"Iya, Ma. Ice nanti langsung pulang. Ini mau lihat kampus dulu sama tante." Klik. Sambungan telepon terputus.
"Mama? Kenapa?" tanya Tante Sari.
"Nyuruh aku pulang aja. Katanya aku dapat beasiswa kuliah di Yogya," jawab Ice malas.
"Wah bagus dong," sahut Tante Sari senang.
Tapi ternyata ekspesi yang ditunjukkan Ice berbeda jauh dengan tantenya. "Tapi jurusannya, Tan."
"Jurusan apa?"
"Agraria. Itu bukan aku banget."
"Lho...bukan kamu banget tapi kok kamu bisa dapat beasiswa?"
"Iya waktu itu Mama sama Guru BP-ku ada ngobrol. Katanya nilainya sesuai untuk ikut program beasiswa Agraria itu. Kuliahnya cuma sampai D-2 habis itu harus balik ke kampung halaman untuk jadi pegawai di kampung halaman sendiri. Jadi semacam ikatan dinas gitu. Karena formulirnya udah dikasih ke Mama ya aku isi aja. Tes-nya juga online jadi aku kerjain aja. Ternyata diterima. Tapi jurusannya lho, Tan. Agraria bukannya hoitung-hitungan ya? Aduh mumet, Tan."
"Lha terus kamu maunya apa?"
"Aku sih maunya masuk sastra. Aku lebih suka sastra."
"Ya ampun, Ce, masuk sastra mau jadi apa?"
"Tante sama kayak Mama deh. Masuk sastra ya biar jadi sastrawan dong. Dalam kasusku jadi sastrawati. Aku bisa nulis novel, nulis puisi, mungkin bisa jadi penulis naskah film."
"Kalau menurut Tante, ya, lebih menjanjikan di Agraria deh, Ce. Kamu lulus-lulus langsung jadi pegawai, nggak ribet-ribet cari kerja. Kamu bisa lanjutin lagu kuliahnya ke S-1 atau bahkan S-3 kalau sudah kerja. Kalau urusan nulis novel atau puisi kan sekarang juga kamu udah jago. Tinggal pendalaman aja."
"Tante persis Mama deh. Males ah. Nanti sore aku pulang."
"Mau tante antar?"
"Nggak usah, cuma dua jam perjalanan ini."
"Ya udah. Sekarang, kita jadi liat kampus yang kamu mau itu nggak?"
"Tetep jadi. Kan aku maunya kuliah di situ, bukan di Yogya."
"Kamu yakin?" Tante Sari kembali bertanya menyelidik.
Ice kemudian tersadar bahwa dia harus menuruti orang tuanya. Sebagai bukti penyesalannya.
"Err...nggak tau deh Tante, nanti aku lihat lagi kondisinya," jawabnya lemah.
Ice sadar bahwa lambat laun, dirinya pasti akan mengalah juga dan dia sadar betul akan hal itu.
*****
YOU ARE READING
Dosa Orang Tua Ditanggung Keturunannya
Historia CortaTahukah kamu? Yang paling menderita dari sebuah pengkhianatan adalah anak-anak. Yang paling trauma adalah anak-anak. Yang paling trauma adalah anak-anak. Kenapa? Silakan ikuti kisahku.