Bertemu

18 2 1
                                    

"Dom, Domi..." suara itu jelas sekali terdengar oleh Sarah yang membuatnya berhenti sambil menerka dari mana suara serak itu berasal. Tak menemukan asal suara yang memanggilnya, Sarah meneruskan langkahnya. Suara itu mulai terdengar kembali. Bahkan lebih keras, Sarah menoleh kebelakang sambil tetap melanjutkan langkahnya. Kali ini Sarah tak ingin menghiraukan suara itu. Ia tetap berjalan kedepan sambil merunduk dan bruk... dia menabrak seseorang yang membuat ia bergumam "aww, siapa sih iseng banget. Jadi nabrak kan

"Punya mata nggak sih? Nunduk-nunduk, mau cari uang jatuh hah??" suara ketus itu membuat Sarah mengangkat kepalanya sambil memasang muka menyesal.

"Maaf maaf, saya nggak sengaja" jawab Sarah dengan nada suara yang lembut.

"Lain kali hati-hati!" jawab laki-laki itu dan melanjutkan langkahnya kembali.

Sarah kemudian berjalan cepat dengan fokus mata kedepan berusaha agar kejadian sebelumnya tidak terjadi kembali. Sarah tak mendengar suara itu lagi. Ia lega karna suara itu telah menghilang.

Tak pernah Sarah merasakan hari sesial ini. Ia berusaha mengoreksi dirinya, apakah dia melakukan kesalahan atau berbuat buruk beberapa hari yang lalu, sehingga ia mendapatkan hari sial seperti ini. Rasanya tidak. Ia akhirnya pasrah.

Sarah berjalan beberapa meter untuk mendapati pangkalan ojek yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Berkat Nanda Ia tahu bahwa jika ingin membayar ojek, Ia tidak perlu mengeluarkan uang sepuluh ribu. Karena itu terlalu banyak untuk jarak satu kilometer.

Sarah menghabiskan harinya dikamar. Mamanya pergi untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya. Bukannya tidak diajak, Sarah hanya tidak mau melewatkan hari pertamanya bersekolah.

Hari ini mamanya tidak memasak, Ia berjanji akan pulang pukul 4 sore. Karna tak sabar menunggu Mamanya, Ia memutuskan untuk membeli sesuatu yang mengenyangkan.

Belum sampai di tempat yang menjadi tujuannya, Ia melihat beberapa laki-laki berjalan ke arahnya. Perawakan mereka yang seram, mengurungkan niat Sarah untuk mencari makanan. Ia berjalan cepat meninggalkan tempat Ia berdiri.

Mamanya tak kunjung pulang. Sarah tidak dapat menahan laparnya lagi. Layar hanphone Sarah menyala. Mendapatkan pesan singkat dari Mamanya bahwa Ia akan kembali pukul 8 malam nanti dan meminta Sarah tidak menunggunya pulang. Sarah memberanikan diri untuk keluar rumah untuk membeli sesuatu agar Ia tak terserang penyakit maag  yang pernah membuat Ia masuk rumah sakit.

Sial bagi Sarah, karena Ia melihat kumpulan orang-orang tadi masih berdiri di dekat pondok kecil disebelah pohon besar. Karena perutnya sudah tak tahan lagi, ia memutuskan untuk melewati sekumpulan laki-laki yang memainkan gitar sambil bernyanyi lagu yang sangat asing di telinga Sarah.

Benar saja, saat Sarah lewat didepan mereka. Suara siulan berbunyi seolah mengisyaratkan bahwa mereka tertarik kepada Sarah. Sarah hanya menunduk dan mempercepat langkahnya. Dua orang laki-laki muncul diantara remang lampu jalanan. Sarah mulai merasa tidak nyaman, perut keroncongan dan udara dingin pun menambah perasaan yang tidak enak. Dua laki-laki itu mencoba menanyakan nama Sarah, tempat tinggal dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak ingin dijawab oleh Sarah. Dan brukkkk,,, Sarah terjatuh tak berdaya didepan mereka.

Bau obat dan hangatnya genggaman tangan seseorang membangunkan Sarah.

"Nak, kamu sudah bangun? Maafin Mama yah, nak. Mama nggak bisa jaga kamu. Mama merasa bersalah sama kamu, maafin Mama yah sayang" ucap Mama dengan suara lirih menyesal.

Entah siapa yang membawa Sarah sebelumnya. Ia tidak tahu bagaimana Ia bisa sampai di rumah sakit tempat yang paling Ia benci itu.

"Mama kenapa minta maaf? Mama nggak salah kok. Sarah aja yang beli makannya kemaleman, jadinya kayak gini deh. Seharusnya Sarah bisa mandiri dan nggak bergantung sama Mama terus" ucap Sarah mencoba menenangkan Mamanya yang sedang berlinang air mata.

"Ma, udah dong Ma, jangan nangis. Sarah nggak apa-apa kok" tambah Sarah yang tak tega melihat Mamanya itu menangis.

Mama hanya membalas ucapan Sarah dengan anggukan. Tak lama dari bangunnya Sarah, seorang lelaki mengetuk pintu. Sarah terkejut dengan kedatangan laki-laki itu. 

"Jadi, Sarah. Dia ini yang bantu kamu. Dia yang bawa kamu kesini, waktu kamu pingsan di jalan tadi. Kamu inget dia? Dia juga temen satu sekolah kamu, loh" ucap Mama sambil terus tersenyum kepada laki-laki itu.

"Jadi, kamu anggota geng yang nggak jelas itu?" ketus Sarah kepada laki-laki yang mencoba mendekat ke arah ranjang Sarah.

"Geng apa sih, Sar?" tanya Mama bingung.

"Bukan, tante. Sarah salah paham, saya bukan anggota geng yang dimaksud Sarah. Saya nggak ikut geng-geng kayak gitu kok. Tadi kebetulan saya lewat di dekat situ, terus saya lihat Sarah pingsan di depan kumpulan laki-laki yang nggak jelas itu. Karna saya kenal dengan Sarah, ya udah saya bawa Sarah kesini" bela laki-laki itu yang mengaku sebagai teman sekelas Sarah.

"Masa kamu nggak kenal aku sih, Sar? Aku Vian  ketua kelas di kelas kita. Kamu nggak inget?" tambah laki-laki itu yang membuat Sarah mencoba mengingatnya.

"Ohh, Vian. Iya-iya aku inget. Maaf yah sudah curiga sama kamu. Terima kasih juga sudah mau bantu aku" ucap Sarah dengan semangat sekaligus menyesalkan perbuatannya tadi.

"Iya-iya nggak papa. Oh iya tante, ini juga sudah larut. Saya pulang dulu yah. Dan kamu Sar, semoga cepat sembuh yah, masa baru satu hari masuk sekolah trus nggak masuk lagi" ucap Vian sambil mengangkat satu alisnya ke arah Sarah.

"Iya An, kayaknya besok pagi juga sudah boleh pulang. Makasih yah, sekali lagi"

Vian berlalu setelah menyalam Mama. Sarah menghabiskan malamnya di rumah sakit.

Right Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang