Dua

129 16 0
                                    

Park Jimin baru saja kembali dari kota sehabis membeli barang keperluan sehari-hari. Dia memang tinggal di desa di daerah Busan. Di desanya tidak ada toko, ia harus pergi ke kota untuk membeli semua keperluannya.

Jimin baru saja turun dari bus yang tadi ditumpanginya. Ia berjalan santai di jalanan yang kanan kirinya berupa sawah dan ladang warga.

Saat melewati jembatan, ia tak sengaja melihat sesuatu berkilauan di pinggir sungai. Karena penasaran, Jimin menghampiri benda itu.

Jimin memekik kaget bercampur senang. Di depannya, setengah tenggelam dalam air sungai, sebongkah emas berkilauan.

Oh My God!

Ini tidak bisa dipercaya!

Rejeki memang nggak kemana. Aku kaya rayaaa...

Uang-uang imajiner berjatuhan dari langit di sekelilingnya. Jimin merentangkan tangan bahagia menyambut hujan uang dadakan itu.

Jimin akan jadi jutawan!

Jimin terlalu senang hingga air mata merebak tak disadari. Ia segera mengangkat emas itu dari air...



Phew



Raut bahagia Jimin hilang seketika. Benda itu bukan emas. Melainkan seekor kura-kura berukuran lumayan besar. Kura-kura itu menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.

Jimin kecewa setengah mati. Padahal ia sudah berencana untuk pindah kekota dan membeli apartemen mahal.

Tapi apalah daya. Itu semua hanyalah angan.

"Darimana datangnya sih? Kok bisa ada kura-kura di sungai? Warnanya emas pula. Menyebalkan!" Jimin menggerutu kesal. Ia hampir saja melemparkan kura-kura itu kembali ke sungai.

Kemudian ia berpikir ulang, "Yaaah, memang bukan emas. Tapi kura-kura masak rica-rica enak juga. Hmmm, kubawa pulang saja."

Selesai bermonolog, Jimin memasukkan kura-kura kedalam plastik belanjaannya.

Sesampainya dirumah, Jimin membawa belanjaannya di dapur dan menata bahan masakan ke kulkas.

Ia menuang asal plastik berisi ikan di tempat cuci piring untuk di bersihkan, saat kura-kura temuannya ikut jatuh bersama ikan-ikan.

Ia mengambil kura-kura itu dengan tangan kiri, sementara tangan lainnya mengambil pisau.


Lebih enak kalau dimasak selagi segar


Tapi, tunggu!


Kura-kura ini terlihat berbeda. Selain berwarna emas nge-jreng, cangkangnya juga memiliki ukiran-ukiran yang unik. Seperti lambang-lambang.


Apa seseorang sengaja mengukirnya?



Bagus juga..



Ah, sayang kalau dimasak



Akhirnya Jimin tidak jadi memasaknya dan memilih memelihara kura-kura itu. Jadi dia mengambil ember, mengisinya dengan air dan meletakkan kura-kura itu di dalamnya.

Lalu Jimin melanjutkan acara masaknya.

Jimin tinggal sendiri di rumah itu. Sejak kecil ia yatim piatu, tidak pernah bertemu orang tuanya karena tinggal dengan kakeknya sejak bayi. Rumah itu peninggalan mendiang kakeknya yang meninggal 4 tahun lalu. Ia membiayai hidupnya dengan bekerja di kebun apel milik juragan terkaya di desa.

Tapi bekerja di kebun saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sementara semua harga melonjak naik.

Maka ia memilih menjadi pekerja panggilan sebagai pekerjaan sampingan. Ia akan datang melakukan apapun jika di panggil. Hasilnya lumayan juga.

Selesai memasak Jimin berniat membersihkan rumah. Tapi dering ponsel di saku celana membuatnya mengurungkan niatnya. Ia lantas merogoh kantung celananya.

"Halo?" Jimin menempelkan ponsel di telinganya.

"Sekarang?"

"Ah, baiklah. Saya akan kesana sekarang," Jimin menutup telepon dan mengantonginya lagi. Lalu ia masuk ke kamar.

Tak lama ia keluar dengan kaus putih polos dan celana cokelat longgar membungkus tubuhnya.

Jimin berjalan menuju pintu dan menghilang dibaliknya. Tidak tahu bahwa mungkin kejutan kecil akan menyambut kepulangannya nanti.




___TBC

Pangeran Kura-kuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang