Aku duduk termenung di bangku depan kelasku. Matahari bersinar terang membuat cuaca hari ini semakin panas. Gerakan awan dari kejauhan membuat lamunanku semakin menjadi- jadi.
"Kelas Harapan."
Satu nama yang sering muncul dalam benakku beberapa hari belakangan ini.
Dari ukiran antik yang terpasang jelas di bagian atas pintunya, aku sudah bisa membayangkan isi dari ruang kelas tersebut yang pastinya tak kalah elok dari luarnya.
Keinginanku untuk memasuki ruangan tersebut semakin mamacu pikiranku untuk menguak misteri yang selama ini menghantuiku.
Lamunanku terbuyar ketika mendapati seorang gadis cantik telah duduk di sebelahku.
"Hai.?" Sapaan lembut gadis tersebut, sebagai pembuka percakapan.
"Hmm, Hai.!" Jawabku salah tingkah.
"Namamu siapa?" Tanyanya sangat ceria.
"Namaku Ar."
"Oohh."
*Hening sejenak*
"Kamu gak nanya namaku?" Lagi- lagi dia memulai pembicaraan dan senyumnya mulai mengkerut.
"Emang ya, laki- laki itu maunya diperhatiin doang. Gak mau merhatiin orang lain, apalagi perempuan. Dasar. " Protesnya.
"Hmm, Iya.. Namamu siapa?? Tanyaku serba salah.
"Ra." Jawabnya datar.
*Hening
"Kamu marah.?" Tanyaku.
*Diam
"Aku punya cokelat, kamu mau?" Kali ini aku yang memulai pembicaraan sambil menyodorkan cokelat untuk menghiburnya.
Dia tetap memilih diam dan mulai membaca novel yang rupanya ia bawa sejak tadi.
"Yakin nih gamau?" Tanyaku sambil menggodanya.
"Oke, aku itung 1 sampai 3, kalo kamu tetep gamau, cokelatnya aku makan yaa!"
"123. Selesai. Oke aku makan." Aku memakan cokelat tersebut dan mulai menahan tawa.
Matanya terbelalak tak percaya. Mungkin ada beberapa pernyataan yang membuatnya seperti itu.
1. Hitunganku terlalu cepat, tanpa ada jeda sedikitpun.
2. Aku benar benar memakan cokelat yang seharusnya kuberikan untuknya.
3. Mungkin, karena aku terlalu tampan.
***
"Kamu itu gimana sih!" ketusnya.
"Gimana apanya?" Jawabku pura pura tak tau.
"Tadi katanya mau ngasih cokelat, tapi malah dimakan sendiri."
"Loo, kan tadi kamunya diem aja, itu tandanya kamu gamau." Ledekku.
"Ihh, dasar nyebelin.!" Dia mulai memperjauh posisi duduknya dariku.
Aku tertawa, setelah dari tadi menahannya.
"Nih." Ucapku sambil menyodorkan sebuah cokelat.
"Kok masih ada?" Tanyanya.
"Iya, tadi aku bawa 2."
Akhirnya, dia menerima cokelat pemberianku.
"Itu yang kamu bawa novel apa?" Tanyaku memecah kerenungan.
"Novel Fantasy." Jawabnya.
"Fantasy.?"
"Iya, kamu suka baca novel fantasy juga?"
Aku mengangguk senyum.
"Oh ya?!" Dia mulai bersemangat kembali.
Ia menceritakan segala jenis novel fantasy-nya, mulai dari judul, isi cerita, banyaknya novel yang dia punya terutama novel fantasy hingga novel kesukaannya.
Aku menyimak ceritanya dengan sebuah senyuman.
Aku memperhatikan gadis itu lamat- lamat.
Berparas cantik, manis, berhidung mancung serta rambut hitamnya yang lurus di bagian atas dan bergelombang di bagian bawahnya semakin menambah pesonanya. *Aku kembali tersenyum.
"Hei!?" Kejutnya.
"Oh ya, ada apa?"
"Kamu dengar kan, aku ngomong apa?"
"Iya, aku dengar."
"Kamu suka sihir??" Tanyanya.
"Ha?Apa??"
"Kamu suka sihir??" Ulangnya.
"Hmm.." Belum aku menjawab, bel berbunyi 2 kali. Pertanda istirahat telah usai.
"Udah masuk, ayo kita ke kelas." Ajakku.
"Ke kelasmu?" Tanyanya.
"Ya ke kelas masing masing." Menjawab pertanyaan bodohnya itu.
"Ohh, oke." Dia mulai berdiri dan berjalan menuju kelasnya.
"Daa." Ucapku pelan.
Dia menoleh, dan menjawab lirihku.
"Daa." Dia tersenyum.
Aku melihat dasi yang ia pakai, terdapat lambang bintang di dalam lingkaran yang sepertinya ku kenal.
*Dia pergi.
***
Hei,,!! Itukan lambang yang kulihat ketika hari pertama masuk sekolah.
***
Bersambung.
Mari berpendapat :v
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unreal REALITY
FantasyKisah ini bermula ketika peristiwa yang tak terduga datang menghampiriku. Saat umurku beranjak 5 tahun, beberapa benda yang kutunjuk seketika terangkat, lalu melayang seolah- olah ada yang menggerakannya. Apakah itu aku? Atau mungkin makhluk lain...