7-Cold Night

552 46 16
                                    

Petang itu cuaca begitu dingin, rasa lapar yang semakin lama semakin sulit diajak kompromi membuat Jihoon terpaksa harus pergi keluar mencari makan.

"Hyung, biar kutemani. Petang begini apalagi dingin jarang orang diluar, aku takut terjadi sesuatu padamu."

Seokmin menunjukkan rasa cemasnya. Tiga hari usai kepulangan kakak kesayangannya dari rumah sakit, membuatnya extra cemas.

Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?

Bagaimana jika orang-orang Kwon Soonyoung tiba-tiba menculiknya?

Meskipun begitu, Jihoon tetap bersikeras menolak tawaran Seokmin. Membuat Seokmin terus memariki lengan jaket tebalnya dan menceramahinya ini-itu.

"Jangan seperti bocah Seok, jangan karena badanku pendek membuatmu berpikiran aku tidak bisa menjaga diri. Kau dirumah saja dan selesai kan tugas praktekmu, arra?"

Seokmin kembali menggeleng, terus saja menolak dan alhasil terjadilah sebuah perdebatan antara dia dan kakak sulungnya itu. Hingga akhirnya dia terpojok dan menyerah, sebab Jihoon mengancam akan memotong uang sakunya yang berarti tidak ada kencan dengan Jisoo-kakak tingkat pujaannya.

"Baik, tapi berjanjilah jaga dirimu baik-baik dan melawanlah jika seseorang mengganggumu!"Jihoon berdehem kecil setelah Seokmin selesai dengan perkataannya.

"Aku pergi dulu, Seok!"

"Oke!"

Jihoon tersenyum menyakinkan sebelum akhirnya benar-benar melesat dari balik pintu. Seokmin menatap kepergian kakaknya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebuah firasat buruk yang membuat raut ketakutan nampak kentara di wajah tampannya.

"Aku yakin sesuatu pasti terjadi padamu, hyung. Hyung tunggu!"

Seokmin segera melesat ke kamarnya, meraih mantelnya dengan terburu-buru. Ia begitu panik dan menyumpahi serapahi dirinya sendiri yang dengan bodoh dan mudahnya mengiyakan permintaan Jihoon yang membahayakan keselamatan pemuda mungil nan manis tersebut.

"Seokmin pabbo! Keparat kau! Persetan tidak diberi uang jajan, lebih penting kakakmu ketimbang Jisoo hyung!"

Ia mempercepat langkahnya, berlari menyusuri tangga yang curam dengan terburu, tak peduli dirinya tergelincir dan terbentur ujung anak tangga.

Ia mengaduh pelan memegangi mata kakinya yang lecet, dengan tertatih tatih berlari mengejar Jihoon sebelum langkah pemuda itu semakin jauh darinya.

"Jihoon-hyung! Andwaeyo!"

Ia terlambat, Jihoon sudah terlebih dahulu masuk ke sebuah bus kota.

"Eotohkkae?!"

*

Jihoon memandangi sekeliling setelah di rasa bus telah berhenti, ia kini berada di pusat kuliner kota Seoul. Tempat yang pas untuk menghibur perutnya yang merengek minta diisi.

Turun dari bus, arora nikmat khas makanan lezat membuat perutnya makin keroncongan.

"Ah, aku sungguh lapar!"Ia mengelus pelan perutnya, kemudian melanjutkan jalannya.

Setelah lima menit berkeliking, akhirnya ia memutuskan untuk membeli tteokbokki, selain murah, rasanya juga nikmat. Pas untuk dompet dan mengisi perutnya malam ini.

"Tuan, saya beli dua. Tteokbokki kari dan tteokbokki saus kimchinya yang dibungkus satu ya!"

Si pelayan tersenyum mengiyakan kemudian segera membuatkan pesanan Jihoon.

Sebenarnya ia ingin makan dirumah, tapi ia tak mampu menahan lapar lagi. Alhasil, ia memutuskan untuk makan disini.

Dari belakang ia mendengar keramaian. Ia sedikit menoleh kearah jalanan yang terdapat sebuah kerumunan. Kemudian mempertajam penglihatannya.Ia melihat, terdapat sosok yang sangat dikenalinya.

"S-Seokmin?Seokmin!"

Jihoon menjerit sekencang-kencangnya. Seokmin menoleh ke arahnya memberikan sebuah isyarat agar Jihoon segera pergi dari tempat itu.

Jihoon menggeleng kuat, ia justru mendekat ke arah Seokmin yang tengkurap dengan punggung berlumuran darah, beberapa pria bertubuh besar berbalut jas formal juga turut menginjak tubuh lemahnya secara tidak berperikemanusiaan.

"Sialan, itu orang-orang Kwon bajingan!"

"Jangan mendekat Hyung, mereka berbahaya!"

"Ap-apa?!"

*

Seokmin tahu persis dan ia dapat memastikan bahwa keselamatan Jihoon sangat terancam.

Masalahnya ada pada dua orang asing yang tertangkap mengikutinya sejak di halte bus tadi.

Ia tahu ia terlambat, tapi ia akan tetap berusaha menyelamatkan kakanya sebelum orang asing yang kemungkinan besar orang suruhan Soonyoung itu akan menculiknya sewaktu-waktu.

Ia memutuskan untuk naik taksi meskipun ongkosnya akan lebih mahal. Tapi kecepatanlah yang ia andalkan disini.

Taksi kuning itu terus membuntuti sedan hitam yang melaju mengikuti laju bis yang Jihoon naiki. Dan Seokmin kini sepenuhnya percaya, bahwa orang itu ingin menculik Jihoon.

Ia sampai beberapa menit setelah Jihoon turun dari bis nya, bersamaan dengan sedan hitam itu.

Seperti yang ia duga, dua pria bersetelan jas formal tadi turun membuntuti Jihoon yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari mereka dan dua puluh lima meter dari dirinya.

Seokmin masih sibuk menjaga jarak dan tercengah setelah salah satu diantara pria tadi menerima sebuah telepon.


"Yak bos!"

"..."

"Sudah dekat bos, apa yang harus kami lakukan padanya?"

"..."


"Tapi disini ramai bos, kami bisa jadi pusat perhatian."

"Bodoh! Kalian kan tersebar dimana-mana. Kalian semua kan bersenjata, ancam saja mereka!"

Tit!

Satu yang Seokmin dapat pastikan.






Mereka main senjata.






"Keparat kalian!"






Jet-Dor!









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another side | SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang