. Ada ingatan getir yang aku sembunyikan sendiri dalam batin.

Untuk hari ini aku tak mau merangkai angan terlalu tinggi untuk sebuah kawan. Tak adapun kurasa tak apa, aku sudah terbiasa.

Sebentar lagi aku akan masuk kedalam kelas dan bersikap biasa saja. "Ayo cyra ini mudah" bisikku pada diri. Bel berdering, semua masuk ke kelas. "Tenang cyra, bersikap biasa."  Lagi-lagi menenangkan debar sendiri.

***
Jam istirahat dimulai. Masih belum ada tanda-tanda pembulian. Aku yakin mereka hanya bergosip tak sampai menyakitiku dalam hal fisik,semoga. Aku bisa!!

Belum sampai sepuluh menit keyakinanku habis.

"Hai kau? Kalau jalan pakai mata. Eh..iya lupa kau buta ya"

"Jangan jalan sendiri nanti nyasar, mau dibantu buat jalan ke panti?"

Dua laki-laki mengepung, aku harus bagaimana? Mom..aku takut.
Kakiku getar bukan main.
Tubuhku tersungkur, sebab didorong salah seorang dari mereka. Rasa perih terasa ditangan, panas. Ada cairan yang keluar , darahkah?
Mereka makin menjadi, bagaimana ini? Aku takut.

"Hei..kalian laki-laki brengsek. Kulaporkan ya pada guru BP"

Aku mendengar suara anak perempuan, syukurlah..
Meski dia seorang perempuan dan lawannya dua laki-laki. Aku tahu dia menang. Sebab setelah dia datang mereka langsung lari bak tikus dikejar kucing. Entah karena apa yang jelas aku lega.

"Kau tak apa?"

"Iya". Ia membantuku berdiri dengan hati-hati.

"Mari kuantar ke UKS"

Tanpa sepatah katapun aku mengikutinya. Sebab kepalaku sudah sangat pening dan tanganku terasa nyeri.

***

Love is Just a LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang