Chapter 1

81 13 4
                                    

Hujan tak kunjung reda ,begitu juga dengan kau yang benar-benar tak datang.Kulangkahkan kakiku yang terasa sangat lemah,kutelusuri jalan setapak yang selalu kita lalui bersama.Aku tidak perduli dengan tubuhku yang semakin menggigil,berharap ini hanyalah mimpi .Kurasakan kepalaku mulai terasa berat,mataku tak lagi melihat dengan jelas,seperkian detik kurasakan tubuhku terhempas,aku bahkan tidak bisa merasakan apa-apa.

"Kuharap ini hanya mimpi ".

*************************************************************************************

Aku terbangun dan menatap setiap sudut ruangan ini.Aku bahkan tidak mengenal benda-benda yang kulihat.

"Dimana ini "gumamku bingung dimana aku saat ini.

Tiba-tiba seorang pria yang sepertinya lebih tua dariku masuk dengan mangkok bubur ditangannya.Dia tersenyum ramah padaku.Aku bahkan tidak mengenalnya.

"Apa kau sudah sadar..aku menemukanmu pingsan tadi malam "ucapnya sambil meletakkan mangkok itu diatas meja disamping tempat tidur berukuran sedang ini.Aku masih menatapnya bingung.Kucoba mengingat kembali apa yang terjadi saat hujan kemarin.

"Apa kau tidak mengingat apapun...?"ucapnya lagi terlihat khawatir.

"Maafkan aku kalau aku merepotkanmu..tapi aku harus pergi sekarang ".Aku buru-buru keluar dari ruangan ini,sampai seseorang menarik pergelangan tanganku dengan lembut.

"Lebih baik kau mengisi perutmu dulu...tidak usah khawatir disini ada mama kok yang.........."ucapannya terpotong saat seorang wanita paruh baya memasuki ruangan ini,kurasa itu ibunya.

"Ini mama"suaranya jelas terdengar ditelingaku.

"Kau sudah bangun ? Makanlah dulu,kau belum makan apa pun sejak tadi malam"ucapnya lembut,jelas tersirat nada khawatir.Wanita yang tak kuketahui namanya itu menyuapiku seperti anaknya.

"Nama kamu siapa ? dan kenapa kamu masih disana sampai malam begitu apalagi hujannya deras,bahaya "

Aku terdiam mengingat apa yang terjadi denganku tadi malam.Dia benar-benar tidak datang,bahkan hujan sudah menghapus jejak kenangan bersamanya.Janji yang diucapkannya hanyalah tulisan semu yang akan segera hilang ketika hujan datang.

"Apa kau baik-baik saja ?".suara wanita itu membuyarkan lamunanku.

"Saya baik-baik saja...maafkan saya merepotkan anda "

"Tidak apa-apa...selesai makan Rava akan mengantarmu pulang "ucapnya sambil menunjuk lelaki yang sedang berdiri disampingnya.

"Jadi namanya Rava "gumamku menatapnya yang dibalas dengan senyum ramahnya.

"Ayo...aku akan mengantarmu ".ucapnya.

Hanya perlu berkendara 15 menit aku sudah sampai didepan rumah.Aku juga tidak bersusah payah menyuruhnya masuk karena tidak ada seoarang pun dirumah kecil ini.

"Apa tidak ada orang dirumah ?"tanyanya bingung karena tak seorang pun menungguku pulang.

"Aku tinggal sendiri...Terima kasih atas bantuan anda"ucapku yang diselingi dengan tawa renyahnya.

"Ahhh.....tidak usah terlalu formal.Panggil saja Rava"balasnya dengan tertawa ringan.

"Ngomong-ngomong ,nama kamu siapa..aku bahkan tidak tahu namamu"ucapnya lagi dengan wajah yang sedikit memerah atau mataku yang salah lihat.

"Ada apa dengannya.."pikirku dalam hati.

"Jessi....terima kasih banyak ".Kubuka pintu rumah yang sudah terlalu tua untuk di tinggali.Semenjak ayah meninggal,ibu memutuskan pergi keluar negeri.Ibu tidak pernah mengabariku,ibu bahkan tak pernah kembali setelah 5 tahun.Aku tinggal sendiri tanpa ada seseorang disisiku,semua sanak saudara bagaikan menutup mata atas apa yang menimpa keluargaku.Aku benar-benar membenci mereka,aku juga membenci ibu,dan sekarang tak ada seorang pun yang yang akan kujadikan tempat bersandar.Dia satu-satunya yang kupunya ,sekarang juga sudah menghilang tanpa jejak."Apakah hujan menghapus jejaknya?".Aku benci hujan.

Aku menghempaskan tubuhku dan menghela nafas kasar.Aku masih tidak percaya dia benar-benar mengingkari janjinya.Dia sama sekali tidak memberi kabar atau setidaknya sedikit penjelasan mungkin membuatku mengerti.

"Apa kau akan kembali ?,harusakah aku menunggumu ditempat itu ?Haruskah aku melupakan semua cerita yang pernah kita lalui,seperti hujan yang begitu cepat menghapus semua janjimu ?"

Sudah seminggu sejak kau menghilang tanpa kabar.Kau bahkan sudah tidak tinggal lagi didesa ini.Kucoba mendapatkan informasi kepindahanmu,tapi yang kudapat membuatku lebih sakit."Haruskah kau pergi sejauh itu ?".Aku takkan pernah bisa menjangkaumu sekuat apapun aku berusaha.Kenyataan bahwa kau tak lagi disini,membuatku semakin tak berdaya melawan dunia ini."Bukankah kau berjanji selalu bersamaku ?"Tapi sekali lagi kau menyadarkanku bahwa janji itu semu.Kuharap kita takkan pernah bertemu lagi,kuharap semua cerita kita akan hanyut terbawa derasnya hujan dan kuharap kau takkan kembali walau hujan tak menghalangimu.Karena saat kau kembali, cobalah dengar cerita hujan yang bahkan takkan mampu menceritakan betapa aku membencinya.

Hari ini kuputuskan untuk pindah ke Jakarta.Dengan segala keberanian,kucoba memulai kembali hidup yang baru.Hidup tanpa bayangan dan kenangan denganmu.

*Rava POV*

"Shitt..."Aku tak henti-hentinya memaki diriku sendiri.Batapa bodohnya aku hanya mennanyakan namanya.Bukankah seharusnya aku meminta nomor teleponnya,atau meminta dia tinggal bersamaku,,ohh..lupakan.ini benafr-benar membuatku gila.Wanita itu sungguh membuatku seperti orang gila.

Dinginya malam tak membuatku jera untuk terus berjalan menyusuri jalanan yang terlihat sangat sepi tidak seperti biasanya.Kuperhatikan setiap sudut jalan sampai mataku tertuju kesebuah....."Astaga apa dia manusia".Aku terkejut ternyata seorang wanita pingsan dengan wajah yang sangat pucat.

"Apa dia masih hidup.."Gumamku.

Dengan terburu-buru,kugendong gadis malang itu ke rumah.Karena jarak rumahku tidak terlalu jauh.

"Apa dia tersesat,kurasa dia bukan anak desa ini,aku tidak pernah melihatnya.."pikirku menduga-duga.

"Mahh....tolong mah.Rava ketemu tadi di tepi pantai"ucapku panik.

"Astaga apa dia baik-baik saja "Mama juga terlihat sangat panik.

"Bawa dia kekamar...mama akan siapkan air hangat..cepatt"desak mama.

Kubaringkan dia ditempat tidurku."Haruskah aku membuka pakainnya "pikirku tiba-tiba.

"Apa yang kau lakukan anak nakal "suara mama setengah berteriak.

"Aku hanya ingin melepaskan..paka...Aku tidakbermaksud seperti yang mama pikirkan,aku hanya..."balasku gugup.Aku benar-benar tak bermaksud jorok.Eta terangkanlah.

"Menyingkirlah,biar mama yang mengurusnya."mama bahkan mendorongku,sakit hati Rava mah.

Aku keluar dari kamar itu setelah mama memfitnahku dengan pikiran orang tua itu.Aku jadi serba salah.

"Gimana mah..."Tanayaku setelah mama keluar dari kamar.

"Dia hanya perlu istirahat,besok pagi juga pasti segera sembuh.Behentilah jadi anak yang mesum,kamu itu masih kecil,,Ckk"ucapnya panjang lebar bahkan dengan jelas kudengar orang tua tua berdecik.

"Ahh...Sudahlah "Pikirku.

Bayangan Jessi terus saja menghantui pikiranku.Aku merindukan setiap kata-katanya yang diucapkannya.Suaranya seperti candu buatku."Apa aku jatuh cinta ?".Aku harus menemuinya 2 minggu lagi setelah aku pulang dari New York,Sebelum aku benar-benar gila karenanya.

Bersambung....

Rain Wishper- Ketika Hujan DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang