Chapter 9

40.2K 511 20
                                    

Adrian ternyata tidak menepati janjinya, ia membawa Rose menuju ke suatu hotel dimana mereka akan makan malam sambil membicarakan hal yang katanya harus dibicarakan. Untuk menuju hotel tersebut memakan waktu yang cukup lama. Rose khawatir dengan keadaan Sarah yang sangat mabuk untuk pulang sendiri bahkan asing seperti Edgar.

Didalam mobil Adrian hanya memacu mobilnya dan fokus menatap kedepan, ia tidak berkata sepatah katapun. Rose menelan ludah, ia sebenarnya cukup canggung berdua saja dengan Adrian seperti ini,ia tak memiliki petunjuk apa saja yang akan ia bicarakan nanti. Terkadang Adrian menjadi sosok yang mengintimidasi, berurusan dengannya membuat semuanya menjadi rumit ketimbang berurusan dengan Rey yang sabar.

Sesampainya di hotel, mereka memasuki restoran yang langsung memiliki pemandangan menuju ke luar hotel. Seandainya tidak dalam kondisi seperti ini mungkin bakal menjadi makan malam romantis bagi Rose. Tapi partnernya adalah Adrian orang yang selalu membuatnya takut.

Adrian mempersilahkan duduk dengan menarik kursi dibelakang Rose dan baru menuju ke kursinya sendiri. Ia mengurus segala sesuatunya ke pelayan restoran dan bertanya apa yang ingin Rose pesan namun karena ia kehilangan selera makan ia hanya mengikuti yang Adrian pesan. Selanjutnya mereka hanya duduk diam.

"Jadi..sebelum aku mengatakan yang ingin kukatakan, adakah yang ingin kau sampaikan padaku Rosy.." Adrian menatap tajam sambil tangan nya mengelus kaki gelas red wine yang sebelumnya ia teguk.

Banyak hal Adrian. Banyak sekali tapi apakah bisa aku menyampaikannya tanpa melibatkan emosi?.

Rose meneguk sedikit wine berharap bisa memperlancar pembiacaraannya kali ini tanpa harus merasa emosional. "sebaiknya jelaskan mengapa kau ada disini secara tiba tiba-maksudku yah, setelah tiga tahun ini kau secara tiba-tiba ada di perusahaan yang sama denganku, dan hal hal sepele sering terjadi diantara kita, kau tidak mungkin berharap aku mengiranya hanya sebagai suatu kebetulan kan, kebetulan tidak mungkin terjadi terlalu sering" Rose meneguk berkali kali wine nya dan berisyarat meminta pelayan untuk mengisinya kembali.

Adrian menegakkan tubuhnya, dan menatap ke dalam mata Rose dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Aku sengaja mencarimu, kalau kau ingin tahu. Mengapa baru tiga tahun aku tiba-tiba kembali lagi?", Adrian tersenyum kecut, hening sesaat. Adrian menghela nafasnya, "karena kupikir tadinya kau bahagia bersama Rey, dan aku memutuskan untuk menjalani hidupku, menganggap semua akan berjalan normal seperti biasanya, membiarkan kalian bahagia kedalam ikatan pernikahan, dan demi Tuhan aku bukan orang yang suka merebut milik orang lain." Tangan Adrian bergerak untuk menyentuh tangan Rose namun Rose menepisnya.

"Kau tahu semuanya menjadi lebih buruk setelah kau datang."

Adrian menatap Rose dengan frustasi berharap dapat membuatnya berpikir bahwa Adrian adalah sosok menyenangkan seperti dulu.

"Kau tahu aku mungkin salah pada waktu itu melakukan hal itu kepadamu, aku hanya merasa kau terus menerus memberikan isyarat kepadaku kalau kau membutuhkanku bahkan sedikit cemburu kepada Pamela saat aku bersamanya.."

"Omong kosong,aku tidak pernah cemburu kepada Pamela, catat itu!" Rose menaikkan intonasinya san kemudian sedikit menyesalinya karena restoran sangat hening dan temaram membawa perasaan romantis.

Adrian tersenyum puas sembari meneguk wine dan tidak berhenti menatap tajam Rose.

Rose menggelengkan kepalanya, " aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan terhadap wanita manapun, dan hubungan apa yang sedang kau jalani.." menghindari tatapan Adrian ia menuangkan wine kembali ke gelasnya.

Adrian menangkap tangan Rose, sebelum ia menuangkan wine lebih banyak.

"Lalu apa yang terjadi pada hubungan mu dan Rey sehingga kalian batal menikah?"

"Apa yang terjadi bukanlah urusanmu  Adrian dan kau lebih baik tidak mengungkitnya.."

Adrian mengencangkan pegangan pada pergelangan tangan Rose,

"Jelas itu sangat menjadi urusanku, apalagi aku membuat hubunganku dan Pamela hancur juga karenamu,aku pikir ini sangat tidak beres dan aku perlu mencari tahu."

Pelayan datang dan menuangkan wine ke gelas mereka membuat keduanya terdiam dan hening beberapa saat.

"Dan aku semakin yakin akan menanyakan alasan pernikahan kalian dibatalkan yang sesungguhnya langsung kepada Rey bila kau tidak mau menjawabnya sendiri" Adrian melingkari gelas bibirnya dengan jarinya, sambil menunggu respon Rose yang hanya terdiam.

"Kau tidak akan menanyakannya, Adrian.." Rose menggeleng tidak percaya.

" dan aku semakin yakin ada yang terjadi diantara kalian, apakah itu melibatkan aku?" Adrian memajukan kursinya secara tiba tiba dan tersenyum simpul.

"Adrian hentikan semua ini..mengingat semua ini membuatku..."-Rose mengusap airmatanya yang menetes dari  sudut matanya. Ia tak mampu berkata-kata lagi terlalu banyak yang menyesakkan dadanya.

Adrian mengenggam tangan Rose dengan kedua tangannya.

"Rose, would you date me, I mean yeah- aku ingin kita menjalin hubungan dari awal lagi sebagai sepasang kekasih yang seharusnya memang terjadi diantara kita sejak dulu, dan aku tidak akan menjadi seorang pengecut untuk kedua kalinya"

Rose membelalakkan matanya kaget. Ia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini, semuanya terlalu tiba-tiba.

"Kau menjebakku kan? dengan omong kosongmu? Kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Rose menatap sinis. Ia hampir hampir tidak mempercayai laki-laki manapun. Ia terlalu kecewa terhadap sosok laki- laki yang ia anggap baik selama ini di hidupnya.

"Aku akan menyayangimu, menjagamu dan memberikan apa saja yang kau butuhkan Rosalie Freya sayang..apapun, kapanpun.." Adrian menatap kedalam mata Rose, tatapannya serius dan tak bisa diartikan maknanya. Rose tak tahu ia hanya berbohong atau jujur.

Rose tidak tahu apa perasaannya saat ini. Ia terlalu takut berhadapan dengan Adrian tapi ia juga tak ingin kehilangannya. Sebuah perasaan yang aneh.

"Ku..kurasa aku tak bisa menjawab keputusannya sekarang.." Rose menjawab tanpa menatap Adrian.

Adrian meraih dagu Rose hingga menatap kepadanya, memaksa untuk bertatapan langsung dengannya. "Kau tak perlu menjawabnya sekarang, tapi aku akan menunggumu." Adrian mengelus bibir Rose dengan jempolnya, memberikan sensasi geli aneh yang menjalar seluruh tubuh Rose.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Passionate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang