03_WHAT ELSE NOW?

115 15 19
                                    

Sudah sepuluh menit lamanya aku berdiri dalam bisu, menatap hampa bangunan kelas baru ku yang kini berubah drastis. Tidak ada tembok, jendela, atau bahkan pintu disini. Hanya ada pilar yang menjulang tinggi, matahari yang tampak dekat dari arah kami, serta lantai yang terbuat dari kaca. Selebihnya kosong. Otakku yang bahkan kuyakini masih berfungsi dengan baik, tidak dapat mengingat dengan jelas kapan kelas ini berubah. Tiba-tiba saja aku sudah berdiri dalam ruang hampa ini, menyaksikan sebuah pertempuran hebat antara para pengguna ilmu magic.

Sejujurnya, aku tak peduli dengan semua itu. Karena alasan utama ku datang ke sekolah ini adalah untuk mencari tau makhluk yang telah menyerang adikku, Hiroki. Dan alasan keduanya, karena aku tak ingin dipaksa lebih lama lagi untuk masuk ke sekolah ini. Toh, sudah dari dulu aku berkeinginan besar untuk bisa berada di sekolah elite ini. Apalagi, aku dapat sekolah dengan gratis, bahkan akan dibayar. Tapi pada intinya, aku hanya ingin membalas perbuatan makhluk brengsek yang melukai Hiroki, membuatnya menyesal, hingga tidak berani lagi menampakkan wajahnya yang masih misteri bagiku.

Namun sayang, tak ada yang dapat kumintai penjelasan mengenai rupa dan wujudnya untuk saat ini. Semua sibuk, dengan makhluk aneh yang telah menyerang kami beberapa waktu lalu. Kecuali Yuta. Si manusia es itu hanya diam memperhatikan pertarungan yang sedang berlangsung tanpa bergeming sedikitpun. Dia bisa saja aku mintai penjelasan dengan semua peristiwa ini. Akan tetapi, setelah melihat tatapan matanya yang sangat tajam, aku segera mengurungkan niat itu dan memilih diam.

"Dialah makhluk yang bernama mourtal itu." Yuta berujar tanpa kuduga, membuat ku tersentak kaget bukan kepalang.

Tanpa berfikir lama, aku langsung berbalik kearah nya dengan semangat, menuntut penjelasan darimana ia bisa tau jika aku sedang mencari makhluk bernama mourtal. Sungguh, sekarang aku haus akan darah. Tanganku saat ini sudah sangat gatal ingin mematahkan tulang leher dari makhluk bernama mourtal itu, setelah tau seperti apa bentuknya.

"Darimana kau tahu aku sedang mencarinya?!" Tanyaku langsung to the point.

Mendengar pertanyaan itu, ia tampak berfikir sejenak tanpa melirik sedikitpun kearah ku. Matanya hanya terfokus pada pertarungan, sedangkan fikiran nya menimang pertanyaan ku.

"Hatimu." Jawab nya singkat.

Bukannya memberi jawaban serius, Yuta malah memberi ku sebuah jawaban aneh yang membuat ku ingin mencakarnya saat itu juga.

"Maksudnya?" Tanyaku lagi, mengerutkan kening ku hingga bertaut menjadi satu.

Yuta tak menjawab, hanya diam tanpa mau membuka mulut lagi. Ck, dia ini memang sangat hemat bicara, mungkin.

"What the hell?" Aku mendesah kasar, menahan emosi ku yang sudah sampai pada puncak nya.

Sial!

Karena saking kesalnya, aku bahkan telah mengumpat berulang-ulang kali, sambil sesekali melirik kearah manusia tak berperasaan itu. Ia tampak tenang, dan tak menujukkan ekspresi sama sekali. Aku menyerah! Kembali aku memperhatikan apa yang menjadi tontonan ku sejak tadi, meski hatiku makin panas setiap mengingat kejadian yang menimpa Hiroki semalam.

Pikiran ku terus melanglang buana entah kemana, padahal pandangan ku masih saja tertuju pada Aoi dan temannya Mike yang sedang serius bertarung. Tanpa kuduga, Yuta yang sedari tadi terdiam setelah percakapan singkat kami--itupun aku tak tau apakah itu dapat dikatakan sebuah percakapan atau bukan aku tak perduli. Intinya, cowok berambut putih dan bermata biru langit itu tiba-tiba saja terjatuh menimpa ku, membuat tubuhku sedikit oleng.

DEATH fight MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang