pendekar berjubah putih

3.1K 22 0
                                    

Tenaga dua pendekar Jawa itu tersedot diseret arus tenaga

lingkaran. Keadaan kritis. Sebab begitu Lahagawe menyibak

dua tangannya disusul tenaga mendorong maka tulang dada

dua pendekar Jawa itu terancam berantakan. Benar saja!

Tampak jari-jari tangan Lahagawe lurus merapat, dua

tangannya mengubah lingkaran menjadi gerakan seperti

menyibak air. Tenaga dua pendekar Jawa terpental ke kiri dan

kanan. Dua siku Lahagawe ditekuk. Keadaan kritis. Maut

mengancam dua pendekar Jawa.

Sekonyong-konyong datang menyeruak bayangan serba

putih, seorang pendekar usia enampuluh, rambut, jenggot,

kumis dan alis semua serba putih. Kakinya tidak terlihat

karena tertutup jubah pulihnya. Jubah itu menjuntai sampai ke

tanah berkibar ditiup angin.

Persis dewa yang turun dan kahyangan ke bumi. Ia bagai

terbang, ringan bagai kapas, sungguh ilmu ringan tubuh yang

sulit diuari bandingannya. Masih dalam keadaan melayang,

pendekar itu melonjor dua tangan dalam gerak berputar. Siku

dibengkokkan. Jari tangan seperti meraup, kemudian tapak

tangannya dihadapkan ke arah dua pendekar Jawa. "Jangan

gunakan tenaga, kosongkan tubuhmu !" Suara pendekar jubah

putih itu merdu dan akrab di telinga Puguh dan Baleman.

Pada saat Lahagawe meluruskan dua tangannya, memukul

dahsyat ke dada dua pendekar Jawa, pada saat yang sama

angin pukulan si jubah putih menerpa Baleman dan Puguh.

Dua pendekar Jawa ini tanpa rasa curiga sedikit pun mengikuti

bisikan si jubah putih. Keduanya mengosongkan tubuh dan

tidak menggunakan tenaga Pukulan pendekar itu mengangkat

dua pendekar Jawa seperti terbang melayang beberapa depa

dari sasaran pukulan Lahagawe. Pukulan Lahagawe menerpa

tanah kosong. Debu berterbangan Ada semacam bebauan

tanah terbakar.

Lahagawe murka melihat pukulannya mengena tempat

kosong. "Siapa orang yang berani mati mencampuri urusanku

?"

Pendekar jubah putih tertawa. "Karena menyangkut gengsi

dan kehormatan tanah Jawa, aku terpaksa ikut campur. Ilmu

seberang tak boleh tepuk dada di tanah Jawa. Orang asing tak

boleh temberang di negeri ini."

Dua pendekar itu kemudian terlibat pertarungan dahsyat Si

jubah putih bertarung seperti orang tidak bertenaga

Gerakannya aneh. Semua anggota tubuhnya bergerak namun

aneh kakinya tidak bergerak. Memang kakinya tertutup jubah,

namun bisa dilihat bahwa kakinya tidak memijak bumi Ia

melayang, ujung jubahnya pun tak menyentuh tanah.

Wisang Geni : pendekar tanpa tandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang