#Tok Tok Srek Srek (Revisi)

20.1K 758 46
                                    

Malam minggu tiba, gue yang jones hanya bisa merapat ke dinding dengan hp kesayangan. Farah jangan ditanya lagi, udah tadi sore dia pergi dengan pacarnya Andra.

Gue kagak tau gimana orang bisa dapat pacar secepat itu? Hmm.

Jadi supaya gak bosan si Dera mengundang temannya yang bernama Febi. Malam ini mereka asik membicarakan tentang cerita creepypasta.

Salah satunya adalah kisah di sebuah sekolah dimana ada seorang pembunuh yang bersembunyi disana, jadi di satu kelas ada muridnya yang mau ke toilet sang guru pun inisiatif kalau dia udah kembali ketuk pintu dengan "Tok Tok Srek Srek" yang menandakan kalau itu adalah si murid.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara seperti yang di perintah sang guru tadi, naasnya ketika sang guru membuka pintu bukan si murid yang masuk melainkan si pembunuh liar yang masuk dan membunuh semua yang ada disana. Cerita itu sukses membuat Dera menjerit ketakutan.

"Stop!! Gue takut bangett Feb."

"Alah .. cemen lu!" ejek Febi.

"Terserah lu bilang apa, tapi sekarang gue jadi kebelet mau pipis." Ujar Dera sambil memegang perutnya.

"Yaudah cepet sana, nanti lo ngompol lagi disini." Usir gue.

Sebelum Dera keluar, Febi bilang "kalau lo mau masuk pakai sandi yang tadi ya, tok.tok.srek..srek.."

"Berissikk!!" teriak Dera kemudian berlari ke dapur. Haah ada-ada saja ..

Setelah Dera pergi, gue membuka sedikit percakapan.

"Emang bener cerita lo yang tadi?"

Febi noleh ke gue, "Emang lo kagak percaya?"

Gue menggeleng, "bukannya itu cerita fiktif?"

"Gue juga gak tau bener apa enggak. Tapi ya dari sumber yang gue dapat ini tuh kisah nyata. Malah katanya siapa yang ceritain kisah itu bakal dihantuin sama pembunuh liar itu, lho."

"Loh kok pembunuhnya yang ngehantuin? Terus kalo gitu, kenapa lo ceritain kisah ini kalo bakal dihantuin?"

"Ya, sebenarnya cerita tadi belum selesai. Sengaja biar Dera gak terlalu ketakutan. Terus kalo masalah kenapa gue ceritain, ya karena gue penasaran apa hal itu bener apa enggak."

Sial. Kenapa tiba-tiba gue ngerasa ada aura negatif ya disini?

Tapi gue juga penasaran sama kelanjutan cerita tadi. Alah, gak mungkin lah dihantuin beneran.

"Jadi cerita lanjutannya gimana?"

Febi menyunggingkan senyumnya, "lo beneran mau tau?"

Gulp. Gue menelan ludah.

"Emang seseram itu?"

"Enggak juga sih. Cuma pembunuh liar itu sebenarnya agak gak waras, jadi dia bakal ngelakuin apa aja asal gak tertangkap. Namun naas, waktu itu ia sudah dikepung dari seluruh penjuru ruangan. Lo tau apa yang dilakuinnya?"

"A-apa?" Tanya gue sedikit tergagap. Nih Febi emang jago kayaknya ceritain kisah horror gini.

"Dia ngejedotin wajahnya berkali-kali di tembok sampai hancur."

Deg!

Gue sampai menutup mulut gue dengan tangan sendiri. Terbayang-bayang dipikiran gue gimana dia ngehancuran mukanya sendiri.

Gimana darahnya yang muncrat kemana-mana, gimana bola matanya yang mungkin keluar atau pecah dan gigi-giginya yang hancur.

"Jadi sosok itu yang bakal ngehantuin?'

"Katanya sih, katanya."

Sekarang gue bener-bener gelisah, kok Dera belum balik-balik juga ya? Emang dia pakai kamar mandi siapa? Kalo aja kamar mandi di kamar ini gak lagi rusak Dera gak harus pergi jauh-jauh.

Beberapa menit kemudian, sebuah suara memecah keheningan diantara kami.

TOK.

TOK.

SREK..

SREK..

Gue sedikit merasa parno, tapi berusaha tegar.

"Gak dibuka?" Tanya gue pada Febi. Tapi gak ada jawaban, sepertinya Febi ketakutan akan bunyi itu.

Kali ini bunyi itu terdengar sangat jelas, bahkan suara goresan kuku itu terdengar sangat nyata.

Tidak mungkin kan Dera akan melakukan itu?

TOK.

TOK.

SREK..

SREK..

Suara itu semakin jelas, "Bukannya itu yang lo mau?" Tanya gue ke Febi.

"Ya gue gak nyangka kalo itu beneran," balasnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Gue menghela nafas berat, "Mungkin aja itu Dera. Kan lo tadi yang nyuruh dia buat gitu juga pas mau masuk."

Febi terlihat ragu-ragu, "I-iya kali ya."

"Jadi lo atau gue yang mau bukain?"

"Ya -yaudah .. sini gue yang buka." Mau gak mau Febi melangkah mendekati pintu, gue tahu dia takut tapi dia harus bertanggungjawab. Apakah itu Dera atau sosok yang dia ceritain tadi.

Krieek ..

Gue sedikit mencondongkan tubuh, berusaha mengintip apakah ada orang.

.

Kosong ..

.

Tiba-tiba sesosok bayangan mulai terlihat, dekat dan semakin dekat.

"Dera?" Tanya Febi lirih.

"Iya ini gue, kenapa sih?"

Febi menghela nafas lega. Gue juga.

"Lo kira gue takut, pakai segala bunyiin tok.tok.srek..srek.." Omel Febi.

Dera hanya tersenyum canggung.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Farah sudah pulang dan Febi juga sudah pamit. Kami bersiap mau tidur. Tapi tiba-tiba Dera nyeletuk.

"Sebenarnya gue gak ngelakuin itu lo.."

"Lakuin apa?" Tanya gue bingung.

"Tok.tok.srek..srek.."

Ya ampun Dera, lo malah bikin gue tidak bisa tidur.

"Dan sepertinya Si Febi ada yang ngikutin waktu dia pamit tadi." Tambah Farah.

Kami bertiga terdiam, gue mikirin aja sih gimana nasibnya si Febi.

TOK.TOK.

SREK..SREK..

"Yakin lo sosok itu ngikutin Febi?" 


Hantu Kos-Kosan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang