random #1

435 15 0
                                    


Kartu undangan dengan warna dominan merah maroon itu ia perhatikan seksama. Melihat nama yang begitu familiar ketika ia membukanya, membuat gadis itu tersenyum lebar. Tapi menit berikutnya senyuman itu memudar perlahan, berganti dengan desahan kecewa.

"kenapa harus disaat yang seperti ini..." rutuknya terdengar frustasi. Dirinya langsung melemparkan undangan itu kesembarang arah di kamarnya yang sedikit tidak beraturan, kemudian mengambil kemejanya yang tersampir manis diatas kursi meja belajar. Mengambil tas slempang kesayangannya yang teronggok diatas meja, lalu pergi meninggalkan kamar yang diselimuti keheningan.

.

.

.

Denting bel berbunyi ketika Yuuri memasuki cafe yang sudah ia hafal siapa pemiliknya, maka saat ia sampai dan duduk di counter tanpa memesan apapun dan hanya menelungkupkan kepalanya yang sedikit 'mumet', gadis yang berada didepannya dengan setelan pegawai hanya menggeleng maklum.

"melihat dari suasana dirimu... sepertinya undangan dari Miyuki senpai sudah sampai padamu ya?"

Yuuri mendongak, menampilkan raut sedihnya. Bibir tipisnya melengkung kebawah.

"setidaknya ikut berbahagia." Lanjut gadis didepannya itu.

"Tapi kenapa disaat aku sendirian seperti ini?" rengek Yuuri kemudian. Awan mendung seolah menggantung diatas kepalanya.

"kau merengek pun tidak akan mengubah keadaan." Cibirnya kemudian.

"lalu bagaimana denganmu? Kau akan datang, Nagisa?"

Raut cerah –sedikit bodoh- yang menjadi trendmarknya itu terlukis. "tentu saja! Shu juga mendapatkan undangannya, jadi kami akan bersama pergi kesana."

Yuuri kembali menenggelamkan kepalanya yang terlipat diatas meja. "kenapa aku yang sendirian.." gumamnya sedikit tidak jelas.

"kau bisa datang bersama Kokochan."

"um maaf aku harus pergi bersama Chihhi." Sahut seseorang di belakang mereka, dari arah dapur. Kepalanya muncul dari pembatas (?) antara counter dan dapur.

Yuuri kembali tenggelam dengan keresahannya menghadapi kesendirian.

"kau cari saja laki-laki yang mau kau ajak ke pernikahan Miyuki senpai."

Kali ini sosok dengan rambut pendek duduk disisi Yuuri, menyimpan nampan yang dibawanya sedari tadi. keadaan cafe sedikit sepi, mungkin karena sudah lewat makan siang jadi mereka bisa sedikit santai.

"jika ada, dia takkan gundah gulana seperti itu Jo." Komentar Nagisa.

Keheningan mencuat diantara mereka. Jo bahkan sudah kembali menuju tempatnya semula di dapur sementara Nagisa yang memang saat itu bertugas dibelakang meja kasir memilih menemani Yuuri yang masih termenung.

"Kau cari saja laki-laki random untuk kau ajak sebagai pasangan sehari." Celetuk Kokochan tiba-tiba, membuat kedua gadis itu menoleh bersamaan.

"atau aku bilang pada Shu untuk mencarikan temannya yang masih sendiri untuk menemanimu? Masih ada waktu kok." Tawar Nagisa.

Yuuri menatap kedua temannya bergantian, lalu menggeleng lemah. "Memangnya aku semenyedihkan itu?"

"dirimu sendiri yang membuat semuanya terlihat menyedihkan." Sindir Kokochan, membuat Nagisa tertawa pelan. "lagipula datang sendiri apa salahnya?"

"lalu melihat yang lain menggandeng pasangannya? Big no."

Kokochan mendesah pelan. "gengsimu itu memang besar sekali ya. Terserah padamu lah. Yang pasti kau tidak mungkin tidak datang. Miyuki senpai pasti marah padamu nanti."

RandomWhere stories live. Discover now