.
.
.
.
Alex PoV
Sore menjelang malam. Aku bersiap-siap pergi menuju rumah Andrea. Dia mengajakku saat kita bertemu di market.
Mama melihatku memakai jaket sambil membawa kunci motor. Ia menghampiriku. Sebenarnya, aku tak ingin ia menghampiriku. Karena...
"Nak, kamu mau pergi ke mana? Ke rumah teman?" tanyanya. Aku tak menjawab, aku sibuk memakai sepatu. Lalu, aku langsung pergi keluar rumah, meninggalkan mama yang bergeming di sana.
Aku menyalakan mesin motor dan bergegas pergi menuju rumah Andrea. Aku sangat tak sabar untuk bertemu dengan Andrea, begitu juga dengan..Adera. Aku sebenarnya masih bingung, kenapa Adera tidak tinggal di rumahnya saja? Kenapa memilih tinggal di rumah Andrea? Kan, cewek dan cowok.
Lihat, apa yang terjadi pada dirimu ini, Alex? Kenapa hal begitu saja sudah membuatmu kesal? Mereka hanyalah saudara. Alex.. Alex..
Diriku akhirnya sampai juga di rumah Andrea. Aku menekan bel dua kali. Pintu pun terbuka. Menampakkan seorang perempuan dengan wajah yang tertutup masker putih.
Aku mengangkat sebelah alisku, melihatnya aneh. Aku menunjukkan senyumku yang menahan tawa. Dia nampak kaget dan tergopoh. Tidak mempersilakanku masuk, ia malah berlari kembali menuju kamar atasnya, lalu menutup pintu.
Aku melihat Andrea keluar dengan tubuh bagian atasnya telanjang, hanya memakai celana pendek. Ia nampak bingung melihat Adera lari, ia menoleh ke arahku. Dia langsung tersenyum dan menghampiriku.
"Masuklah, kawan. Anggap saja rumah sendiri. Maklumin Adera yang aneh itu, ya. Duduk situ, gua mau ganti baju. Tunggu," ia langsung berlari menuju kamarnya yang berada di atas.
Sambil menunggu mereka berdua turun, aku berkeliling di sekitar ruang tamu dan ruang keluarga. Aku melihat beberapa foto. Ada foto Adera dengan...siapa? Mamanya?
Saat aku serius melihat foto itu, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Adera. Aku langsung berbalik badan menemukan dia sudah tak memakai masker lagi. Dia tersenyum padaku.
"Hal, hal! Mau minum apa?" tanyanya sembari berjalan menuju dapur. Ia menoleh padaku, menunggu jawaban.
Aku menggerakkan jariku. "/teh hangat/". Ia mengangguk. Dia langsung membuatku teh hangat. Tak pakai lama, teh pun jadi. Ia memberikannya padaku, dan aku menyeruputnya. Menyegarkan sekali.
Ia menyalakan televisi. Ia duduk tepat di sampingku. Kecanggungan mulai melanda kami berdua. Bagaimana tidak? Tak ada satu pun yang berani angkat bicara duluan. Aku saja bingung mencari topik. Sampai, Andrea pun menyelamatkan kami.
"Kenapa kalian berdia diam saja? Oh, Dera, siapin makanan dong. Gua main PS nih sama Alex, ya ya?" minta Andrea pada Adera. Adera merengut sebal. Adera langsung berlari dan mengunci leher Andrea lalu membungkukkannya.
"Kenapa gak lu siapin sendiri, kakak tiriku? Dasar!" setelah ia melepaskan kuncian itu dari Andrea, ia berjalan menuju dapur. Andrea hanya tertawa melihat tingkah laku Adera. Mereka seperti sepasang kekasih. Iri? Tentu.
Andrea menghampiriku. Sepertinya dia tahu apa yang tersirat di mataku. Ia mendekatkan mulutnya ke telingaku.
"Gua emang selalu gitu sama si Dera. Jangan ambil hati," ucapnya. Setelah ia berkata seperti itu, dia mengambil alat PS dari dalam lemari bawah televisi.
"Hei, hei!! Tunggu, jangan main dulu dongs! Tungguin gua. Bentar-bentar," teriak Adera dari dapur. Ia datang sambil membawa coca cola dengan beberapa bungkus junkfood. Dia ikut bermain PS? Yakin nih?
![](https://img.wattpad.com/cover/124635181-288-k78152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Love
Teen FictionCover by #pinterest "Kekuranganmu melengkapi Kekuranganku, Kekuranganku melengkapi Kekuranganmu" Untuk memenuhi syarat dalam cinta, fisik tak harus sempurna. Kekurangan dan perbedaan adalah aspek dalam cinta. Dua orang yang saling mencintai, yang s...