Saya sedang tidak ingin menikmati Uetliberg siang ini, bukan karena Swiss menghadiahi musim dingin yang menyulap secangkir coklat panas menjadi gigil, melainkan kedatanganmu yang begitu tiba-tiba. kau memintaku untuk dijemput di bandara siang nanti. Segera aku menghubungi Maria, seorang teman yang punya toko roti di Bahnhofquai seberang apartemenku. aku memintanya membungkuskan beberapa kue keju. Untuk sekedar berjaga-jaga sebelum bibirmu sibuk merepet perihal janji yang belum sempat ku lunasi. mengajakmu keliling Zurich.
Perihal usiamu akan menua esok. selayaknya kekasih di muka bumi ini alangkah tidak eloknya apabila saya hanya menyemogakan harapan-harapan yang belum kau penuhi hingga hari ini. Semisal kau ingin menyelesaikan novel keduamu, menyelesaikan kursus memasak yang amat kau benci, rekan kantor yang lebih fashionable darimu atau kau alpa mengunjungi salon langgananmu lantaran kartu kreditmu sedang di blokir, sampai-sampai cerita yang teramat sering kau ulang kembali yang bahkan aku sudah bisa meniru apa yang akan dilontarkan. keluh kesahmu itu ku dengar dari malam hingga subuh mengiang. Namun begitu, sebagai lelaki yang amat mencintaimu. Tidak ada meskipun atau alasan-alasan lain yang membuat aku mesti mempertimbangkan semua itu. untuk saat ini.
Pun, sebenarnya aku tengah mempersiapkan kejutan kecil untukmu besok, namun kedatanganmu yang begitu mendadak niat itu ku urungkan. Bibirmu tak ubahnya seperti pasar pagi dengan keriapan tiada tara. kamu menyinggung masa depan hubungan kita. Katamu kau ingin tinggal di Prancis saja. banyak rekanmu yang menetap disana, tepatnya di Roosevelt Street. di sekitar jalan itu berjejeran restoran bintang lima dan tentu saja orang-orang penting negara ataupun para pengusaha berkumpul disana, kita bisa menjadi bagian dari mereka juga kan sembari menghabiskan malam yang dingin di Paris setiap harinya. dan siapa tahu kita bisa bertetangga dengan mereka nantinya, Lanjutmu.
Harapan-harapanmu itu kedengarannya seperti menuntut, namun ku iyakan saja. Aku tidak sedang ingin berdebat panjang. Aku sudah cukup dingin dengan keadaan disini, jangan sampai sikapmu ikut-ikutan dingin. pada beberapa kesempatan kalau aku tak bisa sepakat, air mukamu seketika berubah begitu menyebalkan. keinginanmu mesti dikabulkan sesegera mungkin.***
Hari ini Zurich memang tidak bersahabat untukmu. Suhu tubuhmu belum nyetel dengan musim dingin yang menyelimuti kota ini, apalagi kamu tidak membawa mantel. Bukan apa-apa, kekhawatiranku adalah bahwa kedatanganmu bukanlah sebuah kabar bahagia namun sebuah berita bahwasannya kamu harus menetap di apartemen akibat hipotermia yang mendatangimu tiba-tiba.
Di sebuah toko di perempatan pusat kota. saya sibuk mencari mantel tebal dengan warna kesukaanmu, Merah. aku memperhatikanmu sedaritadi. jemarimu mulai kecut dan pucat,Tak seperti biasanya. kamu lebih memilih diam. Lazimnya, kau selalu menanyakan ini-itu perihal tempat-tempat yang baru kamu kunjungi. tapi entah, apa mungkin kamu tengah terkesima dengan Münsterhof Square sebuah jalan dengan bangunan-bangunan tua yang berabad-abad berdiri kokoh di pusat kota Zurich itu memukau cerlang kedua bola matamu, atau yang tengah saya khawatirkan; merajuk.
Menurutku, tidak ada salahnya menutup bekunya hari ini untuk sekedar berleha-leha satu malam di Zurich, lagipula saya tidak memiliki rencana untuk membawa kemanapun kamu hari ini, kecuali menaiki trem atau menikmati Oberdorf dan Niederdorf yang selalu ramai dengan geliat orang-orang yang menghabiskan hari untuk sekedar nongkrong di cafe, sembari menyeruput coklat panas saban salju berserakan pada kaca-kaca yang menghalangi derap kota. Bahkan pegawai cafe harus merepotkan diri untuk membersihkan salju yang menggunung itu tiap tiga jam sekali.***
Rona simpul senyum lekat dibibirmu, kepalamu menempel di bahuku. barangkali Trem mengantarmu ke masa depan, tempat harapan menggumpal dengan segala cita yang selalu ingin terpanjatkan dengan instan, sampai lupa jika semua itu ada perjuangan yang mesti dihadiahi dengan luka atau keputusasaan yang selalu setia mengiringi setiap langkah pada jalan yang belum bertemu rumahnya.Semua itu masih mengawang dan masih belum dapat ku gapai, aku masih bergelut dengan pekerjaan yang harus mencukupi inginmu, tingkah liarmu yang mengharuskan aku meruntuhkan segala yang telah menguap di kepalaku. banyak yang harus di utarakan sebelum hari pernikahan itu datang, semua yang ku takutkan merekat pada tiap helai tubuhku, ia menjelma menjadi beban yang berton-ton beratnya, dan biarlah itu jadi kesakitanku sendiri sebab aku juga tak kuasa menanggalkan bahagia lalu meninggalkan sebuah kecewa. Sungguh, itu bukan inginku sayang.11.30 pm
Malam ini langit meningkahi manusia dengan tabiat rupa-rupa, malam yang sedang cantik-cantiknya sedang bulan-bintang alpa sengaja dan salju sibuk menciumi jalanan lengang Jembatan Mühlesteg. Aku menatap kosong sungai Limmat, sesekali lamunanku buyar kala beberapa pasangan kekasih dari jalan Limmatquai ataupun Bahnhofquai berhenti dipertengahan jembatan, sekedar bersenda gurau atau memasang gembok pada pagar jembatan menuliskan nama mereka masing-masing pada lain sisi sebagai bentuk ikrar betapa saling mencintai mereka satu sama lain. Hueek!
Mühlesteg adalah jembatan cinta. di kota ini, bukan orang swiss jika belum mendatanginya. Maklum saja, hampir semua orang telah menerima sihir mustajabnya. Semisal mereka bertemu pasangan rumah,kerabat atau bahkan keluarga yang terpisah jauh dari ribuan mil jaraknya.
aku rindu jika harus mengulang masa menemukanmu.
Tepatnya disini, tempat aku berdiri menatap sungai limmat dengan Rosti –makanan khas swiss yang serupa omelet- yang sedang ku lahap pelan. Kau menabrakku serampangan, kau amat tergesa-gesa waktu itu. Rosti itu jatuh ke sungai limmat. Kau benar-benar tidak memperdulikanku, meski akhirnya kau kembali dan meminta diantarkan ke bandara segera sebab kau orang italia yang sedang kehilangan karibmu sambil berjanji mengganti Rosti-ku yang jatuh.***
Waktu memang tak punya peduli, aku menyukaimu entah kapan tepatnya. Lalu kita berbincang untuk waktu yang lama dan menyepakati untuk bertemu saban kita benar-benar punya waktu di sela-sela kesibukan yang jarang kenal libur.
Milan. Ingat kan? Aku kebingungan ketika turun di Stasiun kota Milano Centrale. Kalau saja kamu tidak melambai dan memanggilku dengan setengah teriak waktu itu. mungkin, aku benar-benar bisa pulang kembali ke Swiss menempuh perjalanan panjang lagi. Tapi untungnya tidak. Tidak ada kata sia-sia dalam memperjuangkan! Sihir Mühlesteg yang mengantarku kesini. di sebuah restoran kita berbicara agak canggung, sesekali tawa kecil melingkupi kebersamaan yang masih bayi.Untuk perjumpaan yang kesekian, aku mengutarakan keinginan untuk bersamamu. sebuket bunga dan secarik puisi telah mengayunkan kepalamu ke bahuku malam itu. tepatnya di bawah langit malam inggris, London Eye. Bintang bergelayut pada bentang malam menjadikan cerita itu sempurna. Lalu kita mulai menggurat masa depan dan harapan-harapan yang terang. Terang sekali.
***
"kring"
Ponselku berbunyi, aku mendapati pesan darimu dan nomor asing yang mungkin ku kenal. Aku ingat, hari beranjak berganti nama. Kau pasti sedang mengkhawatirkanku, menanyakan keberadaanku mengharapkan kejutan dariku. Kejutan untuk ulang tahunmu yang ke dua puluh lima. Gegas ku tinggalkan Mühlesteg menuju Bahnhofquai. "sihir Mühlesteg hanyalah sebuah dongeng, bung!" teriakku sambil meninggalkan jembatan dengan salju-salju yang makin menggunung.12.00pm
"selamat ulang tahun sayang"
"begitu saja? Tidakkah kau selalu memberikan kejutan untukku?"
"aku di Bahnhofquai sayang. Kemarilah!"tidak ada pesan darimu sejak itu. kau menghilang. Tidak terdengar kabarmu mampir ke telingaku. Tepatnya, ketika kau memergokiku memagut bibir Maria malam itu. teman yang punya toko roti di Bahnhofquai seberang Limmatquai. kau menangis sejadi-jadinya! Aku tak menghiraukanmu. Sangat tidak peduli! Aku menghabiskan malam yang berselimut dingin itu bersama Maria! Jelasnya, aku tak lagi menyanggupi inginmu yang neraka itu sayang, merdeka! dari segala tuntutanmu yang menjadikanku gila.
Indralaya, 00.18 30 mei 2017
^
YOU ARE READING
TIDAK ADA LAGI SIHIR MÜHLESTEG MULAI HARI INI
Cerita Pendeksebuah kejutan untuk sang kekasih di hari ulang tahunnya. mengejutkan!!