CHAPTER 14 : aku kamu dia

69 3 2
                                    

Sepulang dari restoran, aku dan oppa memutuskan untuk berkeliling.

Tujuan pertama kami yaitu butik, mengingat oppa tidak membawa seluruh bajunya. Katanya agar tidak membayar bagasi tambahan.

Dari dulu Jin oppa memang sangat selektif dalam hal memilih fashion style-nya. Sekarang pun begitu. Meskipun sebenarnya pakaian apapun itu akan terlihat bagus jika sudah dikenakan olehnya.

Dia mengambil baju ini dengan bawahan itu dan aksesoris ini. Wah merepotkan sekali.

Untung saja uri Jin oppa ini mengerti kalau aku cepat sekali bosan, jadi sebelum pergi kemari dia membelikanku beberapa bungkus permen dan lolipop, oh iya jangan lupa dengan es krim yang sedang ku genggam di tangan kananku sekarang. (Jin oppa-ku)

"Wah sepertinya itu cocok untuk oppa" mataku tertuju salah satu outer berwarna mocca.

"Ah benar juga" diambilnya segera barang itu.

"Tidak mau beli apapun?" Tawarnya

"Uhm? Aku? Tidak tidak, lagi pula baju yang ada dirumah--"

"Tapi sayangnya aku sudah memilih satu yang bagus untukmu"

"Yasudah kalau oppa memaksa"

"Hmm.. tapi oppa, kau belanja banyak sekali? Kurasa uangmu sedang sangat banyak saat ini!" Godaku.

Jin oppa tidak menggubrisku sama sekali. Dia berjalan lurus menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

Setelah bayar membayar selesai aku dan Jin oppa akan kembali kerumah, karena hampir seharian penuh kami berjalan-jalan.

Sepanjang perjalanan aku tidak henti hentinya menggangu Jin oppa. Karena mengganggunya menjadi salah satu sumber kebahagiaanku.

Dari jalan ini seharusnya kita lurus agar sampai di rumah. Tapi Jin oppa membanting setir kearah lain.

Kupikir ini terjadi karena dia sudah lama tidak di Seoul, selain itu mungkin juga karena faktor usia, maka dari itu lupa jalan pulang.

"Jin oppa tapi rumah kita seharusnya lurus. Ini arah yang salah. Ayo putar balikk" kataku dengan gesture tangan.

"Eh benarkah? Oppa mu ini sudah lama tidak di Seoul"

"Eh Heera"

"Ne?" (Iya?)

"Aku mau minum kopi" Jin oppa mengatakannya dengan sedikit aegyo.

"Kajja! Aku juga sudah lama tidak minum kopi. Tapi tolong jangan gunakan aegyo lagi ya" ledekku. (Ayo!)

Jin oppa memarkirkan mobilnya didepan sebuah café.

"Jin oppa~"

Dia berdeham menjawabku sembari mengunci mobilnya itu.

"Ingat café ini kan?" Lanjutku

"Tentu saja" dia terkekeh pelan.

"Sebenarnya oppa sama sekali tidak lupa jalan menuju rumah. Oppa memang sengaja ingin mengajakmu kemari" lanjutnya.

"Oh. Tapi aku sempat mengira kau lupa jalan pulang karena.. kau-sekarang-agak-sedikit--"

"Agak? Sedikit?" Jin oppa mengernyitkan dahinya.

"Sedikit-berumur" jawabku dengan nada melemah.

Ada keheningan beberapa detik. Bahkan bisa kudengar langkah kakiku meski di tempat ini lumayan ramai.

"Ah tidak oppa aku hanya bercanda. Kenapa suasananya jadi canggung begini" lanjutku dengan senyum kaku.

"HAHAHAHAH kau ini bersikaplah seperti biasa" Jin oppa merangkul pundakku.

"Oppa! Kenapa ekspresimu tadi sedingin itu? " Aku memberi jeda.

"Itu me-nye-ram-kan" lanjutku dengan penekanan di setiap penggalan katanya.

"Hanya untuk membuatmu takut saja" senyuman mengejek terpasang di wajahnya.

"Sebagai permintaan maaf, duduklah menghadap luar, siapa tau kau dapat melihat namja tampan diluar sana. Tadi saat di restoran eomma, itu adalah alasan kenapa kau ingin duduk tepat mu itu kan?"

Bagaimana dia tahu.

"Berhenti berlagak kau tahu segalanya" cetusku.

***

Jungkook POV

Setelah lelah berkutat dengan segala macam jenis rumus rumus gila ini, kulanglahkan kakiku menuju mobil berniat kembali pulang.

"Kook!"

Aku yang mendengarnya langsung mengarahkan pandanganku kearah suara.

"Eh Jim, ada apa?"

"Mau ke kafé? Kurasa semenjak kenaikan tahun ini kau jadi sibuk dengan banyak hal, sampai sampai lupa waktu untuk hangout" ajak Jimin.

"Ayo masuk Jim"

Ku injak pedal gas menuju kafé yang biasa kami datangi. Memang benar belakangan ini tugas, ulangan, dan hal hal lainnya.

Saat hendak memarkirkan mobilku, tanpa sengaja mataku tertuju pada yeoja cantik dengan tubuh mungilnya sedang tertawa bahagia bersama seseorang dihadapannya.

Heera?

Diakah itu?

Tapi siapa pria dihadapannya itu?

Kenapa serasa sangat panas didalam sini?

Aku benar benar merasa terbakar. Bagaimana bisa?

Dia bukanlah siapa siapa dihidupku.

Ah, ya aku mengerti.

Aku marah karena dia berani beraninya bersama laki laki lain meski sudah kuperingatkan. Lihat saja apa yang bisa kulakukan padamu nanti Heera-ah.

"Kook, bukankah itu gadis bodoh incaranmu? Tapi dia dengan pria lain? Wah" kata Jimin dengan tatapan mengejek kearahku.

"Iya gadis yang sangat bodoh. Sangat bodoh karena berani beraninya seperti ini dibelakangku" aku mendengus.

"Melihat ekspresimu itu, sepertinya sesuatu yang berbahaya sedang berputar dipikiranmu Kook" kata Jimin  sambil menepuk pundakku.

"Yak, Jimin apa kau pikir aku selalu berpikir tentang hal hal yang berbahaya? Sebaliknya aku sedang memikirkan hal yang menyenangkan"

"Lebih baik kita cari kafé lain. Biarkan Heera-ku saat ini bersenang senang dengan selingkuhannya itu. Tapi besok dia akan bersamaku seharian" lanjutku

"Sepertinya si kejam Jungkook akan beraksi" gumam Jimin yang masih dapat ku dengar.



-TBC-

NOTES:

Maaf karena sering late update
Tugas rumah tidak berprikemanusiaan gengs, belum lagi tugas yg dibuat di sekolah.
*toh kan curcol*

Keep voment guisss..

사랑해 💗💗💗

My Precious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang