Pertama, diriku ingin meminta maaf karena updatenya terlalu lama. Aku masih kelas sembilan smp, jadi tidak bisa rajin update. Apalagi tugas yang menumpuk dan rasa malas yang menghantamku, membuatku terlambat update. Sekali lagi maafkanlah diriku ini.
Happy reading, kawan!
.
.
.
Adera menepati janjinya untuk menemani Alex berkeliling. Adera menunjukkan seluruh ruangan yang perlu Alex tahu. Begitu gampangnya Alex menghampal semua letak ruangan di sekolah ini.
Kini, Adera dan Alex duduk di bangku taman belakang sekolah. Oh, ya, sekolah ini memiliki taman kecil bagi siswa yang ingin belajar atau sekedar menghilangkan kebosanan saat istirahat.
"Bagaimana?" tanya Adera, membuat Alex bingung akan pertanyaan Adera yang ambigu. Alex mengangkat alisnya, mengkode pada Adera bahwa dia tidak mengerti maksud pertanyaannya itu. Adera dengan cepat tahu maksud dari Alex.
"Ah, maksudku, bagaimana kesanmu setelah berkeliling tadi?" ulangnya, Alex ber-oh ria tanpa mengeluarkan suara. Alex pun menggerakkan tangannya menyusun kalimat menggunakan bahasa isyarat.
"/Aku suka sekolah ini. Sejuk dan rapi/"
"Oh...Baguslah, kalau begitu," jawaban Adera tadi membuat Alex kaget, karena perempuan yang berada di depannya ini mengerti bahasa isyarat. "Aku belajar bahasa isyarat mulai kecil, jadi aku tahu apa yang kau maksudkan barusan. Dan...aku sudah terbiasa," jelasnya, tak memberikan Alex kesempatan untuk bertanya. Alex mengangguk mengerti.
"/Dimana Reta?/" tanyanya.
"Dia lagi sama pacarnya. Di kantin, mungkin."
"/Kamu tidak pergi ke kantin?/"
"Aku lagi tidak ingin pergi ke kantin. Aku lagi malas bertemu seseorang, orang yang sangat menyebalkan dan selalu membuatku marah jika bertemu dengannya," Alex membentuk mulutnya menjadi huruf O.
"/Kalau begitu, ayo kembali ke kelas/"
"Ayo," mereka berdua pun berdiri, berjalan beriringan melewati koridor. Sejuta pasang mata menatap mereka berdua dengan tatapan kagum, menjelekkan, amarah, dan masih banyak lagi.
Alex tampak tidak risih, tetapi Adera lah yang merasa risih walaupun ia sudah sering diperlakukan seperti ini. Dan, bertemu lah mereka dengan ratu sekolah ini, Bella. Ratu sebuah geng dan ratu gosip. Sangat lengkap dan sempurna sekali.
"Wah..wah..lihat, siapa ini? Adera bersama si ganteng? Oh, ups, ralat, si bisu. Alex, kan? Alex, lo itu ganteng banget, cool, tipe gue banget. Tapi, sayangnya Tuhan tidak memberi lo kesempurnaan. Ah, andai aja lo bisa bicara, udah gue gaet deh lo. Dan menyingkirkan si kecoak pengganggu ini. Adera si PHO! Alex, lo kelihatannya pengin banget yah ngebela Adera, tapi sayangnya...lo bisu, hahahahahahahah," gelak tawanya yang mengejek membuat Alex mengepalkan tangannya. ingin rasanya dia meremas-remas perempuan yang berada di hadapannya ini.
"Jangan mengganggunya!! Apa sih salahnya kalau dia bisu, hah? Dia itu juga manusia kayak kalian! Bisa gak hargai dia sedikit aja, dia masih baru dua hari disini," pinta Adera dengan emosi yang masih bisa ia tahan. Alex menatap punggung Adera yang tegap tanpa gemetaran. Dia...
"What? Jangan sok lo jadi pelindung orang! Lo itu gak beda jauh sama sampah! Lo harus di beri hukuman," Bella mengangkat tangannya hendak menampar Adera, Adera hanya memejamkan matanya. Tetapi, kok nggak sakit yah?
Adera pun membuka kedua matanya perlahan. Ia melihat tangan Bella yang berhenti di udara. Adera membelalakkan matanya saat melihat Alex menahan tangan Bella, dan.. melihat David yang juga ikut menahan tangan Bella yang akan menampar Adera. Alex menatap David, David menatap Alex. Menunjukkan kilatan mata yang tajam bagaikan mata pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Love
Teen FictionCover by #pinterest "Kekuranganmu melengkapi Kekuranganku, Kekuranganku melengkapi Kekuranganmu" Untuk memenuhi syarat dalam cinta, fisik tak harus sempurna. Kekurangan dan perbedaan adalah aspek dalam cinta. Dua orang yang saling mencintai, yang s...