#Sesajen (Revisi)

25K 918 20
                                    

Dikarenakan baru di kos-kosan itu, mereka berempat belum terlalu kenal dengan penghuni kos yang lain. Hanya sedikit tegur sapa dan senyuman yang mereka layangkan saat bertemu itupun jika dibalas kembali. Orang yang sering mengobrol dengan mereka hanyalah ibu dan bapak kos yang kadang-kadang mengunjungi kos-kosannya.

Subuh Kamis, Lisa dan Farah sedang terburu-buru ke parkiran karena mau kepasar.

Saat itu Farah bergegas menuju motor, sedangkan Lisa sempat memperhatikan keadaan sekitar. Ia yakin tidak ada siapa-siapa saat itu selain mereka berdua. Namun, setelah Farah memutar motornya dan mereka berbalik tiba-tiba nampak sesosok pria yang familiar bagi mereka. Tidak lain adalah Pak Edi si pemilik kos-kosan yang sedang memegang seekor ayam dengan posisi terbalik. Ditambah lagi, sepertinya ayam itu terlihat sudah mati.

Rasa penasaran Lisa muncul, ia mencoba menjenguk untuk melihat lebih seksama lagi. Matanya terbelalak hampir saja ia berteriak karena melihat banyak ayam yang sudah mati tergeletak disana.

"P-pak?" tegur Lisa dengan tepukan kecil di bahu Pak Edi.

Pak Edi menoleh dengan pelan. Menatap kosong sejenak dan kemudian tersenyum lebar atau lebih cocok disebut dengan sebuah sengiran yang menampilkan deret giginya.

Bulu kuduk Lisa berdiri, instingnya mengatakan untuk segera kabur. Tapi ia berusaha tetap tersenyum.

"Ayamnya kenapa ya pak?"

Lagi, Pak Edi tidak menjawab namun ia malah tertawa kecil dengan mata liarnya. Lisa menelan ludahnya.

Priit!!

Ditengah momen itu Farah menekan klakson motor sehingga Lisa tersadar dan cepat-cepat naik ke motor.

"Gaspol, Far!"

Motor mereka pun melaju menghilang dari pandangan.

"Gila lu, Lis. Lu ngapain negur tuh bapak-bapak?" rutuk Farah.

"Gue juga gak tau, entah kenapa gue penasaran sama apa yang terjadi."

"Aduh, lebih baik kita itu gak usah ikut campur masalah mereka yang begituan."

"Begitu gimana, Far?"

"Lo masih gak mudeng?"

"Enggak," jawab Lisa polos.

"Mereka itu lagi nyiapin sesajen, buat malam ini. Malam jum'at."

"Loh? Lo tau darimana?"

"Ya, ngikut feeling aja. Lagian kan biasanya gerak-gerik mereka itu kayak nunjukin kalo mereka ngelakuin hal itu, kan?"

"Udahlah, lupain aja yang tadi," sambung Farah.

"Iya deh iya."

***

Lisa dan Farah sebenarnya sudah berusaha move on dari kejadian pagi tadi. Namun apa hendak dikata, hal itu malah kembali terjadi di sore harinya selepas mereka pulang dari kantor. Tapi kali ini yang mereka temui adalah Bu Ati, ibu kos.

Lisa yang sudah jera dengan apa yang terjadi padanya pagi tadi sekarang mendorong-dorong Farah untuk menyapa ibu kos. Farah ogah-ogahan ia lebih memilih untuk mengintip apa yang tengah dilakukan Bu Ati.

Farah menarik lengan Lisa, agar ia juga bisa melihat yang sedang terjadi.

Lisa terperanjat dan hampir berteriak, untungnya Farah sempat menutup mulut Lisa dengan tangannya.

Jelas sekali, mereka melihat Bu Ati sedang memerah darah ayam dan ditampung dalam satu wadah bening.

Karena ketakutan setengah mati, Lisa dan Farah mencoba pergi tanpa ketahuan.

.

But?

.

"Kenapa pergi? Karena sudah tau?" tanya Bu Ati dengan suara seraknya.

*****

"Udah gue bilangkan, Lis. Pe-pemilik kos-kosan ini gak bener!" Ujar Farah sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Ya, setelah perkataan terakhir dari Bu Ati tadi mereka berdua menghambur lari secepat mungkin masuk kedalam kos-kosan.

"Iya benar, Far. Jadi kita harus gimana?" Jawab Lisa.

"Gue juga gak tau. Tapi selama itu gak membahayakan kita, gue pikir gak apa-apa kita tinggal disini."

Lisa berpikir sesaat, "kita harus tau apa yang mereka lakukan sebenarnya."

"Gak!" Bantah Farah.

"Kenapa, Far?"

"Kita jangan ikut campur urusan mereka, Lis. Kita cukup hidup tenang aja disini. Oke?"

Lisa hanya mengangguk kecil. Jujur, ia kurang sependapat dengan Farah. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mau mendapat masalah hanya karena hal sepele.

"Yah, semoga saja tidak ada apa-apa." Batin Lisa.

Hantu Kos-Kosan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang