02. The Weirdos?

152 15 9
                                    

Aku melengos. Mati listrik di saat aku sedang menggunakan waktuku dengan baik untuk bermain Overwatch? Really PLN? Ini sudah mendekati tengah malam dan aku benci kepanasan karena pasti tidak akan bisa tidur nyenyak. Padahal usai bermain aku berniat untuk belajar matematika. Yang kumaksud belajar disini adalah membuka buku paket dan catatan, melihat contoh soal yang sudah dijawab, lalu terbingung-bingung sendiri saat berusaha mengerjakan soal tersebut. Ujung dari kegiatan belajar itu adalah aku ketiduran di atas buku seakan-akan aku telah belajar dengan giat bila Mama mengetuk pintu kamarku esok paginya. Mama yang sudah tahu kegiatan apa sebenarnya yang kulakukan semalam akan menjitak kepalaku dengan tega sambil berkata, "Bangun sekarang atau Mama potong kabel komputermu."

Senter di atas meja berhasil kudapatkan setelah meraba-raba tumpukan buku pelajaran yang masih rapi (karena jarang kubuka) dan membuat miniatur tokoh anime didekatnya terjatuh ke lantai. Aku menyorot miniatur tiga tokoh kartun Detective Conan yang rebah sambil tindis-menindis. Kupungut mereka untuk kukembalikan ke tempat semula. Aku tak ingin miniaturku lecet atau patah di bagian tertentu. Conan bisa makin pendek kalau kakinya patah, pikirku.

Tempat tidurku berdecit pelan saat kunaiki. Selimut tebal super lembut yang dibeli Papa di Jepang tahun lalu kuanggurkan begitu saja di ujung kasur. Aku tidak punya kipas tangan berenergi baterai untuk membuatku merasa adem. Malam ini panas sekali. Ingin rasanya aku pergi ke dapur di lantai bawah dan berjongkok di depan kulkas sambil makan cemilan apa saja yang Mama sembunyikan dariku.

HP-ku berbunyi. Sebuah DM masuk ke akun twitterku yang tanpa followers ini.

"Uhm?" Kupandangi lama-lama angka 1 di tanda amplop biru yang terletak di sisi kanan layar. Boleh kan aku sedikit berharap ada seseorang yang mengajakku berteman lalu memintaku untuk balik mengikutinya dan jadi mutual? Aku tertawa kecil. Oh, my pathetic life.

Kuakui semakin lama aku termenung memandangi foto profilnya semakin berdebar pula jantungku. Bisa kau tebak apa foto profilnya? Bukan Justin Bieber atau Shawn Mendes. Bukan pula swafotonya. Aku pun ogah memasang foto profil diriku sendiri. Aku lebih memilih memasang foto Conan dengan username alay bin ajaib yang tidak ada sangkut pautnya dengan nama asliku. Toh aku menggunakan twitter hanya untuk memuaskan rasa kepo dan membuatku tetap update serta kekinian.

Orang misterius ini memasang Lucio sebagai foto profilnya, salah satu tokoh dalam permainan Overwatch. Entah aku ini bodoh atau polos, alasan dibalik meningkatnya debaran jantungku ini adalah karena asumsiku bahwa ia laki-laki. Sekali lagi, laki-laki. Pria. Cowok. Boy. Man.

"Oh, maaaaaaan." Aku berguling di atas kasur dan menghadap dinding. HP berlogo apel tergigit ini kujatuhkan ke atas bantal tepat di depan wajahku. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana kalau dia cowok aneh dan kesepian yang mencari pacar di media sosial? Aku masih lugu, belum kenal cowok apalagi pacaran! Punya teman cowok saja tidak punya boro-boro ahli dalam urusan percintaan. Ah, pikiranku kemana-mana. Tak bisa kukendalikan. Kadang aku mengutuk diriku sendiri yang suka berpikiran aneh-aneh.

Kuambil lagi HP-ku yang telah kuangguri selama lima menit. Kuputuskan untuk membuka pesan dari username @tillurgone ini setelah jantungku berdetak normal kembali. Aku menarik napas dan mengembuskannya sampai hatiku mantap untuk membacanya.

Suka Overwatch juga?

Aku memajukan bibir. Inikah cara cowok PDKT? Pura-pura bertanya padahal sudah tahu. Ia pasti mengecek timeline-ku sebelum mengirimiku pesan. Aku terkadang membuat status yang berhubungan dengan kecintaanku bermain game beserta gambar karakternya.

Lama sekali aku merangkai kata untuk membalasnya. Ini sudah larut malam dan aku ragu apakah ia orang baik atau tidak. Aku bahkan belum tahu dia laki-laki atau perempuan. Tapi kok rasanya tak mungkin ya dia perempuan? Untuk apa coba dia mengirim pesan pada orang yang tidak dikenal dengan mudahnya. Namun yang jadi pertanyaan lainnya ialah, kenapa aku?

FlashdiskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang