5

12 4 7
                                    

Kadang sepi ini hilang saat melihat tawa renyahmu sesaat aku ingin waktu berhenti agar memberiku wktu lebih lama tuk menikmatinya. tanpa sadar aku tersenyum karnamu.

................

Sepasang mata itu terus saja mengikuti gerakan remaja yang duduk didepannya, hanya saat berkedip sepersekian detik dan mata itu akan fokus kembali pada remaja itu.

Entah keberuntungan dari mana karna sejak kemarin ia bisa puas memandang teman sekelasnya itu tanpa gangguan.

"Tik, serius banget baca novelnya" goda Meli, gadis itu baru saja dari toilet.

Tika hanya menoleh sekilas pada Meli, lalu seluruh indranya kembali ke buku.

Meli cemberut karna dicuekin. 'Argh akhir-akhir ini kenapa pada nyuekin gue sih'. Batinnya kesal.

Niko tersenyum tipis, ah jadi gadisnya saat membaca tidak suka diganggu. Niko menggeleng pelan sejak kapan Tika jadi gadisnya. Kedua matanya masih menatap Tika gerakan tangan yang membuka lembar baru buku novel tidak lepas dari netranya.

Kalo bicara soal gangguan, seharusnya ada satu gangguan besar yang ada saat ini.

Indra.

Lalu kemana cowok itu?.

Salahkan saja teman satu eskul basketnya yang dengan tegas dan tegas menyeret cowok itu untuk latihan tanding dengan teman tim-nya. Ah Niko harus berterimakasih pada teman satu tim Indra, atas usaha mereka menyeret cowok itu dalam artian sebenarnya karna tadi saat dijemput temannya dengan getol cowok itu berpegangan pada mejanya dan akhirnya tiga temannya itu menggotong Indra keluar kelas dengan tatapan geli dari yang melihatnya.

.....

"Tik aku antar ya," tawar Niko.

"Nggak" bukan Tika yang menjawab tapi Indra tatapan kesal dilayangkan ke Niko.

Ah, Tika merasa diperebutkan oleh dua orang, pipinya memanas, sial efek novel yang ia baca tadi ia jadi baper. Gawat. Tika menggeleng kencang menghilangkan bayangan konyolnya.

Yang sayangnya diartikan berbeda oleh dua orang itu. Indra tersenyum puas melihat gelengan Tika yang diartikan gadis itu menolak ajakan Niko, sedangkan Niko terlihat kecewa melihat gelengan Tika, ia merasa ditolak mentah-mentah.

Tersenyum kecut, mungkin ia terlalu percaya diri, mengambil tasnya lalu beranjak dari bangkunya.

"Eh tungguin!" Seru Tika melihat Niko berjalan keluar kelas.

Langkah Niko terhenti ia menatap Tika tak mengerti.

"Katanya barengan pulangnya?" Ujarnya. "Eh nggak jadi ya?" Tanyanya melihat Niko hanya diam.

Senyum mengembang seperkian detik di wajah Niko. "Jadi kok, ayo" sahutnya semangat.

"Eh kok". Indra tergagap melihat dua remaja itu melenggang pergi.

Indra pundung dibawah meja, karna pundung dipojokan sudah biasa.

"Mau makan dulu nggak?" Tanya Niko, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali antar makan bareng sekalian. Ah apaan sih nggak nyambung.

"Nggak usah langsung pulang aja, aku buru-buru nih, untung kamu mau anter" senyum Tika.

"Owh oke" Niko terpesona untuk kesekian kalinya.

...

Esoknya.

Indra sedikit berbeda, ia lebih pendiam hari ini, tidak ada godaan pada Tika hari ini, pelajaran pertama dan kedua terasa hening.

"Napa lo, sariawan?" Tanya Tika yang dibalas dengusan oleh Indra, belum lagi wajah Indra yang melengos menghindari tatapan Tika.

'Ni anak kenapa sih, aneh'. Tika beranjak dari bangkunya. Lebih baik ia ke kantin makan gorengan dari pada melihat kelakuan aneh Indra kali ini.

Tapi saat ia keluar kelas Indra mengikuti gadis itu dalam diam.

Melangkah.
Kanan-kiri.

Melangkah.
Kanan-kiri.

Indra seperti menguntit Tika secara terang-terangan. Dengan melangkah tiga kaki dibelakang Tika.

Kening Tika berkedut merasakan Indra berjalan dibelakangnya. Memutuskan mendiamkan kegiatan aneh bin ajaib Indra, Tika tetap melangkah ke kantin sekolah.

"Tika!" Kedua temannya melambai padanya dengan segera ia menghampiri kedua temannya sebungkus gorengan sudah tersedia dimeja. Ah memang perhatian kedua sohibnya ini.

Srek. Bruk.

Bunyi kursi ditarik dan diduduki terdengar dari sebelah kursi yang diduduki Tika.

Sebenarnya Tika tidak masalah kursi disebelahnya diduduki orang lain, tapi akan jadi masalah kalau yang mendudukinya itu cowok satu ini.

"Apa?!" Ketusnya. Lihat baru melihatnya saja hilang sudah rasa laparnya rasa hausnya. Ha~h mungkin saat puasa hanya dengan melihat Indra - orang yang duduk disebelah Tika sekarang - akan sangat berguna karena ia tidak merasa haus dan lapar yang ada enek dan mual. Eh kayak hamil dong.

"Apa liat-liat, terpesona sama gue?".

Ah toilet. Tika beneran mual, melihat Indra menarik-turunkan alisnya genit.

Huwekkkk.

Ah, lihat bukan hanya Tika yang mual, semua yang melihat Indra muntah berjamaah.

..........

"Buahahahaha....." Tawa itu menggelegar keseluruh ruangan.

Tiga orang pelaku yang saat ini sedang berguling-guling memegangi perutnya, dan juga satu orang yang mengkerut bete luar biasa.

Kenapa mereka tertawa jawabannya karena kelakuan abstruk Indra tadi pagi di sekolah yang puncaknya dikantin, niat hati menggoda Tika yang ada dia melihat teman-temannya muntah berjamaah.

"Ya ampun gila lo Ndra" Teguh mencoba menghentikan tawanya.

"Sialan lo pada" umpat Indra pada tiga temannya.

"Cara pdkt lo tu salah bocah" Restu memperbaiki duduknya.

"Kenapa lo ngerubah cara pdkt lo, yang kemarin gagal? Ngegodain dia sama jailin dia?" Kali ini teman kribonya Dani yang berkomentar ralat bertanya.

"Gue ada saingan" jawabnya lesu.

"Siapa?" Tanya Teguh. "Niko" tebaknya.

"Yeah, respon Tika juga baik"

"Itu yang buat lo gerak cepet?" Indra mengangguk.

"Ah gue tau gimana kalo lo gini aja lo *tuuuuuuuuttt*".

Usul Dani membuat Indra manggut-manggut.

.

Tbc.

Sengaja disensor. Muhehehehehe.

Rafain

30-05-2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang