05

1.3K 259 141
                                    

"Tidak ada alasan. Aku hanya tidak lebih mencintainya sebagai teman. Itu saja."



.
.
.



Park Jihoon



.
.
.



Indra visualku tak henti menatap ke arahmu. Merekam semua gerak-gerikmu dari bangku penonton. Mengabadikan setiap angka yang kau cetak dengan gaya aroganmu. Kau benar-benar bersinar. Dan aku bertaruh, tak seorangpun dapat menolak pesonamu saat ini. Tak terkecuali diriku.

"Kenapa gak pacaran aja sih?"

Fokusku beralih, menatap sosok pemuda kelahiran Los Angeles yang entah sejak kapan duduk di sebelahku. Namanya Kim Samuel. Dia adalah satu-satunya mantan kekasihku—tidak seperti Guanlin yang memiliki selusin mantan kekasih, tsk!—. Hubungan kami hanya berjalan 3 bulan, kemudian berakhir dengan baik-baik.

"Lo sama Guanlin. Kenapa gak pacaran aja sih?"

Samuel kembali mengulang pertanyaannya. Sedangkan aku mendengus sembari mengalihkan kembali atensiku ke lapangan basket. Yang sialnya, aku justru melihat pemandangan menyebalkan—Guanlin yang tengah berbincang dengan Jung Chaeyeon, ketua cheerleaders yang merangkap sebagai mantan terindahnya Guanlin—.

"Bukannya sekarang dia juga suka sama lo?"

Senyum tipis terukir di wajahku sesaat setelah aku mendengar pertanyaan yang Samuel lontarkan. Tanpa mengalihkan pandanganku dari kedua objek di depan sana, aku mengedikkan bahu acuh tak acuh dan berujar, "tapi gue suka Jinyoung."

"Jangan sampe karena lo melihat yang 'terlihat' lebih sempurna, lo kehilangan yang terbaik—"

Sebelum pemuda Kim itu menyelesaikan kalimatnya, aku sengaja memotongnya. Berucap dingin sembari melempar death glare, "bukan urusan lo, Sammy."

"Jangan sengaja lari biar dikejar, Hoon, lo tau kalau berjuang gak semudah itu."

"Gue bilang bukan urusan lo, Kim Samuel!" bentakku dengan nada suara yang naik setingkat. Mengabaikan beberapa pasang mata yang mulai tertarik memperhatikan diriku dan pemuda di sampingku ini.

Samuel bungkam. Membuat atmosfer di antara kami berubah semakin canggung. Yang mana setelahnya terdengar helaan napas dariku, "haah—maaf Sammy, tapi lo sendiri tau alasannya kenapa. Jadi tolong berenti bahas soal ini, bisa 'kan?"

Samuel mengangguk. Tersenyum lebar sampai aku tak mengerti makna dibalik senyuman itu. Kemudian mengusak pucuk kepalaku. "Kalau tau bakal gini pilihan lo, bisa gak gue muter waktu biar status kita gak berubah jadi mantan? Nyesel ini gue hahaha," candanya, yang entah bagian mana membuatku ikut tertawa geli.

"Ssttt! Nanti pac—"/"Muel!"

Tuh, 'kan, bulldog-nya datang. Lee Daehwi dengan segala tatapan maha bengisnya—walau tidak terlihat menyeramkan sama sekali—yang tertuju padaku. Entah kenapa, Daehwi selalu mengibarkan bendera perang padaku. Cemburu? Ya ampun, tolong jangan buat aku tertawa! Mau khilaf juga aku pilih-pilih kok! Mana mau aku kembali ke Samuel. Walau Samuel terlihat sempurna, namun nyatanya dia itu zonk.

FRIENDZONE [ PANWINK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang