DVSK: 2

3K 189 38
                                    

Ponsel? Cek.

Dua dumbbell? Cek.

Hoodie abu-abu? Cek.

Sneakers? Dinar lebih memlilih kaos kaki.

Ikat rambut? Cek.

Stretching? Pasti.

Lagu Penyemangat? Play!

Kedua tangan dan kaki gadis itu mulai bergerak mengikuti irama sesuai dengan lagu yang menemani senam pagi. Atau lebih tepatnya senam menjelang pagi. Diiringi musik up beat bervolume sedang yang terdengar melalui speaker ponsel, ia memulai gerakan ringan dengan kedua tangan memegang dumbbell masing-masing seberat satu kilogram.

Delapan menit... sepuluh menit... lima belas menit sudah kedua tangan melakukan senam barbelnya sampai pemilik tubuh ramping itu merasa kedua telapak tangannya sangat licin. Kalau ada siapapun yang bertanya padanya ia sedang melakukan senam apa, ia akan menjawab ia melakukan senam zumba—karena memang terlihat seperti itu—tapi ia tak akan lupa untuk mengatakan bahwa senam itu hanyalah senam pembuka.

Setelah meminum air mineral secukupnya dan mengeringkan tangan dengan handuk kecil, ia kembali melanjutkan senam. Masih mendengarkan lagu yang sama, kali ini tubuh ramping itu bergerak lebih lincah. Kalau sebelumnya yang bergerak hanya kedua tangan serta barbel dan kedua kakinya, sekarang diikuti perut, leher, dan kepalanya. Serta seluruh sendinya.

Tanpa dumbbell.

Tanpa ikat rambut.

Melakukan senam sesungguhnya. Ralat, tari sesungguhnya.

Breakdance.

Dengan tubuh yang nyaris selentur karet serta beragam teknik breakdance yang Dinar kuasai sekaligus pelajari, tentu mudah bagi gadis tersebut untuk menggerakkan tubuh mengiringi lagu. Setiap beat yang ia dengar seolah memicunya untuk mengeksplor serangkaian gerakan yang melibatkan setiap inci tubuh meski gerakan-gerakan yang ia lakukan adalah gerakan yang biasa ditarikan oleh laki-laki—yang mana menegaskan sisi tomboi dalam dirinya. Benar-benar bertolak belakang dengan rambut panjangnya. Atau lebih tepatnya rambut yang sengaja dibiarkan panjang, karena rambut yang panjang baginya berarti rambut yang 'dapat turut menari'. Itulah kenapa ia merasa ganjil bila menari tanpa melibatkan satu bagian tubuh pun.

Bagi seorang Dinar Teresia, senam dan breakdance adalah ritual wajib baginya. Terutama saat menjelang pagi.

Alasan Dinar menyukai lagu ini adalah karena lagunya yang fleksibel baginya. Sejujurnya, bila Dinar diberi kesempatan untuk menjadi koreofrafer, ia akan dengan senang hati melakukannya. Gerakan-gerakan mudah? Tidak perlu khawatir. Gerakan-gerakan sulit? Dinar sudah mahir. Tanya saja office boy di SMA Winatajaya. Mereka bahkan tahu Dinar Teresia adalah breakdancer. Bicara mengenai breakdance berarti bicara mengenai alasan Dinar bersekolah di SMA Winatajaya. Siapa yang tidak tahu kalau di SMA itu ada eskul breakdance? Kalau jawabannya cecak yang nangkring di dinding, ya mungkin saja.

Alarm yang berasal dari ponsel Dinar berdering. Dengan enggan gadis itu mematikannya dan kemudian bersiap untuk mandi. Nyaris lupa waktu. Selalu begitu.


>>DVSK<<


Sejak kemarin, SMA Winatajaya diliputi kehebohan yang menyebar luas. Kehebohan yang hingga detik ini begitu kentara pada suasana kantin di sekolah tersebut—kantin yang mendadak dipenuhi oleh murid-murid perempuan baik kelas sepuluh, sebelas, sampai kelas dua belas.

Dinar vs Si Kembar [Pindah ke DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang