3. The Aroma of Roses

48 3 0
                                    

Curhat
Bikin cerita ini sambil menikmati lagu La Vien Rose - IzOne. Membayangkan Bara tebar mawar dan April lagi kejatohan hujan kelopak mawar. (Apa sih coba😂😂)

Please vote my story. Kalo mau komen untuk kalimat ga efektif atau typo, boleh asal g sarkas (aku tuh g suka di kasarin😂)

Begitu April menurunkan tas dari wajahnya, seekor anjing raksasa berbulu cokelat sudah berada didepannya mengaung keras. April bergidik, terbelalak ngeri.

"Apa itu?!"

Kaki April lemas dan gemetar. Dia jatuh terduduk. Napasnya tercekat tak bisa berteriak. Tatapan matanya gamang  tak percaya dengan kehadiran mahluk itu.

Dia berusaha bangun. Namun seakan otak dan segala refleksitasnya tak berjalan dengan lancar, dia lumpuh seketika dan hanya bisa beringsut mundur dengan usaha yang cukup besar.

Akibat dari gerakan kecil April, mahluk dengan ketajaman insting primitif itu akhirnya menyadari keberadaan mahluk lain selain dirinya.

Manik hitam mahluk itu bergerak ke sudut mata, mengarah pada April. April bergidik. "Mati aku!" serunya.

Dia memutar badan, berupaya untuk merangkak kabur. Sesaat pemikiran melarikan diri itu tiba, makluk itu sudah mencapai April dengan ekornya yang mulur. Menjerat leher April dan menarik kearahnya. Gadis itu diangkat tinggi-tinggi, tercekik dan nyaris tak bisa bernapas.

"To, tolong a-ku. Le-paskan..." April memberontak dengan susah payah.

Sia-sia, sebesar apapun usahanya ekor besar berbulu cokelat itu tetap bergeming. Tidak. April akan mati jika terus begini. Dia gelagapan mencari udara. Sudah tidak ada harapan. April nyaris kehilangan kesadaran.

"Ayah, ibu, Nami, Nagi..." Sepintas ingatan tentang keluarganya membuat April sedih ingin tetap hidup. "Yang benar saja. Aku tidak akan mati semudah itu!" Jeritnya dalam hati.

Melesat sebuah cahaya bagaikan bintang jatuh. Bergerak seperti kilat dan memotong setengah ekor mahluk berbentuk anjing itu dengan pedangnya. April terjatuh cukup tinggi namun dengan cepat seseorang itu menangkap tubuhnya. Dia tersenyum.

"Akhirnya kita bertemu, Tuan putri."

Pupil mata April melebar karena bingung, "Apa? Putri?"

April tidak melihat wajahnya dengan jelas. Namun dia bisa mendengar suara bariton-nya yang lembut  saat memanggilnya Putri serta aroma mawar yang menyeruak begitu harum dan memabukkan.

Orang itu membawa April pergi menjauh dan menurunkannya di tempat yang aman. "Tunggu disini, aku akan kembali," katanya, lalu pergi melesat cepat bagai ninja berpakaian samurai.

April termangu menatap orang itu. Jantungnya berdegup dengan hebat tatkala melihat senyumnya yang mempesona. Bahkan lebih mempesona di banding senyum Ryou. "Ini gila." April menggeleng sambil menampari wajahnya sendiri untuk segera sadar. "Semudah itukah aku berpaling? Gila!"

Pemuda berpakaian samurai itu melanjutkan pertempurannya yang sempat tertunda. April menatapnya dari jauh. Menatap sosoknya bak ksatria melegenda dari dunia lain yang kini berdiri tampak kecil di depan mahluk besar berwarna cokelat itu.

Ikat kepala merah yang menjuntai panjang, jubah Jinbaori warna hitam yang berkibar serta simbol matahari merah di punggung yang seolah melambangkan kekuatan dan kejayaan. Entah mengapa firasat April jadi tidak enak. Pikirannya jadi tak menentu kala melihat sosok pemuda itu.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya pemuda itu dingin dengan suara yang rendah.

Mahluk itu menghentakkan kakinya dengan keras sampai terdengar bagaikan suara hantaman rudal. Bekas hantaman itu menimbulkan jejak retak  berbentuk kaki hewan yang besar. Sepertinya mahluk berbentuk anjing itu tak mau di tanya.

Swirl of Destiny By: ReinerRubin33Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang