9. JATUH CINTA

81 39 52
                                    

Karena ada perubahan di akhir chapter sebelumnya mohon di baca ulang agar ceritanya nyambung

****
Fandi menuju ruang di mana mereka berkumpul tadi dengan membawa teh di atas nampan.

"Kenapa lama sekali? Ini hampir setengah jam, dan kenapa wajahmu merona?"
Rei menatap heran perubahan Fandi.

"Etto ...."

"Dimana Ratu?"
Ranisya juga terheran begitu melihat wajah sang kakak yang tak seperti biasa.

"Ratu ... lari ke-"
"Jangan berbelit-belit atau ku makan kau!"
Belum selesai Fandi menjelaskan, Rei sudah memotong dengan ancaman sadis.

"Biarkan aku bernapas sejenak! Mengapa kalian terus mendesakku?"
Fandi menaikkan nada bicaranya, dan karena tidak ada diantara kedua wanita disana yang punya stock sabar akhirnya Rei bergegas menuju TKP alias dapur.
Gadis itu mengecek isi dapur, di tengoknya kanan-kiri berharap Ratu tak tersempil di belakang pintu.
Rei gagal menemukan sosok Ratu di dapur akhirnya kembali ke ruang tengah.

"Hei kau! Kau kemanakan Ratu?" Todong Rei pada Afandi yang cengo.

"Dia tiba-tiba lari ke lantai atas setelah ..."
Tersadar dari ke-cengo-an yang tak elit, Fandi menjawab tudingan Rei dengan penuh pertimbangan.
'Apa aku harus mengatakan bagian itu?'

"Setelah apa?"
Rara yang sedari tadi diam akhirnya gemas sendiri dan ikut nimbruk mengintrogasi sang kakak.

Dan bayangan kejadian di dapur mulai berputar di otak Fandi.

Flashback on (beberapa saat yang lalu).

"Biar aku yang bawa minumannya."
Fandi menawarkan diri untuk membawa minuman, apalagi setelah melihat ada kilatan cahaya aneh berwarna kuning seperti listrik walaupun hanya beberapa detik di mata Ratu dan segera mundur berlahan.

Ratu semakin dekat, dan sialnya lagi di belakang Fandi adalah kaca tebal penghubung dapur dan ruang makan.
Hembusan napas Arsya yang beraroma mint bercampur blueberry, aroma khas Arsya yang mengkontaminasi seisi ruang tengah tadi juga tercium dalam indra Fandi.
'Tunggu! Bahkan aku memperhatikannya sejak di ruang tengah tanpa kusadari?'

Tatapan Ratu teralih dari tubuh ke wajah Fandi, seperti singa dan menargetkan mangsanya.

'Ini mengerikan!' Iner Fandi sudah heboh menyuruh kabur, sayang tubuh keduanya itu seperti berhianat. Bahkan tanpa sadar melepaskan nampan hingga terjatuh ke lantai.

'Sial! Aku tak bisa lari!'

Jemari Ratu perlahan naik menuju leher pemuda yang tak mampu bergerak itu.
'Eh? Kukira dia akan memukulku lagi ... oh tidak! Ini lebih mengerikan!'

Ratu miringkan kepala kepala, dan ...

Flasback off.

*********************

Samar-samar hidung Arsya masih mencium bau Afandi yang tidak begitu menyengat.

"Tunggu! Ini kamar Ranisya kan?"
Monolog Arsya dan mulai mengedarkan pandang untuk memastikan.

"mengapa terlihat begitu rapi?"
Arsya berujar pelan lalu bangun dari tempat tidur.

"TOK TOK TOK"
Suara pintu terketuk dari luar mengagetkan Arsya dari kegiatan mengamati kamar.

"Kau di dalam Ratu?"
Suara Rara terdengar dari balik pintu. Namun tubuh dan mulut Ratu tak bergeming.

"Kau salah kamar Ratu! Itu kamar Kakak!"

'Eh? Sial aku salah ruangan. Bagaimana tidak? Pintu, dekorasi dan bentuknya sama.'
Iner Ratu sedang histeris sekarang. Dengan perlahan Ratu membuka pintu kamar.

QUEEN of the WRESTLERS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang