1

29 13 2
                                    

Tika berjalan santai menuju rumahnya yang tak jauh dari sekolahnya hujan sudah benar-benar reda hanya menyisakan tetesan embun didedaunan dan genangan air ditepi jalan ia harus extra hati-hati bila tak mau kena cipratan pengendara mobil atau sepeda motor. Ia melihat genangan disampingnya warna coklat kehitaman seperti kopi hitam bisa gawat kalo dia kena cipratan genangan air itu.

Saat ia berjalan cepat untuk menghindari genangan itu sebuah motor dengan laju cepat melewati genangan itu.

Sroottt!!

Al hasil seragam putih Tika menjadi coklat kehitaman dan basah sebagian. Pengendara itu melihat kaca sepionnya dan berhenti mendengar teriakan Tika.

"Wahahaha!! Maaf ya tuan putri gue nggak liat lo tadi" ucapnya sembari melepas helm. Suara itu dan wajah itu sudah tidak asing lagi. Indra!.

"Pasti lo sengaja kan!" seru Tika marah.

"Oh gimana ya" Indra terlihat berpikir "Lo pikir aja sendiri" ucapnya sekenanya.

Ia suka ekspresi Tika saat ini ekspresi MARAH. Wajah Tika merah karna malu dan marah ia menjadi tontonan pejalan kaki lain yang melewati dirinya, memandangnya dengan aneh dan juga iba. Indra tersenyum.

"Nih gue pinjemin jaket gue" Indra melempar jaket yang dipakainya ke Tika.

"Gue nggak butuh" Tika melempar jaket ke Indra kembali.

"Ya udah kalo gitu" Indra meninggalkan Tika dengan ringan ia melesat jauh dengan motornya.

Kalo aja lo bisa jujur Tik, dasar cewek emang jaim banget.

Dasar cowok nggak pernah tau keinginan cewek.

Mereka saling menggerutu dalam hati.

Tika kembali melangkah dengan hati dongkol, berbeda dengan sebelumnya Ia setengah berlari karna harus segera mencuci bajunya kalo nggak mau noda ini makin sulit untuk dicuci.

Indra memarkir motornya dipekarangan rumahnya ia melihat sebuah mobil terparkir didepan rumahnya. Ia belum pernah melihat mobil itu sebelumnya dan plat nomor mobil itu dari luar kota Siapa? Itu pertanyaan pertama yang ada dibenaknya.

"Tuh anaknya sudah pulang" ucap Sarah - Mama Indra ketika ia melewai pintu. Dua pasang mata menatapnya. Seorang lelaki paruh baya dan satu cowok seumuran dengannya apa maksudnya? Siapa mereka?.

"Sini Ndra ini sepupu jauhmu Niko dan ini pamanmu Wisnu" jelas Sarah menjawab semua pertanyaan dalam benak Indra. "Kamu heran ya meraka tinggal Jakarta mangkanya jarang berkunjung kesini, sini duduk" ajak Sarah.

Indra duduk disamping Mamanya. "Gini Ndra rencananya Niko mau pindah sekolah kesini karna pamanmu pergi keluar negri dia ditugasin kerja disana selama beberapa tahun dan selama itu dia sekolah dan tinggal sama kita, kasihankan kalo Niko ditinggal sendirian dijakarta makanya dia pindah kesini" jelas Mamanya panjang lebar.

"Iya nak Indra paman harap kalian jadi saudara yang baik meski Niko ini bandelnya minta ampun tolong maklumi" imbuh paman Wisnu Indra menatap Niko sepupu yang masih asing baginya, ia terlihat melamun.

"Niko kamu jangan ngerepotin tante mu disini ya sudah kalo begitu mbak saya pamit dulu" petuah Wisnu.

"Loh nggak nginep disini dulu aja kan capek baru datang kok langsung pulang"bujuk Sarah.

"Nggak makasih mbak besok pagi pesawat saya terbang" ucap Wisnu menolak.

"Oh ya sudah kalo gitu hati-hati dijalan jalanan licin" ujar Mama Indra.

"Ya mbak, Niko kamu baik-baik ya disini" ulangnya tak henti kepada anaknya yang dari tadi diam saja.

"Iya pa"jawab Niko singkat tanpa menoleh ke Papanya.

Awan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang