Chapter 7

40.7K 460 1
                                    

Rose tidur ditempat tidurnya dengan pikiran gelisah tak menentu. Kenapa dia tiba tiba memikirkan hal yang tidak ingin dipikirkannya. Masih saja ia teringat akan Adrian dan Sarah yang kembali bersama dari kantor pusat. Bisa dipastikan kedua insan yang menurut Rose agresif satu sama lain bisa menciptakan kebersamaan yang... aaahh..kenapa dia harus kecewa. Adrian adalah satu satunya orang didalam hidupnya yang telah membuatnya terjerumus kedalam kepahitan. Tidak bukan hanya dia tapi pamanku dan juga Rey.

Tidak aku tidak cemburu. Mana mungkin aku cemburu pada orang menyebalkan itu. Rose mengerjapkan mata berusaha tidur. Tiba tiba diatas nakas samping tempat tidur ponsel Rose berbunyi nyaring. Sebuah panggilan. Sebuah nomor tidak dikenal.

"Halo.." Rose menjawab dengan pelan dan ragu.

"Bukalah pintu mu..aku didepan" terdengar suara pria yang tegas dan dalam. Mendengar suara itu jantung Rose berdegup kencang.

" Buka Rose..aku tahu kau didalam..jangan coba coba kau menghindar dariku,atau mungkin kau suka pintumu sedikit rusak dan siapapun bisa melihat isi dalam apartemenmu.."

Rose menghirup napas kencang dan jantungnya berdegup kencang. Apakah memang dia? Apakah aku harus membuka pintu dan membiarkannya masuk.

Jujur saja aku takut membiarkannya masuk..masuk kedalam kehidupanku tentu saja.

Rose mengintip dari lubang pintu. Astaga memang benar dia. Ketukan semakin keras terdengar. Dia tak punya nyali untuk memanggil security karena sama saja akan menimbulkan gosip di antara para tetangganya dan dia tak mau itu terjadi.

Rose membuka pintu. Dan melihat tatapan itu. Tatapan mata tajam berwarna coklat hazel hangat itu. Wangi maskulin dan aftershave yang sangat familiar itu segera menyeruak dan menimbulkan nostalgia tersendiri dan seketika membuat Rose melemah.

Ian Reynand Shearre..mantan tunangannya..calon suaminya dulu hadir didepan pintu apartemennya. Salah satu yang ia selalu hindari selama 3 tahun ini.

Rey segera memeluk Rose dalam dekapannya tanpa Rose bisa mengelak lagi. Sambil mencium puncak kepalanya dan mengusap punggungnya.

"Rose sayang, akhirnya kamu mau membuka pintumu. Ini yang aku tunggu mendekapmu seperti ini..jangan pernah pergi dan lepas dariku lagi, please aku lelah" Rey menghirup dalam dalam rambut Rose.

Rose segera menarik diri dari pelukan Rey. Dan menaruh tangan di dada bidangnya mendorongnya menolak.

"Pergilah Rey, antara kamu dan aku sudah selesai dan tidak akan ada lagi hubungan apapun diantara kita, aku sudah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa aku tidak akan kembali kepadamu.." Rose mengatakan itu sambil sedikit berteriak, ia lelah menyuarakan apa yang ada dalam hatinya termasuk ketakutan yang ia dasakan sehingga ia harus rela berpindah dari satu apartemen ke apartemen lain demi menghindari Rey dan Adrian

"Pergilah Rey.. " Rose mengatakan itu ketika tetangga Rose Mrs.Pandora keluar dari sebelah pintu apartemennya dengan tatapan menyelidik. Dan Rose mengisyaratkan bahwa ia baik baik saja dalam lambaian tangan singkat.

Setelah Rose melihat mrs. Pandora masuk ke apartemennya. Rey menatap Rose dengan pandangan khawatir.. 

Khawatir?? Benarkah Rey khawatir padanya.. oh ya, Rey selalu khawatir padaku, sampai kemudian dia akan menginginkan hal yang tidak akan kuterima selama hidupku yang membuat aku menjauhinya.

" Kamu tidak pernah berubah Rose, selalu membuatku menginginkanmu.. " Rey menatap dalam dengan mata cokelatnya yang menggelap. Menatapnya dengan tatapan yang sangat intensif, tiga tahun ternyata tidak membuatnya menyerah.

Kemudian ia maju selangkah dan menyelipkan tangannya ke belakang kepalaku menarikku mendekat dan menaruh jarinya didaguku. Rey menundukkan wajahnya dan dia mencium bibirku membuatku terengah. Dan Rey dengan leluasa memasukkan lidahnya mencecap seluruh yang bisa ia raih, membuat Rose gelagapan menerimanya seperti pencium yang amatir. Rey mengigit lidahnya menenangkan dan mulai mencium Rose dengan ciumannya yang mematikan. Rose tahu ketika Rey seperti ini ia tak akan bisa menolaknya. Rey meremas dadanya dari luar blouse yang Rose kenakan. Rose tidak bisa menghentikan akalnya ia hanya bisa membalas dan mengangkat satu kakinya ke sekeliling pinggang Rey. Rey membawanya masuk kedalam tanpa menghiraukan pintu Rose yang masih terbuka.

" Rose..kamu tahu aku selalu menantikan saat seperti ini berdua seperti dahulu..bukankah kamu juga menginginkannya,tubuhmu tidak pernah menolak sentuhanku.."

Rose merasa punggungnya menyentuh sofa dan bersandar di sofa ketika Rey membawanya, Rey awalnya mencium dengan penuh kelembutan yang berubah menjadi penuh ketergesaan,menggapai yang ia bisa dalam semua sudut tubuh Rose, ia merasa benda keras menekan diantara kedua pahanya dan ketika jari jemarinya masuk ke dalam rok nya. Rose hanya bisa pasrah oleh kekuatan dan gairah Rey yang tak bisa membuatnya kemana mana selain hanya menerimanya.

Rey memasukkan dua jarinya kedalam tempat yang selalu ia inginkan. Kemudian ia berbisik "Rose, malaikatku jangan pernah pergi dariku lagi,dan aku tidak akan segan segan mencarimu kemanapun, aku terlalu membutuhkanmu..."

"OH MY GOD.." Suara pekik wanita di pintu apartemen menyadarkan Rose untuk bangkit dan menutupi semua ketelanjangan yang terjadi.

Sarah Wilhelmina.
Bukan tapi Sarah si Penyelamat .

Rey kemudian menghentikan aksinya dan segera merapikan bajunya dan menatap tajam pada seseorang yang mengganggunya.

"Kau tahu..hmm sebaiknya aku pergi saja, maaf aku mengganggu kalian.. Sarah hendak membalik badannya tergesa.

"Tidak, Sar masuklah..aku dan orang ini sudah selesai.."

" Ya kami sudah selesai.." Rey berdeham dan kemudian berbisik kepada Rose "aku akan selalu mencarimu kemanapun, mendapatkanmu akan sangat mudah Rose.." ia mengecup kening Rose sekilas sebelum ia pergi. Dan terus menatap dengan tatapan memperingatkan ke Sarah yang dibalas tajam oleh Sarah sampai menghilang dibalik pintu dan menutupnya.

Sarah menatapnya dengan tatapan apa-hal-gila-yang- terjadi-barusan, dan Rose hanya terengah dan merasakan bahwa kedatangan Rey sangat mempengaruhinya, semuanya dan jika Sarah tidak datang tadi mungkin mereka sudah berakhir di ranjang dan akan menjadi penyesalan pada pagi hari.

Sarah menyentuh kedua bahunya pelan " Hey Rose, are you okay honey?" Tatapannya khawatir. Rose hanya mengangguk lemah dan ragu.

"Ah yang benar saja, aku tahu siapa tadi pria hot sialan yang datang itu, dia Rey pria yang selalu menerormu selama ini kan, gara gara dia kamu sibuk menyembunyikan kecantikanmu dibalik apartemen ketimbang bersenang senang dengan hidup atau pergi ke klub sama aku" Sarah meraih Rose dalam pelukannya membuat Rose menitikkan air mata, ia tak yakin perasaan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

Ketakutan?

Atau

Kerinduan

Sarah akhirnya memutuskan bermalam bersama Rose di apartemen Rose menemaninya karena Rose memintanya. Ia khawatir Rey akan datang tiba- tiba seperti tadi.

Passionate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang