.
.
.
.
"Apa yang kau pikirkan, hah?! Bisa-bisanya kau menghancurkan semua usahaku selama ini! Jawab! Aku selalu sabar menghadapimu, Elen." tutur seorang pria dengan amarah yang tak bisa dikendalikan.
Wanita yang berada di hadapannya hanya diam, tanpa melawan atau pun menjawab. Wanita paruh baya itu, tak mampu menjawab. Ia rela disalahkan demi kebahagiaan.
Sedangkan di kamar bernuansa anak kecil, disana ada satu anak perempuan berumur enam setengah tahun bersama dengan tantenya. Anak kecil itu mendengar semua pertengakaran mama dan ayahnya. Adera namanya.
"Tante, kenapa mama sama ayah selalu bertengkar? Apa ini semua gara-gara aku?" tanya Adera kecil. Tantenya hanya tersenyum.
"Ini bukan salah Adera. Mereka hanya bertukar pendapat, lalu menimbulkan konflik. Nggak lama, kok. Cuma sebentar, nanti juga baikan. Ingat kata-kata tante ya, jangan merepotkan mama dan ayah. Jangan buat mereka kesusahan. Karena mama dan ayah sudah berusaha membuat Adera bahagia, dan kamu harus membalasnya suatu hari nanti. Ingat?" tutur tantenya itu. Adera kecil mengangguk dengan senyuman lebarnya.
Praang!!!
Adera kecil dan tantenya terkejut dengan suara piring pecah itu. Sontak, Adera kecil langsung berlari tapi ditahan oleh tantenya. Tantenya berjongkok, dan menangkup pipi Adera kecil.
"Janji sama tante, jangan keluar dari kamar. Kamu kan takut tikus, jadi jangan keluar. Nanti kalau tikusnya ke kamarmu kan, jadinya kamu nanti nangis. Jadi disini saja, biar tante yang keluar," ujar tantenya. Adera kecil mengangguk menuruti perkataan tantenya. Ia tetap berada di dalam kamar itu.
Ia sempat takut, karena pertengkaran itu semakin menjadi. Akhirnya, Adera kecil membuka pintunya sedikit. Tepat disaat itu pipi mamanya ditampar oleh ayahnya sendiri.
Adera kecil kembali menutup pintunya. Ia takut. Ia benci ayahnya sendiri karena ayahnya menampar mamanya. Diam-diam, Adera kecil menangis. Ia menutup telinganya sendiri saat beberapa gelas dan tataan cangkir jatuh semua ke lantai. Ia benci situasi ini. Benci!!!
----
Adera PoV
"Mama!!!" bangunku segera dari mimpi buruk itu.
Mimpi itu lagi. Ahh. Sampai keringat dingin begini. Nafasku masih tidak teratur. Bayangan kejadian itu masih terngiang di otakku.
Karena terasa sangat panas dan pengap, aku pun keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Aku menegak semuanya, hingga dahagaku hilang.
Karena lampu dapur tidak ku nyalakan, aku tak bisa melihat orang yang berada di anak tangga.
Aku dapat merasakan seseorang berjalan menuruni tangga. Spontan, aku langsung bersembunyi. Bagaimana kalau dia pencuri? Ah, aku tidak ingin menjadi korban pencurian seperti di televisi. Oh Tuhan, tolong diriku..
Betapa tak beruntungnya aku, seseorang itu menyentuh pundakku.
"Aakh! Jangan mendekat! Ambil saja semuanya, jangan menbunuhku!" takutku. Tapi, tangan orang itu tetap berada di pundakku, dan...
"Hei, ini gu-"
Byur!
Aku menyiram wajahnya dengan air sisa di gelasku.
"Gua.." lanjut perkataannya setelah ku siram wajahnya. Aku pun segera menyalakan lampu dapur. Dan, betapa terkejutnya aku.
"Pfftt.. Hahahahahahahahahah..Astaga...Andreaaa...... Gue kira siapa. Gue udah nethink gara-gara lo, dan..."

KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Love
Novela JuvenilCover by #pinterest "Kekuranganmu melengkapi Kekuranganku, Kekuranganku melengkapi Kekuranganmu" Untuk memenuhi syarat dalam cinta, fisik tak harus sempurna. Kekurangan dan perbedaan adalah aspek dalam cinta. Dua orang yang saling mencintai, yang s...