Chapter 4

29 4 2
                                    

*Writer's POV*

2 tahun sejak menghilangnya Azka ternyata tak membuat Jessi berputus asa.Pertemuannya dengan Rava nyatanya membawa kembali kebahagiaannya yang sempat hilang.Hujan yang selama ini terus berbisik kepadanya tak lagi terdengar.Sejak kehadiran Rava Jessi mulai mengerti bahwa hujan tak mungkin jadi penghalangnya dengan Azka,tapi hujan mencoba menyatukannya dengan kebahagiaan yang nyata.Tak seperti kebahagiaan semu yang di janjikan Azka.

Setelah kejadian di café itu membuat Jessi lebih percaya bahwa Rava benar-benar mencintainya.Dan saat Rava meminta untuk jadi kekasihnya Jessi tak ragu untuk menerimanya.Rava bahkan sudah mempertemukannya dengan orang tuanya,dan itu membuat Jessi lebih yakin kepada Rava.

Malam ini mereka merayakan Aniversary mereka yang kedua tahun.Awalnya Rava ingin merayakannya di pantai tempat pertama kali Rava menemukan Jessi.Tapi Jessi menolaknya,dia takut kenangan itu membuatnya goyah,Jessi tidak yakin bahwa dia benar-benar sudah melupakan Azka.Tapi untuk saat ini,Jessi terus mencoba mencintai Rava dengan sepenuh hati tanpa ada bayangan atau pun bisikan itu.

"Kurasa aku memilih tempat yang tepat..."ucap Jessi.Mereka memutuskan untuk merayakannya di taman bermain.Tentu saja Rava tak menyukainya,tapi demi wanita berharga yang tengah dipeluknya saat ini membuatnya rela melakukan apa pun.Bukankah cinta itu buta dan tuli ".(Langsung ambil mic dan menyanyikan lagu Al Ghazali "Galau").

"Kurasa begitu..."jawab Rava pelan.

"Apa kau tak menyukainya...apa kau terpaksa melakukannya..."rengek Jessi yang membuat Rava menyesali perkataannya.

"Tidak,honey...aku sungguh menyukainya.."jawab Rava meyakinkan Jessi.Tapi Jessi justru pergi meninggalkan Rava dengan wajah cengonya.

"Apa itu sungguh membuatnya marah,dengan kata seperti itu...?"Gumam Rava dalam hatinya.Rava semakin yakin dengan kata pepatah itu,"Cewek selalu BENAR".Rava kadang tak mengerti dengan sikap kekasihnya itu yang terlalu cepat ngambek karena hal kecil.Kadang Rava lelah dengan semua ini.

"Untung sayang..."Ucap Rava yang kemudian berlari mengejar kekasih hatinya itu.

"Honey apa kau benar-benar marah...aku minta maaf,apa yang harus pangeran lakukan supaya putri memaafkan pangeran kodok yang tampan ini..."goda Rava dengan Puppy Eyes-nya.Jessi hanya diam tak menggubris perkataan Rava.Tapi dengan jelas Rava dapat melihat wajah kekasihnya yang memerah karena malu.

"Kalau putri tidak memaafkan pangeran ,lebih baik pangeran kembali ke kerajaan ..."ucap Rava sambil melangkah pergi.Namun,lagi-lagi Jessi tetap diam.

"Apa kau takkan menghentikanku...?"Tanya Rava karena merasa Jessi tak menahannya sama sekali.

Rava duduk disamping Jessi yang masih diam dengan muka ditekuk.Rava terus mencari cara untuk menenangkan kekasihnya itu.Dengan senyum nakalnya,Rava mendekatkan wajah ke wajah Jessi.

"Apa aku harus mencium putri yang sedang marah ini..?"bisik Rava di telinga Jessi.

"Plakk..."Jessi repleks menampar wajah Rava.Jessi yang sadar telah menampar Rava langsung menyentuh wajah Rava dan minta maaf.Rava yang masih dengan ide busuknya terus berpura-pura kesakitan.

"Auhh..sakitnya tuh disini.."ucap Rava Aloi.Jessi yang masih merasa bersalah terus mengelus wajah kekasihnya itu.Rava menang kali ini.

"Kurasa sakitnya takkan hilang kecuali dicium..."balas Rava yang masih berpura-pura sakit.

"Kurasa kali ini akan berhasil.."gumamnya.

Tak berpikir panjang Jessi mendekatkan bibirnya kepipi Rava.Dikecupnya lama,yang membuat sesuatu dalam diri Rava semakin memanas namun ditahannya.

Rain Wishper- Ketika Hujan DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang