Chapter 6 : His Cousin

9 1 0
                                    

Zian menatap kalung yang berada di tangannya. Kalung milik seseorang belakangan ini sering ia temui.

Seseorang yang setia menatapnya dengan tatapan dingin, tetapi ia sangat menyukainya. Ia akui bahwa perempuan itu memang cantik walaupun sedikit tomboy. Zian jadi teringat cerita Rizky kemarin.

Kemarin Zian memang bertanya kepada Rizky mengenai Resti. Karena Rizky sangat dekat dengan Faisal, jadi setidaknya ia pasti tau sedikit cerita tentang Resti yang notabene nya adalah adiknya Faisal.

"Seingat gue sih, Resti punya saudara kembar. Tapi dia udah meninggal empat tahun yang lalu karena penyakitnya"

"Faisal juga pernah cerita sama gue kalau Resti pernah pacaran waktu SMA, tapi pacarnya malah ninggalin dia. Dan lebih parahnya lagi sampai sekarang Resti gak tau dimana keberadaan pacarnya"

"Itu sebabnya kenapa dia masih belum mau pacaran, Resti masih trauma sama kejadian itu"

Ia sangat mengingat perkataan Rizky tersebut. Ia tidak menyangka seorang gadis seperti Resti mempunyai masa lalu yang cukup menyedihkan.

Ia memang terlihat cuek, tetapi Zian yakin masih di balik kejutekannya, ada sisi hangat dan penyayang yang dimiliki gadis itu.

Tetapi kenapa akhir-akhir ini ia selalu memikirkan Resti? Padahal belum ada satu bulan ia mengenalnya. Entahlah, ia hanya sangat penasaran dengan gadis dingin itu.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan membuyarkan lamunan Zian, lalu beberapa detik kemudian ia mulai membuka suara.

"Masuk..."

Setelah Zian berkata seperti itu terdengar suara pintu terbuka memperlihatkan seorang gadis dengan senyum yang mengembang.

"Kak Zian" panggil gadis itu

"Lo ngapain disini malem-malem?" Zian terkejut karena kedatangan seorang gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya

"Malam ini gue harus nginep di rumah lo" gadis itu memasuki kamar Zian lalu duduk di lantai yang di alasi dengan karpet

"Kenapa?"

"Gue kabur dari rumah" jawabnya dengan wajah yang dibuat serius

"Hah?? Serius??" tanya Zian dengan wajah yang sangat panik

Dan detik itu juga tawa gadis itu pecah. Zian yang melihat itu hanya menatap dengan wajah keheranan.

"Kok lo malah ketawa sih, apanya yang lucu?"

"Gue cuman bercanda, kak Zian" ia menghela nafas sambil berusaha menghentikan tawanya

"Nyokap gue harus ke Surabaya, sedangkan bokap gue masih di Banten. Makanya mereka nyuruh gue buat tidur di rumah lo, karena dia takut gue kenapa-napa kalau harus sendirian di rumah" jelasnya

Zian menghela nafas lega

"Gue kira lo beneran kabur dari rumah" ucap Zian yang dibalas dengan kekehan kecil dari sepupunya itu.

*******

"Sepuluh menit lagi" gumam Resti sambil berlari di koridor.

Resti sedang terburu-buru untuk sampai di kelas. Resti memang datang terlambat hari ini.

Salahkan saja Faisal -kakaknya- yang mengajaknya bermain playstation hingga pukul dua pagi dan ditambah lagi ia lupa memasang alarm di handphone nya.

Resti mempercepat larinya, namun saat ia hendak berbelok ia menabrak seseorang dari arah berlawanan.

Mengapa ia harus menabrak seseorang saat sedang terburu-buru saat ini. Apakah ini hari sialnya?

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang