2. First Impression

2.7K 445 95
                                    

Sesosok figur kharismatik dengan senyum manisnya yang khas tengah menjadi pusat perhatian di ruang kelas jurusan linguistik ini. Semua mata tertuju padanya. Tak jarang dari mereka yang turut melontarkan pujian dan rasa kagum mereka terhadap sosok fenomenal itu. 

"Selamat pagi teman teman..." sapanya kemudian.

"Pagiiii!!" Jawab mereka serempak.

"Namaku Kookie Windsor, kalian semua bisa memanggilku Kookie tanpa embel-embel prince, your majesty, your highness, honorable, lordship dan lain sebagainya. Cukup panggil namaku dan kita berteman." ucap Kookie simple.

Tak lebih dari 2 kalimat, ungkapan itu mampu mengundang riuhnya sorak sorai dan tepuk tangan.

Tepat di barisan kedua, Kookie bisa melihat sebuah bangku kosong dengan tumpukan novel classic di atas mejanya. Yang membuat Kookie heran, ada banyak barang di atas meja itu, hanya saja bangku itu tak berpenghuni.

Pandangan-nya terus terfokus ke arah bangku kosong itu, hingga atensi Kookie beralih tatkala wanita tua berbadan lebar mengintrupsi pikiran kosongnya.

"Owh bravo, bravo...!!! " ucap wanita gemuk berkacamata itu dengan tepuk tangan meriahnya.

Seketika, wanita itu pun mengelilingi Kookie untuk mengamati si pewaris takhta dari jarak yang lebih dekat. Kemudian wanita gemuk itu kembali berkata.

"Aku sangat bangga dengan pola pikir mu Kookie Windsor. Dan juga sebagai guru besar linguistik yang kelak akan mengajarimu beberapa hal penting, aku mengapresiasi sikap rendah hatimu terhadap para akademisi di kelas ini. Aku yakin, sikap rendah hatimu ini akan membuatmu semakin mudah dalam berbaur." ucap Mrs. Darbus, ketua jurusan sekaligus proffesor linguistik di universitas ini.

Kookie yang mendengar wejangan itu hanya sibuk menganggukan kepala. Faktanya, menjadi siswa di sekolah umum bukanlah sesuatu yang baru baginya. Saat masih di Amerika pun, ia sudah terbiasa berbaur dan juga bersosialisasi dengan non borjuis.

Di kala Mrs Darbus masih sibuk mengajaknya berbincang-bincang soal ini dan itu, di mana Kookie sendiri pun sudah merasakan pegal yang teramat sangat akibat terlalu lama berdiri, tiba-tiba saja ada seorang gadis berpakaian aneh yang  menerobos masuk ke dalam ruangan.

Ceklek...

"Ahh--selamat pagi Mrs Darbus! Maaf terlambat," sapanya dengan tampang innocent.

Kookie menyipitkan kedua matanya. Ditatapnya gadis aneh itu dari atas ke bawah.

Rambut panjangnya di kepang dua layaknya gadis culun, warna bajunya terlihat tidak matching antara merah, kuning, hijau yang membuat matanya sepet bukan main, berpadu dengan tas ransel garis garis bermotif zebra yang semakin memperkontras penampilan eksentriknya itu.

Sungguh, Terlalu banyak warna membuat Kookie sakit mata.

"Kau sudah terlambat 10 menit miss Froska. Mr Froska sangat ketat dalam membuat regulasi. Sebagai putri dari dekan linguistik, kau seharusnya bisa memberikan contoh yang baik bagi rekan-rekanmu. Silakan duduk! " tegas Mrs Darbus.

"Terimakasih banyak Mrs. Sekali lagi aku minta maaf." ucap Yeri Froska seraya berjalan menuju bangkunya.

Kookie mendecih. Gadis itu berjalan lurus tanpa menengok kanan kirinya. Sementara semua orang masih fokus memerhatikan eksistensinya yang dianggap sangat fenomenal ini, gadis rainbow itu dengan tak acuhnya hanya melewati Kookie yang seakan tembus pandang.

"Ck, sombong sekali dia," gerutu Kookie dengan wajah dongkolnya.

"Tch, awas saja kau, aku akan selalu mengingat kesan pertama ini..." batin Kookie dengan mimik dramatisnya. 

Blue Blood DNA (Remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang