Haloo untuk para Readers yang masih setia baca cerita gaje ini.
Karena hari ini adalah hari yang panjang,"PLAKK!!!" Author di tabok Ratu.
jadi aku posting chapter ini untuk mengisi panjangnya hari mu.
Jangan lupa bubuhkan votenya kalau suka, tapi kalau gak suka cukup klik tanda bintang aja di bagian bawah :p
...............................................................................
Setelah mendapat kesialan sepanjang hari akhirnya Ratu dan Rei sampai di rumah Ranisya.
Walaupun ratu sudah beberapa kali ke rumah Ranisya, Ratu tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada arsitektur rumah Ranisya yang indah dan juga ... megah.
sesampainya di dalam,
terlihat meja yang berantakan dengan tiga unit CPU terjejer di samping meja dan beberapa kertas berserakan serta berjejer LCD yang di pasang secara paksa di ruang tengah, seorang cowok mengenakan headset dan kacamata anti radiasi bertipe J+S Vision Blue Light Computer Glasses sambil menatap layar komputernya dengan serius tanpa menggubris kedatang Ratu dan Rei."Duduklah ... seperti dugaanku kita di ikutkan secara paksa untuk membawa nama indonesia ke ajang beladiri tingkat dunia, kita punya waktu 48 hari" Rara memulai pembicaraan.
Ratu pun duduk dengan anggun dan Rei tak peduli tetap memainkan ponselnya, Rei adalah mahasiswi tingkat akhir di jurusan technologi, walaupun tidak sepintar programer lain dan IPK jauh di bawah rata-rata tapi Rei mengerti bahasa program dan bisa di andalkan untuk mencari informasi.
"Dia sedang apa?" tanya Ratu agak heran dengan ruangan yang tak sebersih biasanya.
"Aku menyuruhnya mencari informasi tentang kejuaraan serta informasi tentang tuan rumah di adakannya kompetisi itu, negara mana saja yang ikut andil, dan profil lengkap dari setiap petarung yang akan kita lawan." Jelas Ranisya panjang lebar.
"Cukup berguna, mengapa tidak kita buat dia resmi menjadi bagian di team kita? Paling tidak itu akan mengurangi tugas Rei kan? Agar Rei bisa fokus ke beladir- ?" Cerocos Ratu bertubi-tubi sebelum terpotong dengan nista oleh Reicha.
"Aku setuju!!" Potong Rei tiba-tiba.
Tiga wanita itu secara serempak memandang Fandi dengan tatapan memohon ala kucing terbuang, mereka yakin jika Fandi mengenakan headset tapi masih bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
Menyadari tiga orang di depannya yang terhalang LCD Fandi pun angkat bicara,
"A-anu ... saya salah apa?" tanya Fandi gugup, menurut Fandi tatapan mereka mengerikan, bukan mereka tapi lebih tepatnya sang Ratu Arsya.
Dan Fandi sebenarnya juga tidak mendengarkan obrolan para wanita itu, melainkan fokus untuk membobol keamanan sistem jaringan milik penyelenggara kejuaraan yang hampir sejenis dengan mega system keamanan pentagon.Tiga wanita itu saling pandang satu sama lain dengan wajah heran.
"Kau tidak mendengarkan kami?" tanya Rei memecah hening.
"Ah ... iya, aku dengar! Yang menjadi tuan rumah periode ini adalah China, dengan 187 negara yang ikut andil, untuk biodata setiap petarung masih di download ja-jadi bersabarlah, dan berhenti menatapku kalian mengerikan."
Ketiga wanita muda nan cantik itu hanya melongo tak mengerti apa yang Fandi bicarakan.
"Sepertinya k-kau haus, aku akan membuatkan kalian minum. Ah ... Rara kau jelaskan kepadanya kau kan adiknya," kata Ratu sembari beranjak menuju dapur.
"Eh ... barusan si Ratu gugup?" tanya Rei keheranan.
"Entahlah, sepertinya begitu ... Afandi, Ratu Arsya menginginkanmu menjadi bagian dari team kita secara RESMI, jadi namamu akan bertengger di bendera merah-putih saat kejuaraan nanti ... kau mau?" Ranisya mulai bernegosiasi dengan sang kakak.
"Hah maksudmu? Kalian mengerti aku tak bisa beladiri ... bagaimama aku bergab-"
"Kau akan menjadi programer kita," potong Rara.
"Ah ... me-mena kut kan," jawab Fandi terbata dengan ekspresi yang sangat aneh, bagi Fandi tawaran mereka bagaikan
-ingin bunuh diri, atau kubunuh?-"Tim kita butuh informan Fan ... dan ... oh my god dapurmu apa akan baik-baik saja Ra? Ratu baru saja pergi ke dapurmu," kata Rei lalu komat-kamit memanjatkan do'a agar dapur Rara baik-baik saja.
"Apa maksudmu Rei?" tanya Fandi terheran.
"Terakhir kali Ratu menghancurkan dapur di sebuah cafe karena bersikeras meminta di ajarin bikin kopi ke seorang barista," jelas Rei membuat ekspresi Fandi berubah horror.
'Oh tidak dia akan menghancurkan dapurku!'
Iner Fandi memberi Warning dan tak menunggu waktu lebih lama lagi Fandi melesat menuju dapur bak super hero the flash di film MARVEL. Dapur adalah harta paling berharga bagi sang programer itu selain komputer. Memasak adalah hobinya.Setelah sampai di dapur Fandi ngos-ngosan.
'Tak terjadi apapun?'
Dan begitu Fandi melihat Ratu hendak menuangkan gula,
"Deg!"
Jantung Fandi seakan melompat, dirinya hampir meledak terpesona, bagaimana tidak seorang gadis yang begitu cantik dan manis yang pernah menghajarnya hingga babak belur, tapi saat ini terlihat sangat cantik dan ke ibu-ibuan saat sedang membuat minuman.
Sibuk dengan kegiatan mari mengagumi sosok Ratu , tiba-tiba Fandi menyadari hal ganjil di tempat itu."Hentikan!"
Teriakan Fandi membuat Ratu menolah. Dan dengan cepat pergelangan tangan kiri Ratu digenggam Fandi, padahal Fandi berada di sebelah kanan Ratu."Deg!"
kembali detakan keras, namun kali ini dengan pemilik yang berbeda. Ia adalah Ratu, bukan karena Ratu kaget, melainkan karena ini pertamakali pergelangan tangannya di pegang cowok selain ayahnya."Plup." Sesendok gula masuk ke dalam gelas berisi teh dengan indah.
"I-itu ... garam," kata Fandi setengah berbisik karena posisinya hampir menempel ke tubuh Ratu dengan tangan yang melingkar di tubuh ratu jadi kesan nya seperti memeluk dari samping.
Suasana menjadi hening tanpa pergerakan dan suara, Ratu hanya terdiam seraya menetralkan detak jantungnya yang sedang carnaval-an sedang Fandi yang terpesona melihat wajah sang Ratu dari jarak sangat dekat.
"E-eh a-anu maaf a ... aku hanya mengingatkan itu bukan gula tapi garam," jelas fandi yang perlahan menjauh, mengingat kejadian dirinya pernah di hajar Ratu sampai benar-benar babak belur.
"O-oh ... iya, te-terimakasih," jawab ratu gugup, lalu membuang teh yang telah terkontaminasi oleh garam dan membuatnya lagi.
Fandi yang tak menyadari rona pink di pipi ratu karena di hantui rasa ketakutan, walaupun seperti itu Fandi tetap mengawasi Ratu meski di kelilingi hawa yang sangat mencekam. Fandi masih sayang dapurnya tak ingin kejadian buruk terjadi pada sang dapur ataupun sang Ratu.
Selesai dengan tehnya, Ratu mengambil sebuah nampan.
"Tunggu!" Lagi-lagi Fandi menghentikan Ratu, merebut nampan dengan sangat lembut dari tangan Ratu.
"Aku yang bawa minumannya" kata Fandi pelan, Fandi yang merasa ada kilatan cahaya aneh berwarna kuning walaupun hanya beberapa detik di mata Ratu Arsya pun segera mundur berlahan....
Semakin dekat, dan sial nya lagi dibelakang Fandi kaca tebal yang menghubungkan dapur dan ruang makan. Hembusan nafas Arsya bisa Fandi rasakan yang berbau mint, aroma khas Arsya yang mengkontaminasi seisi ruang tengah tadi juga tercium di hidung Fandi.
Mata Arsya beralih ke bibir dan mata Fandi secara bergantian, membuat Fandi kebingungan lalu secara reflek tangan Arsya melepaskan nampan di tangan lalu secara berlahan naik ke arah leher Fandi, ia miringkan kepala cowok itu, dengan beberapa saat Arsya mencium Fandi untuk pertama kalinya.
Begitu dalam, dan penuh perasaan.●●●
minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin♥ author khilaf
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN of the WRESTLERS [ON GOING]
ActionPetir menyambar di langit yang menghitam. Hujan turun begitu deras, membasahi lapangan tepat setelah Reichalimi tumbang, meninggalkan Arsya sendiri di tengah pertarungan melawan tiga Ratu yang berasal dari tiga negara berbeda. (Slow update) [Cerita...