Semilir angin membangunkan bulu kudukku. Seruan adzan maghrib berkumandang bersamaan dengan langit yang menggelap, membuktikan bahwa hari mulai petang. Perasaan risau memenuhi pikiranku yang kini terjebak kemacetan.
"Tin tin tin" gemuruh suara klakson mobil dan motor meramaikan jalanan yang dipenuhi oleh pemudik. Dering ponsel dalam tasku membuyarkan lamunanku, kudapati sebuah pesan singkat dari Diana.Senyum mengembang dibibirku yang tersadar akan redanya kemacetan ini. Mba setya yang sedari tadi menyetir motor langsung tancap gas menembus angin sore yang begitu dingin.
⚓
"Raina!" teriakan itu membuatku segera melipat mukenah yang kukenakan, kemudian bergegas menuju ruang tamu. Benakku berkata "hmm pasti Diana nih" benar saja kudapati seorang gadis berjaket ungu. Kusapa dia lalu memintanya untuk menunggu sebentar selagi aku bersiap-siap.
"yah, Ray mau ada reunian SD dirumah Adi, Ray berangkat dulu ya?" izinku kepada ayah "oh iyaudah hati-hati ka!" seru ayahku kemudian menyeruput jahe susu yang sedari tadi ia genggam, "siap bos, Assalamua'laik" jawabku dengan mencium punggung tangan kanan ayah dan membalas salamku.⚓
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Sailor
Teen FictionRifan terkenal sebagai sosok yang humoris, tegas, dan nakal namun sikap sopan itulah prioritasnya. Itu semua karena dia adalah salah satu anak dari pemilik sekolah elit, SMK Angkasa Pura. Meskipun begitu, Rifan tetaplah seperti cowo remaja yang...